Seri Tempo: Bung Tomo
Rp.60.000,-
Rp.45.000,-
Diskon
Judul: Seri Tempo: Bung Tomo
Penulis: Tempo
Penerbit: KPG, 2016
Tebal: 164 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Sosok Bung Tomo yang lekat dengan pertempuran 10 November 1945 diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 2008. Pada usia 25 tahun, Bung Tomo telah menghidupkan “makna revolusi” di medan-medan pertempuran. Jalan perjuangannya tegas: agitasi untuk menggelorakan pemberontakan rakyat menentang kolonialisme. Ia memilih mengkomunikasikan propaganda perjuangan lewat corong radio, Radio Pemberontakan dengan tema “Waspada Belanda!” yang disampaikan dengan gaya khasnya yang bergelora, diawali dan diakhiri Allahu Akbar. Pidatonya itu sukses merayu para pemuda dan santri di pelosok Jawa untuk berjibaku di medan laga Surabaya.
Pada 1955, Bung Tomo didaulat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang dan kemudian menjadi anggota DPR pada 1956. Namun, karier politik Bung Tomo memang menurun sesudah masa perjuangan. Masa tuanya seperti kandil yang perlahan meredup. Bisnisnya sulit mereguk untung, tapi ia tetap gigih membela kepentingan buruh dan pedagang kecil yang terancam haknya di pengadilan.
Bung Tomo memang bukan pejuang yang jago berdiplomasi. Namun di matanya, kemerdekaan Indonesia harus direbut tanpa rasa takut, meskipun dalam kondisi berkekurangan.
Pesan Sekarang
Penulis: Tempo
Penerbit: KPG, 2016
Tebal: 164 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Sosok Bung Tomo yang lekat dengan pertempuran 10 November 1945 diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 2008. Pada usia 25 tahun, Bung Tomo telah menghidupkan “makna revolusi” di medan-medan pertempuran. Jalan perjuangannya tegas: agitasi untuk menggelorakan pemberontakan rakyat menentang kolonialisme. Ia memilih mengkomunikasikan propaganda perjuangan lewat corong radio, Radio Pemberontakan dengan tema “Waspada Belanda!” yang disampaikan dengan gaya khasnya yang bergelora, diawali dan diakhiri Allahu Akbar. Pidatonya itu sukses merayu para pemuda dan santri di pelosok Jawa untuk berjibaku di medan laga Surabaya.
Pada 1955, Bung Tomo didaulat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang dan kemudian menjadi anggota DPR pada 1956. Namun, karier politik Bung Tomo memang menurun sesudah masa perjuangan. Masa tuanya seperti kandil yang perlahan meredup. Bisnisnya sulit mereguk untung, tapi ia tetap gigih membela kepentingan buruh dan pedagang kecil yang terancam haknya di pengadilan.
Bung Tomo memang bukan pejuang yang jago berdiplomasi. Namun di matanya, kemerdekaan Indonesia harus direbut tanpa rasa takut, meskipun dalam kondisi berkekurangan.