Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku The Diary of Anne Frank

Judul: The Diary of Anne Frank
Penulis: Anne Frank
Penerbit: Hyena, 2004
Tebal: 501 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Terjual Semarang


Sepenting apakah catatan harian seorang remaja putri berusia 13 tahun? Pernahkah kau membayangkan diary yang kau tulis pada usia belasan, tiba-tiba mendapatkan perhatian dari seluruh dunia, ironisnya saat dirimu sudah meninggal?

Anne Frank adalah remaja putri biasa berkebangsaan Belanda keturunan Yahudi. Ia mulai menulis diarynya pada ulang tahun ke-13, dan mengakhirinya pada usia 15 tahun. Diary yang disebutnya dengan “Kitty” ini adalah hadiah ulang tahun dari keluarganya saat itu, dan mulai diisinya dengan berbagai curahan hati yang dia rasakan. Mulai dari deskripsi tentang sahabat dan teman sekolahnya, hingga kegemaran, nilai yang diperoleh, situasi sekolah, hingga kecintaannya pada Belanda, negerinya. Anne adalah anak kedua dari 2 bersaudara, dengan Margot sebagai kakak yang berselang beberapa tahun darinya. Anne tumbuh dalam keluarga yang cukup secara finansial, ayah yang sangat memperhatikan, dan ibu yang terus berada di rumah namun tak pernah dekat dengan Anne. Untuk beberapa alasan, Anne tak pernah bisa dekat dengan ibu dan kakaknya, hanya ayahnya yang sangat dia kagumi dan bisa menjadi temannya di rumah.

Diary ini mungkin tak akan menjadi sesuatu yang spesial jikalau saat itu Nazi Jerman tak mulai menginvasi Belanda dan menyingkirkan orang keturunan Yahudi. Masa pelarian dan persembunyian keluarga Frank pun dimulai, di Secret Annex, bersama dengan 3 orang dari keluarga van Peels/van Daan, dan seorang yang dokter gigi bernama Albert Dussel.

Kisah dalam buku ini bukanlah fiksi, karena ini adalah tuangan isi hati seorang Anne yang harus menghabiskan 2 tahun masa remajanya di persembunyian berupa loteng sempit bersama 7 orang lainnya. Bayangkan bagaimana rasanya 2 tahun berada di tempat tertutup dengan fasilitas kebersihan ala kadarnya, dan makanan yang terbatas karena harus diselundupkan oleh Bep, Miep, Jan, Kugler dan Kleiman – orang-orang Belanda yang baik hati dan mendasarkan tindakan mereka pada rasa kemanusiaan dan kasih, bukan perbedaan ras.

Anne mengisahkan pergumulan hatinya dengan sang ibu yang tak pernah membanggakannya, perbedaannya dengan sang kakak yang begitu memisahkan mereka, serta rasa sayang dan hormatnya pada sang ayah meski disertai juga dengan sikap berontak seorang remaja. Di tempat pengasingan seperti itu, rasa cinta dan tertarik pun muncul dari Anne pada Peter van Daan, berawal dari terbiasanya hidup dan belajar bersama, hingga saling berbagi curahan hati. Intrik dan konflik pun tak hentinya terjadi, antara Nyonya Frank dan Nyonya van Daan, Tuan Frank dan Tuan van Daan, maupun Dussel dengan Anne, dan yang lainnya. Ada 8 kepala dengan 8 karakter yang berlainan, tinggal dalam tempat sempit bersama, tanpa pernah terpisah, dan keluar menikmati udara segar selama 2 tahun, pantas saja menimbulkan beragam konflik panas-dingin. Mulai dari masalah makanan (kentang) hingga masalah berita politik di radio, bisa berkepanjangan menjadi debat maupun perang dingin. Bukan hanya perihal tinggal bersama itu yang harus diatasi, rasa takut dan gentar kalau-kalau Nazi Jerman menemukan tempat persembunyiannya pun terus membuat mereka tegang. Dalam krisis itulah terlihat kepribadian asli masing-masing. Ada yang sanggup saling membantu, namun ada juga yang sibuk mengurus dirinya sendiri hingga tak memikirkan kebutuhan yang lain. Harapan mereka akan dapat keluar dengan selamat setelah perang berakhir, ternyata tak terkabul. Pihak Jerman mengetahui terlebih dahulu, sehingga semuanya ditangkap dan diasingkan ke tempat tahanan masing-masing, mulai dari Auswitch hingga tempat lainnya di penjuru Jerman, dan negara lain di sekitarnya.

