Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Komik Indonesia (Marcel Bonneff)

Judul: Komik Indonesia
Penulis: Marcel Bonneff
Penerbit: KPG, 1998
Tebal: 236 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong

Komik Indonesia ternyata masih sangat muda usia. Meskipun demikian, Marcel Bonneff dalam disertasinya, yang kemudian dipublikasikan di Paris pada 1974, mengungkapkan kajian ilmiah secara komprehensif dan mendalam. Ia mencoba mencari benang merah perjalanan komik di Indonesia, mulai dari masa prasejarah, dengan mengacu pada epos Mahabharata dan Ramayana yang terdapat pada relief Candi Borobudur dan Prambanan, sampai awal 1970-an.

Salah satu bagian penting penelitian Bonneff ini adalah usahanya menghubungkaitkan antara komik, konteks sosio-kultural, dan jaringan yang melingkarinya. Maka ia tak dapat melepaskan diri dari pembicaraan mengenai harapan-harapan pembaca berikut realitas yang dihadapinya, sistem penerbitan dan pendistribusiannya, minat baca dengan berbagai permasalahannya, dan pandangan dunia komik Indonesia sebagai dokumen sosial. Inilah salah satu teladan studi kebudayaan populer, yang di berbagai universitas terkemuka kini makin diminati para pakar budaya.

Penelitian yang dilakukan Bonneff selama beberapa tahun di berbagai kota besar di Indonesia terhadap 300-an komikus dan ratusan judul komik Indonesia memperlihatkan bahwa komik, yang semula sering diperlakukan sebagai produk budaya pinggiran, menjadi bahan yang menarik untuk diteliti dari berbagi aspek. Komik tak perlu lagi dipinggirkan dalam studi-studi kebudayaan, meski tergolong dalam kategori kebudayaan populer.

Secara sistematik, Bonneff mengawali pembicaraannya lewat deskripsi umum dunia perkomikan di Indonesia; di mana tempatnya dalam kajian budaya; alasan menempatkannya sebagai dokumen sosial; dan penjelasan mengenai sumber data penelitian yang meliputi latar belakang pengarang dan pembaca, serta agen, kios, serta taman bacaan sebagai pusat interaksi. Penelitian Bonneff mengungkapkan "komik sebagai produk konsumsi dan pentingnya komik sebagai cermin masyarakat masa kini" (halaman 9).

Buku ini dibagi dalam tiga bagian. Yakni, "Evolusi Komik di Indonesia", "Komik Sebagai Produk Konsumsi", serta "Mitologi, Akar, dan Pesan". Bagian pertama menguraikan peta perjalanan komik di Indonesia, mulai dari zaman prasejarah sampai 1970-an. Perkembangan komik di Indonesia memasuki masa "nasionalisme ala Soekarno" (1963-1965) juga muncul.

Bagian kedua mengungkapkan sistem produksi komik dan distribusinya. Dalam hal ini, peran komikus tak berdiri sendiri. Keterlibatan penerbit dan media massa memberikan andil bagi pertumbuhannya. Tentu saja, peran agen penjualan dan taman bacaan yang memungkinkan komik dapat tersebar luas sangat besar. Pertumbuhan komik sebagai produk kebudayaan populer niscaya sangat dipengaruhi kepentingan komersial penerbit dan selera pembaca. Maka mengangkat kisah-kisah wayang, seperti Mahabharata dan Ramayana, atau mengadaptasi cerita silat Cina menjadi salah satu pilihan. Di antaranya, muncul kisah humor dan roman remaja, lengkap dengan dunia mimpinya.

Di bagian ini, ada sejumlah sinyalemen dan prediksi Bonneff yang meleset atau tak jelas sumbernya. Prediksinya bahwa karikatur tak berkembang lagi justru belakangan ini makin semarak. Hal ini dapat kita lihat dalam berbagai majalah dan surat kabar. Sementara itu, pengategorian pembaca komik dari kalangan pelajar yang tak memasukkan siswa sekolah dasar (halaman 90) agaknya perlu diluruskan. Soalnya, pada usia siswa sekolah dasar itulah sebagian besar pembaca mulai berkenalan dengan komik.

Pada bagian ketiga, Bonneff mengangkat pandangan dunia perekonomian kita. Dengan mendasarkan analisisnya pada pola cerita wayang, sarjana Prancis itu mencoba mencermati cerita silat dan roman remaja. Pada komik wayang, meski terjadi penyederhanaan dari kisah aslinya, komikus justru menambah dinamika wayang. Komik wayang melampaui batas, yang acapkali terpaku pada pakem pewayangan. Dalam komik, deskripsi disajikan dalam bentuk gambar, sedangkan kata-kata hanya dipakai seperlunya. Kemampuan komikus menyajikan gambar-gambar secara hidup dan memukau sangat menentukan minat orang untuk membaca.

Sebagai produk budaya, komik berfungsi ganda: memberikan hiburan ringan sambil menawarkan fungsi edukatif. Dalam konteks itu, patutlah kita menyimak pernyataan Bonneff, "... komik Indonesia mempunyai banyak peluang untuk berkembang. Komik hanya mungkin mencapai kejayaan apabila cukup upaya rasional dan penelitian. Tanpa itu, komik tetap akan menjadi produk sampingan di antara berbagai kreasi yang dihasilkan oleh daya khayal." (Halaman 67). Komikus memang perlu terus-menerus menambah wawasan intelektualnya agar tak terjerumus pada pola klise.

Maman S. Mahayana
Pengajar Fakultas Sastra, Universitas Indonesia