Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Memoar Pulau Buru I

Judul: Memoar Pulau Buru I
Penulis: Hersri Setiawan
Penerbit: KPG, 2016
Tebal: 544 halaman
Kondisi: Bagus (Baru)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312

Memoar Pulau Buru berkisah tentang mereka yang tertimpa nasih "kalah". Bicara tentang pergulatan seorang manusia atau sekelompok manusia untuk bisa bertahan hidup dari siksaan, pelecehan, kebengisan, dan kekejaman yang dilakukan sesamanya. Berkat kemampuan penuturan yang runtut, apa adanya dan menarik, buku ini membuat pembaca sesekali meneteskan air mata atau tersenyum geli; sebaliknya pada saat bersamaan diajak merenung tentang jati diri kemanusiaan, terutama dari sisi lain kemanusiaan, yakni setan iblisnya. Hersri tidak memvonis, tidak juga menyalahkan. Ia hanya bercerita. Penuturannya membuat kita merenung: inikah yang pernah terjadi di sebuah negeri dengan pengagungan nilai-nilai Pancasila dan religiusitas yinggi?
-St. Sularto, Kompas, Sabtu, 22 Mei 2004.

Memoar ini amat berharga. Sebuah karya bermutu yang tidak hanya mengungkapkan pengalaman pribadi penulisnya, melainkan biografi orang-orang Indonesia yang dibuang ke Pulau Buru, kamp tahanan politik diharapkan keluar dalam keadaan hidup dari pulau itu. Mereka terdiri dari pejuang kemerdekaan, sastrawan, seniman, intelektual, gelandangan, dan siapa saja. Penulis memoar ini membuat mereka tercata dalam sejarah kita dan dikenang. Memoarnya merekam situasi yang begitu kelam ketika nasionalisme mengalami kegagalan, ketika kudeta militer Mayor Jenderal Soeharto mengakhiri pemerintahan Presiden Sukarno, ketika orang Indonesia bergerak untuk membunuh orang Indonesia sendiri di era politik global yang dinamai Perang Dingin, dengan dampak yang berlangsung hingga hari ini. Memoar Pulau Buru adalah sebuah monumen kemanusiaan, yang membuat kita tergugah memperjuangkan martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan tanpa henti.
- Linda Christanty, sastrawan dan wartawan.

Di dalam Memoar Pulau Buru, Hersri menceritakan penderitaannya dipekerjakan sebagai "budak yang terisolasi di sebuah pulau tanpa tahu sampai kapan". Namun di balik kesengsaraan yang sulit dibayangkan tertanggungkan oleh manusia, Hersri dan kawan-kawan membuktikan bahwa manusia bisa disiksa dan dibunuh, namun kemanusiaan tak pernah mati.
- Asvi Warman Adam, Gatra, No. 47, 11 Oktober 2003.

Memoar Pulau Buru adalah suatu upaya untuk membuka hal-hal yang selama Orde Baru lalu dianggap tabu untuk dikatakan dan dilakukan, misalnya kata genjer-genjer dan kritik-otokritik. Dengan membacanya, kita mengenal pelaku peristiwa sejarah besar, yang tak pernah tertulis dalam buku sejarah.
- Baskara T. Wardaya SJ, Kompas, 10 Mei 2004.

Memoar Pulau Buru merupakan kesaksian sejarah dan kemanusiaan peristiwa 1965. Memoar ini disusun berdasarkan catatan pribadi Hersri Setiawan atas kehidupannya sebagai tahanan politik Orde Baru. Buku ini menjadi rekaman dan refleksi yang sangat berharga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Budiawan, Kedaulatan Rakyat, 9 Mei 2004.