Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Bersaing atau Bersahabat? Dakwah Islam - Misi Kristen di Afrika

Judul: Bersaing atau Bersahabat? Dakwah Islam - Misi Kristen di Afrika
Editor: Georg Kirchberger & John Mansford Prior
Penerbit: Ledalero, 2009
Tebal: 156 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Harga: Rp. 35.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312

Setelah membaca buku ini saya menerawang ke belakang dan sekaligus menembus ke depan. Apa yang hendak saya tulis khususnya bagi permasalahan dan kemaslahatan keindonesiaan, keislaman, kekristenan dan kebangsaan di tanah air?

Belajar dari peristiwa masa lalu, mengalami pahit getir masa kini dan merancang masa depan yang lebih baik. Tapi tak mungkinlah saya menulis itu, karena akan sangat luas sekali. Setelah membaca buku ini, ada tiga butir penting yang perlu disampaikan:

Pertama, sebagian besar isi buku ini adalah rekaman pengalaman Afrika terkait dengan isu dakwah dan misi dalam Konggres Ikatan Misi Afrika Selatan (SAMS), diselenggarakan pada tanggal 18-20 Januari 2006. Di Indonesia, sekitar tahun 1967-an, pernah juga dilakukan diskusi tentang hal serupa di tanah air dan diskusi-diskusi lain setelah itu. Suka duka berdakwah dan bermisi telah kita alami bersama hingga menjelang dan sesudah meletup reformasi 1998 (1).

Empat puluh tahun kemudian, lewat buku ini, kita akan membaca pengalaman unik dunia Afrika dalam kegiatan misi dan dakwah. Unik karena secara demografis, benua Afrika memang berbeda dari negara Indonesia dan berbagai tempat di dunia yang lain. Ketika disebut Afrika, maka prosentasi penduduk yang memeluk agama Islam dan agama Kristen adalah hampir fifty-fifty, 50% Muslim dan 50% Kristen. Otomatis tingkat dinamika, kompleksitas, persaingan, ketegangan, konflik dan harmoni, pola-pola mediasi, konsensus dan rekonsiliasinya, juga model-model peace building,konflik resolusi serta managemen konfliknya jauh lebih berbeda dari pada yang prosentasinya berbalik antara mayoritas dan minoritas seperti Indonesia (mayoritas Muslim) dan Denmark (mayoritas Kristen) misalnya.

Geografi dan demografi agama-agama dunia saat ini memang telah berubah dimulai sejak empat puluh tahun yang lalu. Tumbuh berkembangnya Muslim minoritas di Eropa dan Amerika sejak masuknya migran Muslim ke daratan Eropa (2) membuktikan bertambah rumit dan kompleksnya hubungan antar penganut agama-agama dunia, lebih-lebih antara Kristen dan Islam yang keduanya memang berwatak sangat ekspansif di mana pun mereka berada.

Perkembangan demografis ini, yang dahulunya semata-mata hanya didorong oleh faktor ekonomi (memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sangat diperlukan untuk memacu perkembangan ekonomi Eropa) – dan belakangan ditambah oleh faktor sosial-politik – tidak hanya memperhadapkan pemimpin dan pengikut Islam dan Kristen secara eksternal di Eropa, tetapi juga, mungkin jauh lebih rumit, memperhadapkan pihak-pihak intern agama-agama itu sendiri. Perkembangan baru yang tidak dapat dikalkulasi secara tepat ini, menuntut semua pihak untuk berpikir ulang secara jernih-dingin-akuntabel bagaimana sebaiknya beragama dalam era majemuk dalam lingkungan kompetisi industrial seperti saat sekarang ini.

Kedua, benua Afrika sedang bergelut dan berpikir keras memaknai perkembangan baru demografis tersebut. Jangan lupa juga bahwa ketika disebut Afrika, sesungguhnya Eropa dan Timur Tengah terlibat secara mendalam di dalamnya (baca tulisan Farid Esack dalam buku ini). Judul buku yang diberi title "Bersaing atau Bersahabat" merupakan cermin keprihatinan yang mendalam dan adanya pergumulan keras pemikiran keagamaan, sosial, politik yang berkait kelindan dengan etnisitas, ras, suku, kelas dan gender sekaligus.

