Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Talking To Strangers: Apa yang Seharusnya Kita Ketahui Mengenai Orang Tak Dikenal

gambar
Rp.98.000,- Rp.75.000 Diskon
Judul: Talking To Strangers: Apa yang Seharusnya Kita Ketahui Mengenai Orang Tak Dikenal
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerbit: Gramedia, 2020
Tebal: 416 halaman
Kondisi: Bagus (Ori Segel)

Buku yang ditulis Malcolm Gladwell ini menjelaskan cara berinteraksi dan memahami orang yang tidak Anda kenal. Dalam buku ini, Gladwell menjelaskan bahwa kebanyakan orang sering salah dalam memahami orang yang tidak dikenal sehingga berpotensi menimbulkan masalah yang besar.

Mudah Percaya Pada Orang Lain Adalah Fitrah Manusia

Seorang psikolog bernama Tim Levine mengatakan bahwa dalam teori interaksi sosial, fitrah seorang manusia adalah mempercayai manusia lain, termasuk terhadap orang yang tidak dikenal. Kita menganggap bahwa setiap orang yang kita temui adalah orang-orang yang jujur dan dapat dipercaya.

Naluri alamiah manusia ini jika tidak digunakan dengan bijak dapat menimbulkan masalah yang besar. Salah satu contohnya adalah kisah kunjungan mantan perdana Menteri Inggris, Neville Chamberlain, ke Munich untuk menemui Adolf Hitler.

Tujuannya menemui Adolf Hitler adalah untuk membaca karakter pemimpin NAZI tersebut. Ia meyakini bahwa Hitler adalah seorang pemimpin yang baik. Setelah pertemuannya dengan Hitler, Ia pun tetap meyakini bahwa Hitler tidak akan melakukan hal bodoh yang membahayakan keamanan dunia. Hal yang terjadi kemudian adalah sebaliknya.

Contoh selanjutnya adalah kasus pelecehan seksual terhadap ratusan anak perempuan yang dilakukan oleh dokter timnas senam wanita Amerika, Larry Nassar. Kasus ini sulit diungkap karena sosok Larry memiliki reputasi yang sangat bagus dan kepribadian yang baik di mata orang tua anak mereka.

Kasus yang sama juga terjadi di dunia investasi Amerika. Seorang penasehat investasi ternama bernama Bernie Madoff melakukan penipuan dengan Skema Ponzi yang baru diketahui ketika krisis keuangan menerpa dunia global pada tahun 2008.

Padahal, seorang analis investasi bernama Markopolo sudah mengingatkan sebelumnya dengan mengumpulkan berbagai bukti. Sayangnya, publik tidak mempercayainya karena Madoff merupakan orang yang berpengaruh di Amerika dan bahkan ia pernah menjabat sebagai ketua pasar saham NASDAQ. Kasus ini pun menjadi kasus penipuan investasi terbesar sepanjang sejarah.

Asumsi Kita Cenderung Salah

Jika Anda mengatakan kepada orang lain bahwa Anda mahir dalam membaca pikiran dan emosi seseorang, Anda salah besar. Bahkan, hakim pun kadang tidak lebih baik daripada komputer dalam membuat keputusan.

Pada tahun 2017, seorang pakar ekonomi dari Harvard bernama Sendhil Mullainathan melakukan sebuah penelitian tentang keputusan para hakim dalam memberikan jaminan kepada lebih dari 554.689 terdakwa di kota New York. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai keakuratan hakim dalam memberikan jaminan kepada para terdakwa.

Para hakim ini mengambil keputusan tidak hanya dengan melihat rekam jejak para terdakwa dari dokumen yang ada, tetapi juga berinteraksi langsung dengan para terdakwa. Dalam interaksi ini, para hakim menilai para terdakwa melalui ekspresi wajah, emosi dan lain-lain.

Mullainathan mengembangkan sebuah program komputer dengan kecerdasan buatan lalu memasukkan dokumen yang sama dengan yang digunakan para hakim untuk menentukan siapa yang layak mendapatkan jaminan kebebasan.

Setelah membandingkan hasil keputusan para hakim dengan hasil keputusan komputer, hasil yang diberikan komputer lebih baik dibandingkan dengan keputusan para hakim. Sebanyak 25% terdakwa yang diberikan jaminan oleh para hakim kembali mengulangi tindak kejahatannya setelah berada di luar.

Kasus lain yang juga mengebohkan dunia adalah kasus Sandra Bland. Sandra Bland merupakan seorang wanita Afrika-Amerika yang bunuh diri di dalam penjara. Kematiannya ini memicu timbulnya gerakan Black Live Matters di Amerika.

Pada awalnya, kasus ini hanyalah masalah pelanggaran lalu lintas biasa. Penanganan polisi yang buruk dan ketidakmampuan polisi dalam memahami karakter Bland membuat kasus ini menjadi besar karena adanya faktor bias rasial.

Beberapa kasus besar ini merupakan contoh bahwa kita bukanlah seseorang yang baik dalam memahami orang asing. Kita juga tidak mahir dalam membaca karakter seseorang baik melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh dan lain-lain.
Pesan Sekarang