Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Linguistik Fenomenologis John Langshaw Austin: Ketika Tuturan Berarti Tindakan

Judul: Linguistik Fenomenologis John Langshaw Austin: Ketika Tuturan Berarti Tindakan
Penulis: Wahyu Wibowo
Penerbit: Bidik-Phronesis Publishing, 2011
Tebal: 150 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
 

Buku ini mendeskripsikan salah satu pemikiran Filsuf Filsafat Bahasa yang berasal dari Inggris  John Langshaw Austin yang tertuang dalam bukunya yang fenomenal berjudul How to do Things with Words (1962). Pada buku inilah pemikiran Austin menemukan bentuk yang khas dan mempengaruhi perkembangan  pelbagai aliran filsafat dan ilmu pengetahuan. Pemikirannya itu disebutnya sebagai Speech Acts (Tindak Tutur).  Austin mempercayai bahwa unsur bahasa (what) sama pentingnya dengan dunia fenomena-fenomena (when).

Ungkapan ini oleh Austin dinamainya linguistic phenomenology (linguistik fenomenologis), yaitu suatu upaya untuk menjelaskan fenomena-fenomena melalui analisis bahasa. Ungkapan linguistik fenomenologis hanyalah sebutan yang digunakan oleh Austin untuk menunjukkan aktivitas analisis bahasanya. Teori Tindak Tutur yang diciptakannya itu salah satunya menjadi dasar bagi teori Tindak Tutur di dalam linguistik pragmatik.

Selain eksplorasi teoritis, buku yang ditulis oleh dosen senior Filsafat Bahasa di Universitas Nasional, Jakarta, ini juga menerapkan teori dari Austin tersebut ke dalam  penelitian tentang kepenyairan Sapardi Djoko Damono (SDD). Dengan terlebih memodifikasi teori Austin menjadi metode tindak tutur komunikasi, penulis ini mendapati bahwa memaknai sajak SDD tidak cukup hanya mengandalkan sepenuhnya pada makna yang ada dalam sajak itu sendiri, melainkan harus lebih memperhatikan strategi pemaknaan yang dilakukan oleh penyairnya berdasarkan ideologi kepenyairannya dan dan juga berdasarkan seperangkat gagasan yang terwujud dalam kesadaran berbahasanya. Tanpa memerhatikan hal ini, kita diandaikan mengabaikan kecenderungan penyair pada umumnya dalam memakai kata-kata terpilih untuk menentukan, merefleksikan, dan mengkonstruksikan realitas; hal yang sering memicu anggapan bahwa penyair hanya mengungkapkan gambaran semu mengenai kehidupan.