Anne seorang remaja yang jujur dan mengakui isi hatinya, paling tidak kepada diarynya, yang ia jaga dengan segenap kekuatannya. Membaca tulisannya seakan membaca sebagian ketakutan dan kegalauan yang dialami seorang remaja, tentang pergaulan, seks, hubungan dengan keluarga, dan ketertarikan pada lawan jenis. Anne adalah seorang gadis yang sangat menyukai sejarah, namun tak terampil dalam ilmu yang melibatkan angka. Anne seorang yang murah senyum dan ceria, hangat dan bersahabat. Terlihat dari beberapa fotonya yang juga ditampilkan di buku ini, Anne memiliki banyak sahabat dan tampaknya sempat memiliki kehidupan remaja yang berbahagia.

Sebelum membaca buku ini, beberapa tahun silam saya sempat menonton film dengan judul yang sama, yang dikisahkan dan dilakonkan dengan sangat apik. Jujur, saat menonton film itu, bahkan pada kesempatan kedua dan ketiga kalinya, saya tak bisa tidak menitikkan air mata. Gambarannya serupa dengan kisah yang diceritakan Anne di sini, kecuali pengembangan di bagian akhir yang tentunya tak dapat dituliskan Anne di diarynya. Membaca buku ini tetap memberikan banyak hal baru yang berkesan meski telah menonton filmnya. Ada sensasi yang berbeda. Di filmnya, saya terbawa dalam situasi kengerian kala orang-orang Yahudi disiksa dan mati, hingga kepedihan kala ayah Anne mencari anggota keluarganya setelah bebas, serta kembali ke Secret Annex dan menemukan diary Anne. Kehancuran hati dan kegetirannya begitu terasa. Dengan membaca buku ini, saya mendapatkan beberapa penjelasan yang tak saya dapatkan di filmnya, antara lain bagaimana kemudian ayah Anne melanjutkan hidupnya. Melihat sebagian cetakan tulisan tangan Anne menimbulkan desir di hati, bahwa ini adalah tulisan tangan seorang yang pernah hidup, nyata, namun mati dalam keadaan memedihkan.

Kisah penjajahan Nazi selalu menguarkan kisah-kisah mengharukan lainnya, yang selalu saya cari sejak film The Diary of Anne Frank. Mulai dari The Pianist, A Beautiful Life, The Boy in Stripped Pajamas, The Reader, hingga kisah-kisah lain yang tak kalah mengaduk-aduk emosi. Bagaimanapun juga, apa yang telah Hitler lakukan dan ajarkan dahulu itu benar-benar tak manusiawi dan tak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Telah begitu banyak jiwa yang mati dan menderita karena tindakan dan paham yang mengatasnamakan kebanggaan atas ras tertentu. Tak habis pikir rasanya, bagaimana mungkin dia tega membinasakan begitu banyak orang di depan matanya? Tapi itulah yang telah terjadi, kini telah menjadi bagian dari sejarah, dan semoga tidak akan pernah terulang lagi untuk alasan apapun.

“Aku masih muda dan banyak memiliki kualitas terpendam, muda, kuat, sekaligus melewati hidup dengan petualangan besar; aku berada di tengah-tengahnya tanpa mampu menghabiskan hari-hariku dengan mengeluh karena itu tidak mungkin untuk menghadirkan kebahagiaan! Aku berdoa dengan sepenuhnya: kebahagiaan, watak keceriaan, dan kekuatan. Setiap hari aku merasa diriku tumbuh kian dewasa, aku merasa kebebasan mendekatiku, aku merasa keindahan alam dan kebaikan insane mengelilingiku. Setiap hari aku berpikir, betapa ini adalah petualangan yang sangat memesona dan menyenangkan! Dengan semua itu, mengapa aku tenggelam dalam keputusasaan ?”

Anne, seorang yang punya banyak impian dan harapan, namun harus terpupus karena masa hidup yang begitu singkat. Namun tetap saja, dalam masa hidupnya yang singkat bunga-bunga asanya itu merekah dan mewarnai pemikiran banyak orang setelah Anne meninggal. Jika Anne yang diberikan hidup begitu singkat bisa mereguk maknanya begitu mendalam, mengapa kita yang diberi hidup lebih lama dan lebih ‘nyaman’ tak bisa meresapi dan menceritakannya pada dunia ?