Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Pribadi Dan Martabat Buya Hamka

Judul: Pribadi Dan Martabat Buya Hamka
Penulis: Rusydi Hamka
Penerbit: Noura Books, 2016
Tebal: 404 halaman
Kondisi: Bagus (Stok lama)
Harga: Rp. 120.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Buku ini mengisahkan tentang pengetahuan Buya Hamka tentang masuknya Islam ke Indonesia. Buya Hamka membeberkan fakta sejarah tentang masuknya Islam pertama kali ke Indonesia bukan dari pedagang Gujarat India, akan tetapi langsung dari Arab sekitar abad ke-6 dan abad ke-7 atau semasa jaman Khulafaur Rasyidin. Fakta ini berdasarkan penggalian atas catatan perjalanan Ibnu Batutah dan kisah pengembaraan laksamana Cheng Ho. Fakta ini beliau sampaikan di sebuah seminar kebudayaan dan sejarah Islam di Medan tahun 1963.

Ternyata fakta ini tidak diindahkan pemerintah. Sehingga sejarah tentang masuknya Islam ke Indonesia yang diberikan kepada pelajar tetap yang berdasarkan kaum orientalis. Selain itu, dalam buku ini Buya juga mempertahankan fatwa ‘haram natal bersama’, sebuah fatwa yang membuat murka rezim saat itu. Buya tak mundur selangkah pun. Beliau lebih memilih meletakkan jabatannya sebagai ketua MUI daripada harus mencabut fatwa tersebut untuk menyenangkan penguasa saat itu. Sebuah buku yang hebat tentang ulama hebat. Banyak teladan sikap dan pemikiran Buya yang bisa diambil hikmahnya.

Setelah membaca buku ini kita akan semakin terbuka luas wawasan tentang agama Islam. Dari awal masuknya yang dari sekolah dasar kita sudah dicecoki dengan pengenalan sejarah yang berbeda, dan diyakini benar adanya karena sebuah otoritas dan kepentingan. Sejatinya, melalui sejarah kita saling menghargai, saling menghormati dan menjadikan pelajaran serta memgambil hikmah dari semua yang sudah terjadi.

Sikap Buya Hamka dalam Konferensi Islam Sedunia di Makkah pada 1975 barangkali merupakan teladan yang sangat relevan di masa hiruk pikuk sekarang ini. Pada waktu itu, Wakil Sekjen Konferensi Islam Syaikh Safwad Sakka termakan fitnah dan percaya bahwa Hamka aktif membantu Kristenisasi. Yang menarik adalah kekuatan Hamka mengendalikan diri dan perasaaannya—meski sekali pun tak diberi kesempatan berbicara dalam konferensi itu, beliau hanya diam dan tenang mengikuti konferensi hingga selesai.

Rusydi Hamka—putra kedua yang sering mendampingi Hamka dalam banyak peristiwa—memaparkan kisah tersebut dalam buku ini, bersama kisah-kisah inspiratif lain dalam kehidupan ulama legendaris Indonesia itu.

Dalam buku ini, kita juga mendapat gambaran sosok Hamka sebagai ulama yang benar-benar hidup di tengah umat. Hampir setiap hari berbondong tamu datang ke rumah Hamka hingga antreannya “seperti  di Puskesmas”. Mereka datang untuk berbagai keperluan, termasuk meminta nasihat urusan pribadi dan rumah tangga. Semua diterima Hamka dengan baik dan tanpa memungut bayaran, “Ini harus kita lakukan lillahi ta’ala—karena Allah semata,” demikian Hamka menekankan.

Rusydi juga mengungkapkan kemahiran Hamka membagi waktu di antara berbagai kesibukannya—mengarang, berkhutbah dan berceramah, memberi kuliah Shubuh, memberikan konsultasi kepada umat, dan membaca.

Menggambarkan pengalaman dan watak Hamka secara detail, buku ini secara utuh menampilkan Hamka sebagai sosok ulama dan seorang ayah yang patut kita teladani.

“Sangat berharga bagi kita untuk mengenal Hamka seutuhnya. Dari segi ini, Rusydi telah berhasil.”
—Majalah Tempo, XII (Juni, 1982, hal. 55)

“Sangat layak dibaca oleh siapa saja yang ingin menjadi orangtua yang dibanggakan anak-anaknya dan pemimpin umat yang dikenang sepanjang masa.”
—Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah