Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekuatan di Balik Buku

Huruf-huruf berselang-seling dengan gambar menghampar pada lembaran-lembaran kertas bertumpuk dalam satu bundel, inilah gambaran buku secara fisik. Tidak Iebih dari seonggok barang yang ada hampir di semua tempat. Buku dalam format mewah, yaitu bersampul kertas tebal bergambar indah yang dicetak di atas kertas berkualitas tinggi mampu menyumbang keartistikan dan kewibawaan ruang yang ditempati. Namun, tidak sedikit pula ruang menjadi semakin berantakan dengan kehadiran buku yang berserakan, atau karena adanya buku kumal, kusam, dan bau. Keberadaan buku dalam pandangan kebendaan tidak jauh dari penampakan tadi. Apakah makna buku sebatas penampakannya?

Kita sering mendengar ungkapan bahwa kita dapat mengubah dunia dengan buku. Benarkah demikian? Mari kita simak bagaimana agama mengubah cara manusia berpikir dan bertindak menjadi lebih baik. Dengan keyakinan keagamaannya, manusia sebagai unsur utama peradaban dunia bertindak untuk meningkatkan kualitas peradaban menjadi lebih baik. Kita tahu bahwa tuntunan yang diajarkan agama berasal dari Tuhan melalui utusan pilihan. Selanjutnya, tuntunan itu ditulis dalam buku yang kita sebut kitab suci agar tetap terjaga kemurniannya.

Panglima Jabal Al Tarik berhasil melintasi Selat Gibraltar hingga dapat menakiukkan Andalusia, yang sekarang kita kenal sebagai Spanyol, berkat keyakinannya pada kitab suci. Columbus berangkat dari Eropa untuk menemukan Amerika dengan acuan "Gloria dan Glorius" yang artinya demi kitab suci dan kemegahan kerajaan. Dia mengarungi samudra tanpa tepi yang belum pernah dijamah orang sebelumnya. Samudra yang menyimpan berjuta topan dan badai yang siap mengempas dan meluluh-lantakkan siapa pun yang mencoba mengarunginya. Dia berhasil sampai ke Benua Amerika yang saat itu mereka sebut sebagai dunia baru. Keberhasilan Columbus juga didasari oleh keyakinannya pada kitab suci. Kitab yang pembuat atau penulisnya tidak pernah dia temui secara langsung, tetapi pengaruhnya dapat merasuk ke dalam sanubari dan mendasari semua tindakannya.

Di banyak negara dengan beragam sistem pemerintahan, dari waktu ke waktu, dikenal adanya buku-buku yang diharamkan karena dianggap dapat mempengaruhi masyarakat dan membahayakan pemerintahan tersebut. Di negara besar seperti Amerika, pada zaman perbudakan, pernah menganggap buku Uncle Tom Cabin sebagai buku yang membahayakan karena bersimpati dan berpihak pada orang-orang Negro yang saat itu dianggap sebagai kaum budak, Di Rusia, pada zamannya: pernah mengharamkan buku dr. Zhivago karangan Boris Pasternak karena dianggap menentang paham komunis. Di Indonesia, bertahun-tahun buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer dilarang beredar karena dianggap membahayakan negara.

Dalam buku Bumi Manusia, Pramoedya menulis pertentangan kelas antara kelas orang miskin dengan kelas orang kaya atau penguasa yang berakhir tragis dengan semakin sengsaranya si miskin dan semakin pongahnya si kaya. Menurut pemerintah waktu itu, tulisan ini bisa menghasut pembacanya untuk berpihak secara berlebihan pada kaum duafa dan mengobarkan antipati terhadap kaum penguasa. Pada akhirnya akan mengacaukan ketenteraman masyarakat. Apakah pemerintah waktu itu tidak yakin dengan kemampuan berpikir dan penguasaan diri pembaca? Yang jelas, buku-buku Pramoedya seolah mewakili kekuatan yang harus ditaklukkan atau dimusnahkan.

