Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Segala-galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang Harapan

gambar
Rp.90.000,- Rp.70.000 Diskon
Judul: Segala-galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang Harapan
Penulis: Mark Manson
Penerbit: Gramedia, 2020
Tebal: 368 halaman
Kondisi: Bagus (Ori Segel)

Buku ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama diberi judul HARAPAN sedangkan bagian kedua berjudul SEGALA-GALANYA AMBYAR. Bagian pertama terdiri dari lima bab yang masing-masing babnya membahas tentang (1) Kebenaran yang Menggelisahkan, (2) Kendali-Diri adalah Sebuah Ilusi, (3) Hukum Newton tentang Emosi, (4) 5 Cara Mewujudkan Mimpi-Mimpi Anda, dan (5) Harapan itu Ambyar. Sementara bagian kedua memiliki empat bab yang membahas (1) Formula Kemanusiaan, (2) Rasa Sakit adalah Konstanta Universal, (3) Ekonomi Perasaan, dan (4) Agama Final.

Empat bab di bagian pertama buku ini terlihat mengiyakan bahwa mempunyai harapan itu penting, karena lawan dari kebahagiaan bukanlah amarah atau kesedihan tetapi tidak adanya harapan (nihilisme). Tanpa harapan manusia percaya akan terperosok ke dalam kehampaan.

Harapan lahir dari perasaan mengejar "sesuatu yang lebih baik" (karena ada sesuatu yang menurut kita "rusak"). Harapan hadir karena ada masalah yang perlu dicari jalan keluarnya. Adanya konflik berarti menjaga adanya harapan. Jadi di bab terakhir dari bagian pertama, Mark Manson menuliskan bahwa harapan ini bersifat destruktif. Harapan tergantung pada penolakan terhadap apa yang terjadi saat ini.

Sehingga menurut Mark Manson di bagian kedua bukunya ini: jangan mengharapkan kehidupan yang lebih baik, cukup hiduplah dengan baik. Hidup dengan baik tidak sama artinya dengan menolak penderitaan. Jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa manusia untuk menderita, maka sepatutnya manusia belajar untuk menderita secara tepat. Menderita secara tepat adalah dengan cara bersentuhan dengan penderitaan itu dan menemukan nilai serta makna di dalamnya. Mengejar kebahagiaan merupakan nilai beracun yang telah lama ada di kebudayaan manusia.

Pada bagian akhir bukunya ini, Mark Manson menyarankan: daripada mencari-cari harapan, berusahalah untuk tidak berharap dan tidak pula takut; juga, jangan takabur seolah-olah yakin mengetahui semuanya yang ada di dunia ini. Jadilah manusia yang lebih baik, lebih murah hati, lebih tabah, lebih rendah hati, dan lebih disiplin. Dengan begitu, barangkali kita bisa menerima kebenaran yang menggelisahkan.

Kebenaran yang menggelisahkan tentang kehidupan yang dimaksud oleh Mark Manson adalah bahwa ketika kita sudah meninggal hanya sedikit kata-kata atau tindakan kita yang masih berpengaruh terhadap sekelompok kecil orang, dan itu pun hanya dalam waktu yang cukup singkat. Dengan kata lain yang lebih sederhana: kita bukan siapa-siapa.

Membaca buku ini rasanya seperti ditimang-timang kemudian dibanting dengan keras. Tapi saya pribadi suka dengan buku ini. Menurut saya buku ini memberi apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan. Mark Manson secara tersirat mengajak untuk melakukan mindfulness, living the present and embrace all emotions (baik itu emosi yang membuat nyaman maupun yang membuat tidak nyaman).
Pesan Sekarang