Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Pertama yang Ditulis Penyandang Autis Indonesia

Boleh jadi, Oscar layak dinobatkan sebagai duta bagi komunitas autis Indonesia. Autistic Journey, buku yang ditulisnya dalam bahasa Inggris, telah memecah tembok pemisah antara mereka yang autis dan yang tidak. Sebagai seorang penyandang autis, Os, demikian Oscar biasa disapa, telah menaklukkan ganjalan komunikasi yang selama ini menjadi masalah ketika berinteraksi sosial.

Hampir semua orang autis memiliki kendala yang besar saat berkomunikasi, terutama dalam mengungkapkan perasaan pribadinya. Nah, tulisan Oscar dapat menjadi titik balik bagi siapa saja untuk mengubah paradigma dalam memandang seorang autis. Buku ini tak hanya bisa digunakan sebagai sumber inspirasi bagi penyandang autis lain, melainkan juga bagi orang-orang yang hidup bersama mereka.

Dengan menyimak buku ini, pembaca diajak ikut menyibak perspektif penyandang autis ketika memandang dirinya, sahabat, dan peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Secara garis besar, buku ini mengungkap kisah hidup Oscar. Tulisan ini telah ditulis selama setahun dalam website www.oscardompas.com.

Situs web itu dibangun khusus oleh ayahnya, Jeffrey Dompas, untuk mengisi energi berlebih dan menyalurkan kesenangannya terhadap bahasa Inggris dan tulis-menulis. Meskipun isinya datar, buku ini menawarkan beberapa titik simpul yang membuat orang melihat dengan cara lain lewat mata seorang penyandang autis. Lalu mencoba memahami bagaimana Os melihat, mendengar, dan merasakan hidup ini.

Di buku ini, pembaca akan melihat "keajaiban-keajaiban kecil" yang menakjubkan dari hidup Oscar. Ternyata pencapaian yang diraihnya tidak diperoleh dengan gratis, tetapi lewat perjuangan panjang yang menguras energi. Keajaiban pertama adalah pengakuan bahwa dirinya seorang autis. Kesadaran ini menjadi babak baru bagi pribadi Oscar karena berhasil menemukan identitas dirinya.

Bagi penyandang autis, pengenalan dan pengakuan diri adalah sebuah proses pemahaman yang tak semudah dilakukan orang normal. Keajaiban kedua buku ini terletak pada dukungan tak kenal lelah yang ditunjukkan kedua orangtua, adik, dan keluarga besar Oscar. Dengan jatuh bangun mereka membukakan jalan bagi Oscar untuk menemukan jati dirinya.

Lewat bukunya terlihat bagaimana Oscar mampu berinteraksi layaknya orang normal berkat pendampingan orang di sekelilingnya. Keberhasilan Oscar bisa menjadi sumber optimisme bahwa dunia penyandang autis bisa didekati secara personal, sesuai dengan diagnosis medis yang muncul.

Keajaiban terakhir adalah kemampuan bertahap Oscar untuk hidup secara natural dan humanis. Walaupun ungkapannya tidak meletup-letup, isinya memuat berserak kebajikan hidup bagi siapa saja. Bagaimana dia berusaha hidup secara normal ketika tinggal di Australia dan terpisah dari orangtuanya. Bagaimana pula dia menyesal dan mengambil hikmah setelah berkelahi.

Ada pula pengalaman uniknya ketika menyatakan cinta dan ditolak. Yang cukup menarik adalah pengakuannya terlibat dengan obat-obatan dan usahanya untuk lepas dari obat terlarang. Dan yang paling mengesankan adalah tumbuhnya religiusitas Oscar, ketika seorang staf polisi yang dikenalnya meninggal karena tsunami di Aceh. Oscar pun berjanji akan terus mengingat dia dalam doa-doanya. Menakjubkan.

Majalah Gatra edisi 27 / XI / 21 Mei 2005