Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Budaya Bebas: Bagaimana Media Besar Memakai Teknologi dan Hukum untuk Membatasi Budaya dan Mengontrol Kreativitas

Judul: Budaya Bebas: Bagaimana Media Besar Memakai Teknologi dan Hukum untuk Membatasi Budaya dan Mengontrol Kreativitas
Penulis: Lawrence Lessig
Penerbit: KUNCI Cultural Studies Center, 2011
Tebal: 412 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 120.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Buku ini mengulas tentang bagaimana " budaya dan hukum" beradaptasi dengan perkembangan pada ranah media yang berbasis internet. Namun sebagaimana dikatakan Lassig pada hal 8 bahwa, "buku ini bukanlah tentang internet". Lebih dari itu, buku ini membahas secara detail tentang bagaimana relasi internet dengan berbagai perubahan budaya karya cipta beserta tinjauan aspek hukumnya. Misalnya bagaimana soal pembajakan melalui internet serta kaitannya dengan karya cipta.

Dalam hal ini Lassig memberikan argumen bahwa "kita menjadi begitu peduli dengan perlindungan atas instrumen (kakayaan intelektual) sampai-sampai kita tidak bisa lagi memakai nilainya (h.21). Implisit dalam argumen Lassig bahwa dari aspek hukum seringkali hanya berkutat pada regulasi pengaturan hak cipta tanpa memikirkan urgensi pemanfaatan karya tersebut. dari sinilah kelihatannya lassig kemudian menawarkan sebuah pemikiran mengenai "budaya bebas" dimana "budaya bebas" dapat dijadikan instrumen untuk melihat karya cipta dari sisi manfaat nilai kegunaannya.

Tawaran pemikiran Lassig ini dapat dikatakan merupakan sebuah "ruang antara" yang menghubungkan sang pencipta karya dan pengguna, tanpa harus ada ketakutan bahwa apa yang dilakukan si pengguna merupakan pelangaran hukum. Dengan label "Creative Common" pada setiap karya cipta maka dengan sendirinya si pencipta menyadari bahwa pengguna dapat memaksimalkan memanfaatkan nilai guna dari ciptaanya bagi publik.

Untuk masuk kedalam pembahasan inti, buku ini juga kaya akan berbagai ilustrasi cerita sebagai pengantar yang mengantarkan kita hingga tanpa terasa ternyata larut dalam pembahasan yang disajikan si pengarang.