Resolusi Konflik Islam Indonesia
Rp.70.000,-
Rp.50.000,-
Diskon
Judul: Resolusi Konflik Islam Indonesia
Penulis: Thoha Hamim, dkk.
Penerbit: LSAS & IAIN Surabaya Press, 2007
Tebal: 325 halaman
Kondisi: Bagus (Ori Stok Lama)
Agama dalam konstelasi sosial saat ini menghadapi berbagai tantangan, terlebih dalam kaitannya dengan permasalahan hubungan antara komunitas agama yang berbeda. Menurut Bambang Sugiharto, tantangan itu terdapat tiga hal. Yang pertama bahwa dalam menghadapi persoalan kontemporer yang dtandai disorientasi nilai dan degradasi moral, agama ditantang untuk tampil sebagai penyuara moral yang otentik.
Setiap agama mengajarkan perdamaian, kebersamaan sekaligus menebar misi kemaslahatan bagi lingkungan di sekitarnya. Namun dalam tataran sosiologis, wajah agama tidak seideal seperti yang diharapkan dalam kerangka normatif tersebut. Kerap kali raut wajah agama tampak bopeng, tercoreng dan ternoda dalam kecamuk konflik sosial, budaya dan politik. Demikian itu sebenarnya bukan kesalahan ajaran agama itu sendiri, namun lebih diakibatkan human error, yakni sikap sebagian para pemeluknya yang kadangkala menafsirkan ajaran teologis-normatif secara serampangan.
Pesan Sekarang
Penulis: Thoha Hamim, dkk.
Penerbit: LSAS & IAIN Surabaya Press, 2007
Tebal: 325 halaman
Kondisi: Bagus (Ori Stok Lama)
Agama dalam konstelasi sosial saat ini menghadapi berbagai tantangan, terlebih dalam kaitannya dengan permasalahan hubungan antara komunitas agama yang berbeda. Menurut Bambang Sugiharto, tantangan itu terdapat tiga hal. Yang pertama bahwa dalam menghadapi persoalan kontemporer yang dtandai disorientasi nilai dan degradasi moral, agama ditantang untuk tampil sebagai penyuara moral yang otentik.
Setiap agama mengajarkan perdamaian, kebersamaan sekaligus menebar misi kemaslahatan bagi lingkungan di sekitarnya. Namun dalam tataran sosiologis, wajah agama tidak seideal seperti yang diharapkan dalam kerangka normatif tersebut. Kerap kali raut wajah agama tampak bopeng, tercoreng dan ternoda dalam kecamuk konflik sosial, budaya dan politik. Demikian itu sebenarnya bukan kesalahan ajaran agama itu sendiri, namun lebih diakibatkan human error, yakni sikap sebagian para pemeluknya yang kadangkala menafsirkan ajaran teologis-normatif secara serampangan.