Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis

Judul: Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis
Penulis: Hilman Latief
Penerbit: Gramedia, 2010
Tebal: 340 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 55.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
 

Buku karya Aktivis Muda Muhammadiyah, Hilman Latief merupakan kumpulan ide-ide segar hasil pengamatan dari persoalan filantropi dan merupakan satu kejadian yang ditemui dalam aktifitas penelitiannya. Salah satu agenda Muhammadiyah adalah dibidang sosial, Muhammadiyah mendirikan banyak rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, hingga membentuk MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) sebagi konsekuensi dan tanggung jawab organisasi yang dilakukan Muhammadiyah di bidang sosial. Gerakan karikatif yang dibangun Muhammadiyah dalam mebangun misi kemanusiaan dan merupakan implementasi dari Pemaknaan Surat Al Maun ayat 1-7. Misi sosial yang diusung Muhammadiyah sebagai konsekuensi ideologis dari ajaran yang dahulu pernah diajarkan oleh pendiri Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan merupakan sosok ulama yang pragmatik dalam menjalankan dakwahnya dengan mengajak murid-murid beliau untuk mencari naka anak jalanan di sekitar Kauman Jogyakarta untuk diajak belajar ilmu agama. Hal ini pernah dikatakan oleh KH Ahmad Dahlan kepada muridnya Mulai Pagi ini, saudara saudara agar berkeliling mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawa pulanglah kerumahmu masing masing. Berilah mereka mandi dengan sabun yang baik, erilah pakaian yang bersih, berilah makan dan minum, serta tempat tidur dirumahmu. Sekarang juga pengajian saya tutup dan saudara-saudara melakukan petunjuk-petunjuk saya tadi (KH Ahmad Dahlan). Dengan ini jelas agenda pembaharuan KH Ahmad Dahlan selain memurnikan tauhid masyarakat dari budaya TBC (tahayul, Bid’ah, dan churafat), Kyai juga mengajarkan pada muridnya untuk berjiwa sosial. Kehadiran buku Melayani Umat karya aktivis muda Muhammadiyah, Mas Hilman Latief mempunyai tujuan untuk membangkitkan semangat filantropi yaitu kegiatan komunitas yang tujuannya meingkatkan kualitas hidup pada masyarakat. Bagaimana selain bergerak pada agenda keagamaan, keilmuan, Muhammadiyah juga diharuskan untuk aktif dalam isu-isu wacana global terutama dalam kemanusiaan. Ekspresi-ekspresi kemanusiaan dengan ciri khas keshalehan sosial diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pada peningkatan kesejahteraan terutama tarah hidup masyarakat. Kehadiran Buku Melayani Umat juga memberikan data data tentang aktivitas gerakan sosial Muhammadiyah Lembaga Zakat, Rumah Sakit, Panti Asuhan yang selama berkembang sangat pesat.

Di awal pembahasan buku ini penulis mencoba menyajikan sebuah agasan tentang ide awal penulisan Buku Melayani Umat dengan memberikan studi kasus tentang permasalahan kemiskinan di pinggiran kota yang menurut hemat penulis merupakan latarbelakang yang menempatkan gerakan sosial Muhammadiyah dalam merespon realitas kemiskinan di masyarakat perkotaan. Di bab kedua buku ini, Filantropi Islam, Kerelawanan, dan Tanggung Jawab Sosial penulis mengajak pembaca untuk bisa menpraktekkan gagasan kedermawaan dan praktek praktek dalam mengorganisir gerakan filantropi. Tanggung jawab sosial dalam aktivitas gerakan Muhammadiyah masih cenderung setengah-tengah dilakukan. Padahal menurut penulis konsep gerakan kedermawanan dan kerelawanan memiliki banyak bentuk dari sifatnya yang sederhanan dan bentuknya yang statis. Bab kedua ini lebih mengajak pembaca untuk membangunan kesadaran untuk melakukan gerakan karikatif. Pada Bab Ketiga, Gagasan Islam Modernis dan Aktivisme Sosial merupakan satu gagasan moderis islam yang dibawa oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Nagaimanan modernis islam mampu dibawa menuju proses transformasi agama islam pada keberpihakan pada kaum yang tertindas. Bagian ketiga ini juga mempertegas kembali pada Muhammadiyah sebagai gerakan modernis–puritan untuk tetap konsisten pada gerakan kesejahteraan di Indonesia. Peran Muhammadiyah dalam New Religious Movements dan berbagai tantangan yang akan dihadapi. Pada Bagian keempat buku Melayani Umat, Ideologi Kesejahteraan dan Kebijakan Filantropi lebih kepada peran anggota Muhammadiyah dalam memahami Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan sosial kemasyarakatan bukan hanya sosial keagamaan. Potensi potensi lembaga amal usaha Muhammadiyah dalam melakukan gerakan filantropi. Patut diapresiasi peran Lembaga Amal Muhammadiyah sebagai Lembaga Amil Nasional. Perkembangan dan potensi Amal Usaha Muhammadiyah yang berkembang sangat pesat pasca didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Pada Bagian Keempat buku ini juga disajikan data tentang perkembangan Anggota dan Amal Usaha Muhammadiyah. Pada Bagian Kelima, Mobilisasi dan Praktik Filantropi: Sentralisasi, Desentralisasi atau Atomisasi lebih kepada analisis dan pembandingkan akan praktek–praktek gerakan kedermawanan yang sudah berjalan di beberapa daerah terutama oleh Lembaga Amal Muhammadiyah terutama di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Yogyakarta sebagai pusat Penelitian penulis. Bab Ke enam, Pelayanan Kaum Pinggiran Kota: Bayi Terlantar, Yatim Piatu, Perempuan, dan Lansia pada bagian ini lebih kepada sebuah representasi lembaga Muhammadiyah dalam praktek gerakan filantropi secara mikro dilakukan oleh panti panti Muhammadiyah. Sebagai organisasi perkaderan, peran lembaga sosial tersebut juga diprioritaskan pada agenda perkaderan Muhammadiyah. Bagaimana para anggota Muhammadiyah bersikap karikatif dalam mengelola lembaga sosial Muhammadiya. Bab ke tujuh buku ini, Dari Rumah Miskin ke Rumah Sakit pembaca lebih diajak untuk mendiskusikan tentang proses transformasi lembaga Muhammadiyah yang bersifat sosial dan ekonomi sebagai wujud pelayanan Rumah Sakit Muhammadiyah dalam melayani kesejahteraan Muhammadiyah. Bab Terakhir buku ini lebih kepada agenda menyongsong Muhammaduyah dalam memasuki millennium abad Ke Dua, Penutup: Seabad Melayani Umat, Apa Berikutnya? refleksi tentang peran organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang menempatkan pada agenda kesejahteraan umat terutama masyarakat sipil dan lebih kepada strategi dan harapan Muhammadiyah kedepan.

