Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Semar Gugat: Kosmologi Jawa dalam Bingkai Simbolisme Pewayangan

Judul: Semar Gugat: Kosmologi Jawa dalam Bingkai Simbolisme Pewayangan
Penulis: Wasis Sarjono
Penerbit: Kuntul Press, 2006
Tebal: 284 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
 

Dalam buku itu diuraikan kosmologi Jawa dalam bingkai simbolisme pewayangan, yaitu Semar yang menjelma Sang Hyang Ismoyo, seorang dewa yang menjaga keselarasan alam dengan menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.

Semar ingin menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Sudah menjadi tekad bulat dan akan mengerahkan segenap kekuatan lahir batinnya. Semar dengan mata batinnya melihat bahwa saat itu Batara Guru terlalu kuat dan mendominasi kahyangan Jonggring Saloka. Peran panggung semuanya telah dikuasai, mulai dari sistem hingga lighting kehidupan telah direnggut dan dikangkangi. Sistem inilah yang membuat para dewata lain tidak berkutik, bahkan cenderung "yes man", bahkan kecut dan penakut. Semua dewata takut kehilangan kekuasaannya, posisi dan perannya takut luntur dan ludes jika harus beroposisi. Sisi lain muncul pula penyalah gunaan wewenang, serta merta hal itu terjadi karena struktur politik kahyangan terkondis otoriter, apalagi penyalah gunaan wewenang oleh ketua ikatan wanita dewata yakni Dewi Durga yang notabene permaisuri Batara Guru.

Akhirnya kayangan menjadi disharmoni, ketika betari Durga berkolaborasi dengan Wadyabala jin priprayangan.Onar pasti terjadi. Tampaknya para kesatria berbudi luhur yang suka akan kedamaian tak berdaya menghadapi kesaktian sang Betari. Mereka taku dan ciut nyali, karena kalah perbawa dan kalah subasita, apalagi Betari Durga itu termasuk jajaran elite.

Para kesatria berikhtiar dan merenung diri serasa menerawang pikir, kira-kira modal apakah yang mampu digunakan untuk mengimbangi kekuatan betrahri Durga, jika ada yang dapat digunakan untuk menggulingkan angkara murka Dewi Durga. Yang membuat ciut nyali itu adalah kemampanan sang Durga apalagi di bungkus rapi oleh mitos-mitos kekuasaan yang cenderung menakutkan. Akhirnya sebuah imbangan hadir, muncullah sang Pamono Agung, dialah Kyai lurah Semar. Semar akhirnya menjadi imbangan, tidak hanya kesaktian, namun dahsyatnya nurani yang tak tersentuh jiwa iri dengki dapat melumat dan melipat-lipat keangkaraan yang di putar oleh Betari Durga.

Cerita ini memberikan simpulan filosopi, bahwa kawula alit itu memberikan koreksi pada para dewata yang telah terkikis nuraninya. Semar melakukan kontrol kepada elite kahyangan, mengajarkan ilmu sejatinya untuk berlaku keseimbangan. Itulah gambaran singkat buku ini.

Keunggulan buku ini adalah pendiskripsian tuntas tentang Semar, dilihat dari kawasan filosofi. Buku ini mencuplik pikiran pikiran tajam para budayawan, ilmuwan bahkan rokhaniwan. Sebut saja, Zoetmulder,Frant Magnis Suseso, Ong Hok Ham, hingga B.R.O'G Anderson.

Dengan gamblang di urai tentang:
Eksitensi Tokoh Semar
Filosofi di balik "gara-gara'
Semar mbabar Jati Diri
Makna Semar untuk Legitimasi
Semar dan Kosmologi Jawa
Penjelmaan Dewa.