Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Transendensi Feminin: Kesetaraan Gender Menurut Simone de Beauvoir

gambar
Rp.90.000,- Rp.72.000 Diskon
Judul: Transendensi Feminin: Kesetaraan Gender Menurut Simone de Beauvoir
Penulis: Toety Heraty
Penerbit: Gramedia, 2019
Tebal: 188 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)

Transendensi feminin adalah peristilahan langsung dari Simone de Beauvoir dalam karya Le Deuxeme Sex (1949) yang diterjemahkan menjadi The Second Sex (1954). Meskipun dikabarkan terjemahannya cukup bermasalah, inilah buku penting dan pertama mengulas kesetaraan gender, suatu gagasan yang kini kita kenal dalam perbendaharaan bahasa Indonesia.

Demi kesetaraan itu, diperlukan transendensi yang dalam filsafat eksistensialis J.P. Sartre adalah kebebasan dalam eksistensi. Kehadiran manusia sebagai eksistensi memiliki transendensi yang mengatasi imanensi, seperti halnya hubungan antara subjek dan objek, suatu polaritas yang sekaligus berarti transendensi maskulin dan imanensi feminin, aktivitas maskulin dan pasivitas feminin.

Dalam perbedaan gender, perempuan pun ditanggapi berbeda dari pria, menjadi liyan, yang lain, dan menjadi objek pasif bukan subjek aktif. Feminitas pun ditelusuri dalam psikoanalisa sebagai feminine character (V. Klein) pada ulasan Freud, dan psikoanalisa lainnya seperti pada Jung, Adler, Karen, Horney, Helena Deutsch, dan Maslov, akhirnya bermuara pada gagasan eksistensi dengan kebebasan dasariah. Padahal sebagai manusia, perempuan dapat melaksanakan kebebasannya juga demi kesetaraan. Oleh Simone de Beauvoir dijelaskan bahwa transendensi feminin itu nyaris terwujud secara historis, antropologis, sosiologis, dan empiris psikologis.

Pada hasil Tes Rozenzweig, tampil dengan jelas masculine character yang pada saat frustrasi menjadi extra-punitive (agresif cenderung mengalahkan pihak lain) dan ego-defensive (menyelamatkan martabatnya). Berbeda dengan feminine character, yang cenderung menyalahkan diri sendiri dan merawat silaturahmi.
Pesan Sekarang