Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Pengakuan Bandit Ekonomi (John Perkins)

Judul: Pengakuan Bandit Ekonomi: Kelanjutan Kisah Tipu Daya dan Petualangannya di Indonesia dan Negara Dunia Ketiga
Penulis: John Perkins
Penerbit: Ufuk Press, 2007
Tebal: 496 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong


Dalam bukunya, John Perkins membongkar seluruh pekerjaan dan kebohongan yang telah ia lakukan kepada negara berkembang, terutama Indonesia.  John bekerja untuk IMF dan World Bank, ketika itu dia tertarik untuk mempelajari mengenai Indonesia dan John mulai paham mengenai Indonesia ketika ambruknya ekonomi Asia pada tahun 2007 yang dikenal dengan “krisis IMF”. Akibatnya banyak sekali terjadinya kelaparan, nyawa melayang karena penyakit, kelaparan, dan lain-lain.

Pada saat terjadinya krisis ekonomi, IMF dan World Bank memanfaatkan hal ini untuk meraut keuntungan dari negara-negara berkembang di Asia, terutama Indonesia. IMF dan World Bank bukan berniat untuk membantu, tetapi mereka meberikan bantuan yang merugikan Indonesia, mereka berniat untuk memperkaya korporasi dengan mengorbankan orang lain. Terdapat kerjasama antara World Bank dengan korporasi Internasional untuk membuat kebijakan di Indonesia yang mendorong privatisasi dan keringanan pajak untuk perusahaan asing, mempekerjakan dengan upah yang rendah.

Perkins juga bercerita tentang terdapatnya pabrik pemeras keringat di Indonesia. Pabrik ini mempekerjakan pekerjanya dengan terus menerus dan dengan mendapatkan upah hanya berkisar 1,25 dollar/hari. Mereka yang bekerja di pabrik tersebut adalah para masyarakat pinggiran kota yang bertempat tinggal di tempat yang kumuh. Mereka terpaksa bekerja karena memang untuk mencari pekerjaan sangatlah sulit. Beberapa pabrik yang mempekerjakan pekerjanya dengan terus menerus disebutkan oleh Perkins seperti Nike, Adidas, Reebok, The GAP, Old Navy, Tommy Hilfiger, Polo, Lotto, Fila, dan Levi’s. Semuanya mempekerjakan dengan paksa dan memberikan upah dengan rendah. Para pekerja ini hidup dengan sengsara dan tidak sehat sedangkan para pengusahanya hiduo dengan mewah. Perkins juga mengetahui bahwa pemilik pabrik menekan biaya-biaya produksi dan meminimalkan upah buruh karena pemilik ingin mendapatkan keuntungan yang lebih.

Para korporasi asing ini masuk ke Indonesia pada saat rezim Soeharto. Mereka mendukung Soeharto agar bisa berkuasa untuk memiliki kawasan yang memiliki sumber daya yang didambakan. Perkins bercerita bahwa pembunuhan berantai yang dilakukan pada rezim Soeharto di berbagai wilayah di Indonesia seperti Aceh, Kepulauan Maluku, Kalimantan Barat dan Irian Jaya adalah dengan motif untuk mengamankan sumber daya yang ada di wilayah tersebut untuk memenuhi keinginan korporasi multinasional.

Pada buku ini dijelaskan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang menjadi target perekekonomian internasional. Sehingga banyak yang ingin investasi di Indonesia dengan menjanjikan akan menjadikan negara maju, padahal hal ini malah akan memberikan dampak buruk bagi Indonesia. Para pabrik yang dibangun di Indonesia akan memberikan dampak buruk bagi lingkugan. Selain itu, kekayaan budaya yang dimiliki oleh indonesia menjadi hilang, karena adanya pengaruh kehidupan dari luar.

