Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wawancara Ann Wang Seng, Penulis Buku Rahasia Bisnis Orang Cina, Jepang dan Korea

Citra orang Cina di mata warga Melayu cenderung buruk. Sukses mereka dikesankan karena pintar menipu, licik, dan penuh intrik. Ann Wang Seng, 39 tahun, warga Malaysia keturunan Cina, terpanggil meluruskan persepsi itu. ''Banyak etos kerja orang Cina yang penting dipelajari kaum Melayu agar sama-sama sukses,'' ujar Ann.

Ia menulis buku Rahasia Bisnis Orang Cina sengaja dalam bahasa Melayu, bukan Inggris atau Mandarin. Sejumlah pembaca Melayu pun mengaku jadi berubah pikiran tentang orang Cina. Dalam setahun, buku itu dicetak delapan kali. Ann Wang Seng lantas menyusulkan buku rahasia bisnis bangsa serumpun Cina yang lain: Jepang dan Korea. Sambutan pembaca juga antusias.

Awal 2007, buku-bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sampai Agustus, Rahasia Bisnis Orang Cina dicetak delapan kali. Penerbitnya, Hikmah (Kelompok Mizan), mengklaim bahwa dalam sebulan, buku itu terjual 4.000 eksemplar. Buku Rahasia Bisnis Orang Jepang yang diterbitkan belakangan juga meledak, telah dicetak empat kali.

Ledakan buku-buku Ann Wang Seng menginspirasi penerbit lain melansir buku setema: rahasia sukses bangsa-bangsa Asia. Bukan hanya rumpun Cina, melainkan juga India. Yang terbaru, ada buku rahasia sukses warga India yang memulai karier dari Surabaya dan kini jadi orang Asia paling kaya di dunia. Lakshmi Mittal namanya.

''Bisnis bisa mempererat hubungan antar-etnis,'' kata Ann Wang Seng. Ia sendiri beristrikan wanita Melayu. Ia menyelesaikan magister bidang antropologi di Universitas Malaya, menulis sejak mahasiswa, dan jadi kolomnis di belasan media Malaysia.

Ann Wang Seng pekan lalu berkunjung ke Indonesia. Berbicara dalam beberapa forum bisnis. Ia menuturkan perjalanan penulisannya kepada Asrori S. Karni dari Gatra. Berikut petikannya:

Mengapa Anda memilih tema rahasia bisnis Asia, bukan Eropa atau Amerika? 
Abad ke-21 ini adalah abad Asia. Diprediksi, 10 tahunan lagi, ekonomi Cina, salah satu negara utama di Asia, bisa mengalahkan Amerika. Cina sekarang seperti anak perawan yang jadi pusat perhatian banyak orang. Selain itu, saya orang Asia. Terlahir sebagai keturunan Cina, di Klang, Malaysia. Pelabuhan Klang adalah pusat jutawan Cina di Malaysia.

Selama ini berkembang prasangka buruk tentang orang Cina. Mereka dinilai bisa berjaya dalam bisnis karena hasil menipu dan taktik kotor. Buku saya, Rahasia Bisnis Orang Cina, menjelaskan bahwa anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

Saya tidak mengingkari, ada orang Cina yang menipu. Tapi menipu bukanlah monopoli Cina. Suku apa pun ada yang menipu dan ada yang jujur. Buku itu ingin menunjukkan etos kerja positif orang Cina yang bisa dipelajari orang lain.

Bisa dicuplik contoh sekilas?
Mereka adalah bangsa yang bekerja keras, rajin, dan selalu berbuat dengan sungguh-sungguh. Mereka pandai dan cepat menciptakan peluang serta mengelolanya. Nilai positif ini seharusnya bisa dipelajari orang lain, sehingga sama-sama sukses dan bisa menyelesaikan masalah sehari-hari, seperti kemiskinan dan pengangguran. Masalah pokok kita adalah mudah cemburu pada sukses orang lain, tapi kita tak mau belajar dari orang lain.

Kunci sukses Anda buka, tak khawatir dikalahkan orang lain?
Oh, tidak, karena masyarakat Cina suka bersaing. Tanpa persaingan, kita tidak akan mencapai kemajuan, bisnis tidak akan berkembang. Begitu pula hidup ini, bila tidak ada persaingan, kegagalan, masalah, kerumitan, orang tidak akan berkembang. Sudah waktunya masyarakat tahu mengapa orang Cina bisa sukses, agar mereka tidak selalu menggambarkan orang Cina secara buruk.

Untuk konteks Malaysia, buku ini bisa mengendurkan ketegangan Cina-Melayu?
Ya, buku ini membantu mengurangi suhu kepanasan yang melanda dua etnis itu. Buku ini mendapat respons yang baik dari kalangan Melayu dan Islam. Ada yang bilang secara lisan kepada saya, setelah baca buku ini, berubahlah sikap mereka tentang orang Cina, yang sebelumnya dibenci dan dicemburui. Saya memang berharap, buku ini membantu asimilasi dan integrasi antar-etnis. Buat apa saling cemburu, lebih baik saling belajar.

Majalah Gatra edisi 44 / XIII / 19 September 2007