Dari penjabaran buku Melayani Umat ini dapat dilihat kegelisahan penulis akan peran lembaga amal usaha muhammadiyah yang belum mampu memerankan fungsi bagi penolong kesengsaraan umat. Apalagi permasalahan lembaga amal usaha Muhammadiyah dewasa ini adalah belum pahamnya tentang ideologi Muhammadiyah sehingga praktek yang dapat kita lihat  adalah lembaga amal usaha Muhammadiyah dijadikan sebagai agenda untuk memperkaya diri. Buku ini juga mampu membuat para pembaca terutama kalangan Muhammadiyah mampu berfikir tentang agenda reformasi sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Lembaga Amal Muhammadiyah harus bisa memposisikan diri sebagai lembaga karikatif untuk kesejahteraan umat.

Namun sayangnya sebagian elite Muhammadiyah masih menjadikan lembaga amal Muhammadiyah hanya sebatas wujud eksistensi Muhammadiyah bukan sebagai saran perkaderan Muhammadiyah dan misi kesejahteraan yang dirintis untuk membantu membebaskan masyarakat dari permasalahan permasalahan sosial. Penulisan Buku Melayani Umat patut diapresiasi sebagai bagian untuk penyadaran kepada para anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan harus segera merepresentasikan sebagai gerakan pinggiran perkotaan dan gerakan wong cilik.

Kesimpulan Buku Ini adalah dibutuhkan wacana kritik untuk para nggota dalam melihat Muhammadiyah bukan hanya berkutat pada agenda pembaharuan dibidang keagamaan namun harus mampu mentransformasikan gerakan tajdid di bidang keagamaan untuk kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat. Amal Usaha Muhammadiyah yang dimiliki hampir diseluruh Kota dan Kabupaten merupakan saran untuk perkaderan bagi Muhammadiyah. Gerakan filantropi sebagi wujud pengamalan pada Surat Al Ma’aun ayat 1-7 yang dahulu pernah dijadikan landasan filosofis KH Ahmad Dahlan dalam melakukan dakwah sosial. Semoga kahadiran Buku Melayani Umat, karya Mas Hilman Latief ini masih relevan untuk kemajuan Muhammadiyah dimasa mendatang. Muktamar Muhammadiyah ke 47 dengan Mengusung Tema Gerakan Pencerahan Untuk Indonesia Bekemajuan adalah momentum yang tepat untuk kembali mencita citakan organisasi Muhamamdiyah sebagai organisasi milik wong cilik bukan hanya milik kaum elite. Melalui gerakan pencerah, Muhammadiyah sebagai organisasi islam modernis dalam pengertian paham modernitas dan problematikanya, Muhammadiyah yang memilki banyak sekali bangunan fisik Amal Usaha Muhammadiyah harus bisa menggunakan kemapamanannya untuk melakukan gerakan filantropi bagi kesejahteraan umat.