Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Pantomim Suci Betara Berutuk dari Trunyan Bali

Judul: Pantomim Suci Betara Berutuk dari Trunyan Bali
Penulis: James Danandjaja
Penerbit: Balai Pustaka, 1985
Tebal: 126 halaman
Kondisi: Bagus (stok lama)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312

Daerah Trunyan terletak di pantai timur Danau Batur, danau kepundan di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Masyarakat Trunyan adalah masyarakat petani konservatif yang disebut Bali Aga (orang Bali pegunungan) atau Bali Mula (orang Bali asli). Kebudayaannya mengandung ciri kebudayaan pra Hindu, yang berbeda dari orang Bali Hindu kebanyakan.Yang menjadi pemujaan pokok bukan dewa-dewa Hindu, tetapi dewa-dewa pribumi Trunyan yang asalnya adalah roh leluhur mereka.

Salah satu tradisi masyarakat Trunyan adalah Saba Gede atau pesta besar untuk menghormati Ratu Sakti Pancering Jagat, Dewa Tertinggi Trunyan. Pesta ini dilakukan pada bulan gelap keempat dari kalender Bali (Purnama ing Kapat) sehingga disebut juga pesta rakyat Purnama ing Kapat.

Upacara yang diadakan pada Purnama ing Kapat ini mempunyai dua aspek yaitu bersifat laki-laki (lanang) dan bersifat perempuan (wadon). Sehingga Saba Gede ini ada dua jenis yaitu Kapat Lanang dan Kapat Wadon yang dilakukan secara bergilir setiap tahun. Perbedaannya terletak pada acara dan pelaku upacara. Pada upacara Kapat Wadon para wanita (debunga) mengadakan upacara pewarnaan kain wastra putih (kain kapas tenunan Trunyan asli) menjadi warna oranye.

Pada upacara Kapat Lanang ada pementasan drama pantomim suci Betara Berutuk atau Ilen-ilen Betara (tarian para dewa) yang dilakukan para pemuda (teruna). Fungsinya untuk mendatangkan kesuburan bagi desa Trunyan dengan segala isinya. Pantomim ini dimulai dengan munculnya pasangan kedewaan (Ratu Sakti Pancering Jagat dan peramaisurinya) yang diikuti pengiringnya. Pantomim ini diakhiri dengan ‘bersatunya’ Sang Dewa dengan permaisurinya sebagai lambang kesuburan.

Untuk melakukan pantomim suci Betara Berutuk ada aturan-aturan tertentu yang harus ditaati. Apabila dilanggar akan mendatangkan kesialan atau malapetaka bagi pelakunya atau masyarakat Trunyan pada umumnya. Pementasan ini dapat dikatakan sebagai ramalan bagi kesuburan Trunyan yang akan datang, terutama berkaitan dengan datangnya hujan.