Buku Harry Potter karya J.K, Rowling telah dicetak jutaan eksemplar bahkan telah difilmkan di layar lebar yang menyedot jutaan penonton. Buku ini mengisahkan penemuan jatidiri seorang Harry, Hermmione, dan Ron dalam menghadapi kehidupan di sekolah sihir Hogward maupun di luar sekolah. Lawan-lawannya seperti Lord Voldemort (Tom Riddle), Malfoy dan anaknya (Lucius dan Draco) dengan segala kekuatan, rekadaya, dan kelicikannya justru mempercepat penemuan jatidiri mereka.

Petualangan Winetoe mengisahkan persahabatan dua manusia yang latar belakang budaya sangat berbeda. Winetoe tumbuh dan berkembang dalam lingkungan Indian suku Apache, sedangkan Sharlih seorang doktor dari Jerman yang berpetualang di Amerika. Dalam buku ini, Dr. Karl May sebagai penulis sekaligus tokoh dalam kisah Winetoe (Karl May dalam logat suku Indian Apache dilafalkan Sharlih) berhasil mengantar pembacanya berpihak dan mendukung tindakannya dengan Winetoe menegakkan norma kemanusiaan di daerah Wild West. Bahaya yang menghadang justru semakin memperkokoh persahabatan mereka.

Kemampuan J.K, Rowling dan Karl May dalam bercerita membuat karya mereka memiliki kekuatan dalam menghimpun orang untuk mencermati, menikmati. dan mengoleksi, bahkan menjadi acuan ide pembacanya dalam bertindak.

Dalam metoda ilmiah, tahapan proses selalu didasari oleh sesuatu yang tertulis. Orang selalu bertindak dengan mengacu pada sesuatu yang tertulis dan menulis yang telah dikerjakan. Keberadaan alat bantu kehidupan yang bermuatan teknologi, misalnya pesawat terbang, lemari pendingin, komputer, dan sejenisnya selalu didasari pada acuan tertulis, yaitu buku.

Namun, sebagaimana kodratnya, alat bantu kehidupan layaknya pisau bermata dua. Bisa dimanfaatkan untuk kebaikan atau didayagunakan bagi keburukan. Pesawat terbang misalnya, barang ini memberikan manfaat luar biasa apabila digunakan untuk mempercepat perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Sebaliknya, akan memberikan kerugian luar biasa saat digunakan untuk memusnahkan manusia dan tempat bersejarah. Pesawat terbang, seperti pada penerbangan pesawat Concord yang sekarang sudah dihentikan, tanpa sengaja membawa dampak kerusakan lapisan ozon yang kita butuhkan. Kesadaran akan manfaat dan kerugian dari sebuah produk tidak lepas dari peran buku yang ditulis para pakar penerbangan yang membuat peradaban berubah menuju arah lebih baik, Pada akhirnya, buku bisa menjadi berkah dan bisa juga menjadi musibah.

Tinggi rendahnya kualitas buku selain disebabkan wujud fisik, juga ditentukan oleh isi yang disampaikan penulisnya. Isi buku dianggap berbobot apabila setelah membaca buku tersebut pembaca dapat merasakan suatu nilai tambah ataupun bahan pemikiran yang mengarah pada perbaikan keadaan.

Sigmund Freud, yang dikenal sebagai bapak psikologi, hingga kini terus dikenang karena pemikiran yang dituangkan dalam buku Psikoanalisis dapat diterima atau dipahami oleh generasi selanjutnya. Buku-buku puisi Kahlil Gibran terus diminati pembaca karena sarat dengan makna dan perenungan. Buku-buku Danarto mengantar pembaca menikmati dunia fantasi tanpa tepi. Buku-buku petualangan Harry Potter karya J.K. Rowling dan buku-buku petualangan Winetou karya Dr. Karl May bisa membawa kita semakin percaya diri dalam berpikir dan bertindak. Apabila ingin menyerap kekuatan sambil menebar senyum baik certa maupun masam, kita dapat membaca buku-buku humor sufi semacam Nasarudin Hoya dan Abunawas. 

Buku sebagai alat perantara antara penulis ke pembacanya merupakan alat ampuh untuk mentransfer sumber energi yang sulit diukur kedalamannya.

Andra Diah Rahmawai, siswi SLTP Labshool Kebayoran
Majalah MATABACA Vol. 2/ No. 12/ Agustus 2004