Intelektual Jalan Ketiga: Pemikiran Cornelis Lay Tentang Demokrasi, Desentralisasi, Nasionalisme & Reformasi Keamanan
Rp.95.000,-
Rp.72.000
Diskon
Judul: Intelektual Jalan Ketiga: Pemikiran Cornelis Lay Tentang Demokrasi, Desentralisasi, Nasionalisme & Reformasi Keamanan
Penulis: Pratikno, et.al.
Penerbit: KPG, 2019
Tebal: 448 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Intelektual Jalan Ketiga merupakan bunga rampai pemikiran Prof. Dr Cornelis Lay (CL) yang ditulis oleh para kolega dan sahabat dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang keenam puluh. Di samping memuat kesaksian atas CL sebagai human—sebagai murid, guru, teman, dan rekan kerja—buku ini memotret CL sebagai pemikir yang bergulat dengan isu-isu penting terkait demokrasi, desentralisasi, nasionalisme, dan reformasi keamanan dalam konteks Indonesia pasca-Orde Baru. Di situlah sumbangan penting buku ini, membabarkan diskursus yang menjelaskan dan menggali proses reformasi politik Indonesia setelah Soeharto lengser.
“Mas Conny mewakafkan diri untuk cita-cita Indonesia yang dipancangkan oleh Bung Karno. Kalau ditanya, ‘Dengan siapa Nahdlatul Ulama harus berbagi gairah tentang masa depan Indonesia?’ Saya jawab pasti: Cornelis Lay!” — KH Yahya Cholil Staquf
“Saya kenal dekat dengan Conny (Cornelis Lay) dalam jaringan yang mendorong demokratisasi sejak 1990-an. Dia sosok intelektual yang inklusif, aktif memperjuangkan demokrasi dan keadilan sosial. Dia juga kawan yang peduli, pendengar yang sabar, dan pandai memfasilitasi kesepakatan.” — Buya Syafii Maarif
Pesan Sekarang
Penulis: Pratikno, et.al.
Penerbit: KPG, 2019
Tebal: 448 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Intelektual Jalan Ketiga merupakan bunga rampai pemikiran Prof. Dr Cornelis Lay (CL) yang ditulis oleh para kolega dan sahabat dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang keenam puluh. Di samping memuat kesaksian atas CL sebagai human—sebagai murid, guru, teman, dan rekan kerja—buku ini memotret CL sebagai pemikir yang bergulat dengan isu-isu penting terkait demokrasi, desentralisasi, nasionalisme, dan reformasi keamanan dalam konteks Indonesia pasca-Orde Baru. Di situlah sumbangan penting buku ini, membabarkan diskursus yang menjelaskan dan menggali proses reformasi politik Indonesia setelah Soeharto lengser.
“Mas Conny mewakafkan diri untuk cita-cita Indonesia yang dipancangkan oleh Bung Karno. Kalau ditanya, ‘Dengan siapa Nahdlatul Ulama harus berbagi gairah tentang masa depan Indonesia?’ Saya jawab pasti: Cornelis Lay!” — KH Yahya Cholil Staquf
“Saya kenal dekat dengan Conny (Cornelis Lay) dalam jaringan yang mendorong demokratisasi sejak 1990-an. Dia sosok intelektual yang inklusif, aktif memperjuangkan demokrasi dan keadilan sosial. Dia juga kawan yang peduli, pendengar yang sabar, dan pandai memfasilitasi kesepakatan.” — Buya Syafii Maarif