Keadaan yang semakin kritis lah yang dihadapi Indonesia pada saat masa rezim Soeharto. Ketika terjadinya krisis ekonomi, IMF menyuruh Soeharto untuk menurunkan subsidi minyak dan makanan untuk mengurangi pengeluaran, tetapi yang terjadi banyak masyarakat miskin yang mati karena kelaparan dan hidupnya sengsara sedangkan kebijakan itu hanya menguntungkan orang-orang kaya saja. Rakyat Indonesia pada saat itu, turun kejalan untuk menuntut perubahan dengan menurunkan Soeharto sebagai Presiden. Soeharto dipaksa turun pada bulan Mei 1998. Namun, hal ini juga tidak menjadikan berakhirnya korporasi.

Banyak sekali yang diketahui oleh Perkins tentang Indonesia, ia menceritakan bahwa terjadinya bencana alam tsunami pada 26 Desember 2004 ini merupakan peluang besar bagi korporasi asing dan AS untuk kembali masuk ke wilayah indonesia. Korporasi Asing ini memanfaatkannya dengan memberikan bantuan dan membuat proyek untuk pembangunan kembali Aceh pasca Bencana. Banyak sekali kekayaan yang dimiliki oleh Aceh yang menarik perhatian korporasi asing, minyak bumi dan gas merupakan target dari korporasi asing tersebut. Para korporasi asing ini membuka akses untuk memperoleh minyak bumi dan gas yang dimiliki Aceh dan memanfaatkannya untuk membangun industri. Mereka menjanjikan pada masyarakat dengan keuntungan yang diperoleh ini sebagian akan digunakan untuk membantu pembangunan, tetapi pada prakteknya hanya sedikit sekali bantuan yang disalurkan ke sekolah, rumah sakit, dan investasi lokal lainya yang terkena dampaknya  padahal para pengusaha asing ini mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Pada bukunya ini, Perkins mengungkapkan suatu rencana-rencana yang akan dilakukan oleh pengusaha besar Amerika seperti Stone and Webster Engineering Company (SWEC) terhapat apa yang akan dilakukan di Indonesia. Pemilik perusahaan ini mendekati Perkins untuk menghentikannya penerbitan buku ini dan mengajak Perkins bekerja untuk padanya sebagai pemberi informasi tentang keadaan negara Indonesia. Pada saat pertemuan Perkins dengan salahsatu petinggi SWEC, mereka melakukan perbincangan tentang sebuah proyek besar yaitu pembangunan kompleks pemrosesan bahan kimia di Indonesia. Pemilik proyek itu bertanya pada Perkins bagaimana membangun proyek di Indonesia dan menyakan pula bagaimana untuk melakukan “suap” kepada Soeharto untuk membangun sebuah proyek. Perkins menjelaskan tentang cara suap yang harus dilakukan dan pemilik proyek itu pun menjalankan sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh perkins. Setelah beberapa tahun proyek itu berjalan, SWEC mengalami kemunduran dan bangkrut, menurut media massa hal ini dikarenakan pemberian suap yang besar kepada rezim Soeharto.

Selain pengakuan Perkins diatas, Perkins juga mengakui dalam bukunya ini ada anak seorang pejabat pemerintah Indonesia yang menemuinya dan menceritakan pengakuannya dan ingin bertaubat menjadi koruptor. Perkins tidak memberitahukan siapa namanya tetapi menginisialkan Emil. Dalam pengakuannya, Emil mengakui melakukan korupsi yang sangat parah dan ingin bertaubat.  Emil menceritakan bahwa Anggaran militer yang ada di Indonesia kecil dan anggaran tersebut banyak diperoleh dari perusahaan-perusahaan tambang dan energi asing untuk menjaga perusahan mereka dari gangguan luar. Emil juga mengatakan bahwa banyak sekali tentara bayaran di Indonesia  yang disewa oleh korporasi asing, ia khawatir, korporasi asing itu memiliki tentara Indonesia dan sumber dayanya juga. Faktanya, melalui surat kabar terdapat berita tentang Freeport-McMoRan Copper and Gold membayar 20 juta dollar untuk para komandan militer dan unit militer dikawasan freeport sebagai imbalan perlindungan terhadap fasilitas mereka.