Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dalang Publishing: Memperkenalkan Fiksi Sejarah Indonesia ke Amerika

Sebuah artikel di Jakarta Globe menampilkan Lian Gouw, pendiri dan pemilik Dalang Publishing, sebuah penerbit yang dijalankan oleh dua orang, yang berbasis di San Mateo, California. Mereka punya spesialisasi dalam menerjemahkan fiksi sejarah dari Indonesia.

Artikel ini mengengok kembali serangkaian pembicaraan selama seminggu mengenai dua novel terjemahan yang diterbitkan oleh Dalang Publishing. Musim gugur kemarin, Gouw membawa dua penulis dan penerjemah mereka dari Indonesia untuk berpartisipasi, menghadirkan karya-karya mereka di toko-toko dan di kampus-kampus di Bay Area.

Stefanny Irawan, penerjemah novel Daughters of Papua (Tanah Tabu), salah satu buku yang ditampilkan dalam tur Dalang Publishing bertajuk “A Taste of Indonesian Literature,”  mengatakan kepada Globe bahwa Gouw “tulus ingin membantu sastra Indonesia, memperkenalkannya kepada dunia.” Sedangkan Gouw tidak menerima subsidi apa pun dari pemerintah Indonesia untuk kerjanya, dia masih harus “merogoh sakunya sendiri untuk menutup biaya penerimaan tamu-tamunya.”

Artikel itu memberitahu kita: “Tidak ada penerbit lain yang melakukan hal seperti ini sebelumnya dalam membantu sastra Indonesia. Masalah rumit adalah kenyataan bahwa hanya Stefanny Irawan satu-satunya dari empat peserta itu yang pernah berkunjung ke Amerika Serikat sebelumnya. Dari tiga lainnya, hanya Hayat Indriyatno (Indriyatno Nurhayat Mohamed), penerjemah novel Kei, yang pernah melakukan perjalanan ke luar Indonesia. Untuk penulis Anindita Siswanto Thayf (Daughters of Papua) dan Erni Aladjai (Kei), ini adalah perjalanan pertama mereka ke luar negeri.”

Jangka Panjang
Sementara penulis Indonesia dan penerjemah tur menarik kerumunan terbatas, Gouw terbiasa dengan perjuangan yang berat dalam mempromosikan sastra Indonesia. Ketika kelompok itu mengunjungi Perpustakaan Martin Luther King Jr. di Universitas San Jose State, mereka diminta untuk melihat bagian sastra dunia, dan, khususnya, rak Indonesia.

“Dan hanya ada dua buku. Dua,” Gouw berkata pada koran tersebut. “Bisakah anda menebak dua buku itu? Buku itu adalah dua kamus. Kamus!”

Gouw menyelesaikan masalah itu dengan tangannya sendiri, memberikan versi asli dari delapan buku yang telah diterbitkan Dalang Publishing kepada perpustakaan itu.

“Sekarang versi asli buku-buku itu akan berada di sana dan mewakili sastra Indonesia. Dan itu bagus,” katanya.

Dalam sebuah wawancara dengan Globe tahun lalu, Gouw mengatakan bahwa itu adalah kebijakannya “hanya menerbitkan novel sastra, hanya menggunakan penerjemah Indonesia yang tinggal di Indonesia, dan meminta pengulas Indonesia bersama dengan ulasan asing.” Semua itu untuk membuktikan bahwa “sastra Indonesia bisa berhasil disajikan oleh orang Indonesia.”

Sebagaimana Hayat Indriyatno mengakui, Gouw “bisa menjadi seorang pemberi tugas sulit, tetapi ketika anda melihat produk itu sudah jadi dan lamanya dia pergi ke untuk mempromosikan buku-bukunya, anda menyadari betapa sangat bermaknanya hal ini bagi dirinya.”

Oleh: Dennis Abrams (http://publishingperspectives.com)