Tampak jelas bahwa semua penulis dalam buku ini masih ingin terus menjaga kuat identitas kekristenan dan keislaman mereka dan ingin mewariskan ke generasi berikutnya, tetapi pada saat yang sama mereka juga sadar sepenuhnya akan adanya harga yang harus dibayar mahal yang terkait implikasi dan konsekwensi dari worldview tersebut dalam hal-hal yang terkait dengan kehidupan sosial-ekonomi-politik di masing-masing negara. Jika terlalu rigid-keras-fanatik-dogmatis akan membuka jalan bagi munculnya benturan – untuk tidak menyebutnya peperangan – (tergambar dalam tulisan Jean-Jacques Peremes, O.P.), tetapi jika terlalu kendor apalah lalu arti kekristenan dan keislaman yang dipandu ketat oleh misi dan dakwah selama ini? Dan jika para kontestan tidak berani mengambil inisitaif baru (seperti terekam dalam tulisan Nico A. Botha) dalam tata pergaulan sosial baik pada level lokal, regional, nasional dan internasional antar sesama pengikut kedua agama ini (dan antar pengikut agama-agama lain sudah barang tentu), lalu apa yang akan terjadi dalam kurun waktu mendatang nasib umat manusia yang menghuni planet yang sudah semakin sempit ini?

Buku terjemahan dari beberapa makalah terpilih dari Konggres Ikatan Misi Afiaka Selatan (SAMS) 18-20 Januari 2006 di Stellenbosch, menurut hemat saya, harus dibaca dengan kacamata dan perspektif seperti itu.

Ketiga, membaca adalah melihat gambar bayangan diri sendiri dalam cermin. Setelah mandi dan menggunakan handuk, biasanya kita menuju cermin ketika hendak menyisir rambut, melihat wajah dan tata letak pakaian yang kita kenakan. Kita perlu melihat di cermin ketika hendak  mengecek apakah pakaian yang kita kenakan (kopiah, songkok, topi, bahkan baju, jas dan dasi) sudah pada tempatnya atau belum. Sudah memenuhi standar etika berbusana atau belum? Lebih-lebih untuk tata rias bagi wanita. Cermin sangat membantu memperlihatkan kekurangan dan mungkin juga kelebihan wajah dan tata letak pakaian kita. Setelah melihat penampakan kita di muka cermin, biasanya segera diikuti tindakan perbaikan.

Saya tidak tahu bagaimana pandangan kita setelah membaca buku ini, khususnya bagi para aktor di lapangan yang terlibat langsung.

Harapan saya, membaca buku ini ibarat melihat cermin. Ada inspirasi, horizon baru, rencana, dan bahkan tindakan konkrit untuk memperbaiki, menyempurnakan, menyesuaikan gerakan dakwah dan gerakan misi di mana pun berada ketika umat beragama dihadapkan tantangan riil arus globalisasi di era terbukanya informasi seperti saat sekarang ini.

Buku ini sangat bermanfaat bagi aktivis gerakan dakwah dan misi, perguruan tinggi agama, perguruan tinggi umum, community leaders, religious leaders, pimpinan pemerintahan, mahasiswa dan dosen komunikasi sosial-keagamaan, dan semua yang dapat mengambil manfaat diterbitkannya buku ini.

Selamat membaca!

(1) Sebagai ilustrasi dapat dicermati buku hasil penelitian lapangan P3PK UGM, Mohtar Mas'oed dkk, Kekerasan Kolektif: Kondisi dan Pemicu, 2000; juga Hans Küng dan Jürgen Moltmann, Islam: A. Challenge for Christianity, SCM Press, London, 1994.
(2) Jurnal ISIM (International Institute for the Study of Islam in the Modern World), edisi Spring 2008, 21, yang bertajuk Migrants, Minorities & the Mainstream sangat penting untuk dicermati dan dijadikan bahan renungan bersama tentang problem minoritas khususnya di Eropa.


Prof Dr M Amin Abdullah
Rektor UIN Sunan Kalijaga.