Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Bergambar Pertama untuk Anak-anak

Mimpi para Penulis Kreatif
Masa kanak-kanak adalah dunia fantasi yang ajaib dan menakjubkan, bahkan sejak dari buaian. Pada usia tiga bulan, seorang bayi telah dapat mengenali beberapa hal sederhana, misalnya orang tuanya, atau orang-orang di sekitarnya. Masa-masa itu dapat dikatakan sebagai masa ‘penemuan’, ketika ia mendapati segala sesuatu di sekelilingnya bergerak hidup, mengenali setiap bunyi dan aktivitas, sentuhan lembut kepadanya, warna-warna cerah di sekitarnya. Apapun terasa menyenangkan baginya dan ia tersenyum atau tertawa kecil hampir setiap saat, gembira dan asyik.

Perhatikanlah perubahan suasana hati seorang bayi pada suatu pagi di taman. Akan terlihat betapa ia terpesona dan kegembiraan tergambar di wajahnya saat memandangi dedaunan yang menari ditiup angin atau saat cercah cahaya surya menyentuh permukaan bumi. Ia akan mengernyitkan alis kecilnya ketika didengarnya suara kicau burung dan lengking tupai. Ia akan mencari-cari dari mana semua itu berasal, dan seiring dengan pertumbuhan kesadarannya ia akan semakin memahami berbagai fenomena alam. Pengamatan pada hal tersebut menjadi sumber inspirasi atau materi dasar paling penting dalam kreasi desain buku anak-anak bergambar. Apabila kita mengenang kembali masa kanak-kanak kita, kita akan teringat bahwa kita seringkali menganggap segala sesuatu yang berada si sekitar kita ini sebagai makhluk hidup, kita bercakap-cakap dengan pepohonan, matahari dan bulan, berceloteh kepada bintang-bintang, dan yang paling sering, kepada diri sendiri. Dunia animasi seperti inilah yang menjadi impian para penulis kreatif. Jika seorang penulis adalah juga ilustrator, maka kejaiban dunia itu akan dapat dirangkum tanpa batas. Di situ, mimpi-mimpi tidak akan berhenti, dan sumber yang tidak akan pernah kering menyediakan bahan-bahan melimpah yang mempesona. Saya yakin bahwa hampir semua penulis dan ilustrator cerita anak yang berhasil, adalah mereka yang tidak pernah meninggalkan masa kanak-kanaknya di masa lampau. Mereka menenggelamkan dirinya ke dalam dunia fantasi kanak-kanak, dan menulis menjadi aktivitas pengembaraan ke masa lalu yang menyenangkan. Cara mereka menikmati pekerjaannya ini menunjukkan keunggulan kualitas karya yang mereka hasilkan. Saya pun akan membiarkan kanak-kanak dalam diri saya bermimpi mencipta kisah-kisah dan imaji apa pun hingga yang paling tidak masuk akal sekalipun, semuanya akan saya jadikan ilustrasi kisah-kisah yang saya lukiskan dengan kata-kata. Bertahun lamanya hal ini menjadi semacam meditasi bagi saya. Pertama kali saya merancang buku saya dengan membayangkan gambar-gambar di benak saya. Gambar-gambar ini bersilangan di benak saya berbuian lamanya hingga suatu waktu, warna-warna, karakter, dan jalinan cerita perlahan-lahan terbentuk, dan aktivitas menyusun kata dan gambar ini akan membuat saya menjadi sibuk dan hidup. Seringkali, keluarga saya melihat saya tersenyum-senyum sendirian, dan kemudian akhirnya “film” dalam imaji saya dapat terbentuk dengan sempurna, serta tiba saatnya untuk dipindahkan ke atas kertas. Semua kisah yang lahir dalam benak saya pada mulanya tidak selalu berbentuk buku yang utuh. Kadang saya hanya menggunakannya untuk menghubungkan suatu kisah, yang dari situ saya bisa mendapatkan umpan balik yang luar biasa dan kesempatan untuk membuat perubahan selanjutnya yang sesuai dengan cara berpikir anak-anak. Menempatkan anak sebagai “konsultan”, dalam proses kreasi seni rupa buku bergambar ini sungguh merupakan aspek yang penting sebelum buku diproduksi nanti.

Apakah yang Membuat Anak-Anak Mencintai Buku?
Anak-anak menghargai buku-buku yang cantik. Mereka tidak pernah terlalu muda untuk mencari daya tarik estetika dalam sebuah buku. Biasanya ini terjadi pada diri mereka secara tidak sadar. Popularitas buku anak-anak akan berhenti pada sedikit point-point penting. Misalnya, bagian awal atau pengantarnya, foto penulis, daftar buku yang ditulis oleh penulis yang sama —ini semua diperlukan pada buku bergambar pertama anak-anak. Anak-anak akan menjadi akrab dan melekat pada buku yang memikat imajinasi mereka, seperti yang mereka lakukan pada mereka yang dicintainya. Pada sebuah kunjungan ke Inggris, pada 1992, saya bertemu cucu saya yang berusia tiga tahun untuk pertama kalinya. Orangtuanya sudah mengatakan kepadanya sebelumnya bahwa saya pengarang buku cerita anak bergambar. Suatu hari setelah kedatangan saya di rumah mereka, gadis kecil itu memperlihatkan seluruh buku seri Beatrix Potter, dan dengan bersemangat ia mulai menceritakan kepada saya tentang Peter Rabbit, Mopsy, Flopsy dan Cotton Tail, serta Jemima Puddle-Duck. Ia beranggapan bahwa saya tidak tahu apa pun tentang tokoh-tokoh dan kisah-kisahnya. Berharap untuk mengalami lebih banyak ekspresi sukacita kanak-kanaknya, saya tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menunjukkan bahwa saya tidak tahu tentang mereka. Suatu hari, ketika kami mengunjungi Museum Beatrix Potter, gadis kecil itu lari tunggang langgang untuk memperkenalkan saya dengan tokoh Beatrix Potter yang dibuat figurnya dalam ukuran besar. “Lihat, Nek, lihat!” teriaknya. “Ini adalah favorit saya. Dia adalah Jemima Puddle-Duck. Saya suka sekali padanya. Saya suka baju yang dipakainya.” Saya memperhatikan dengan sangat tertarik bahwa semua keriangan ini bermula dari buku cerita anak bergambar yang sangat menarik bagi anak-anak. Pancaran kebahagiaannya ini pun menular kepada saya dan saya menemukan diri saya berada dalam suatu pancaran kebahagiaan dunia kanak-kanak yang sangat indah.

Imaji Hitam Putih
Di negara kami, dengan persoalan ekonomi kami, sangat sulit untuk memproduksi buku bergambar yang bagus untuk anak-anak. Tetapi di tengah keterbatasan kami, anak-anak menemukan kepuasan tersendiri dalam buku sederhana dengan ilustrasi hitam putih saja. Hingga sekitar 1956, saya menulis dan membuat ilustrasi buku cerita anak hanya dengan ilustrasi hitam putih saja. Empat puluh tahun yang lalu, hal ini sudah merupakan keberhasilan yang luar biasa. Belum pernah ada ilustrasi buku anak-anak yang “semewah” itu sebelumnya. Kisahnya merupakan miniatur kisah detektif, dan sepenuhnya berbasis pada latar belakang desa-desa kami sendiri. Ilustrasi yang ekspresif ini telah mengembangkan daya imajinasi anak-anak secara luas, sekarang tumbuh dan dengan anak-anak mereka sendiri, pembaca-pembaca muda saya pada waktu itu, masih mengingat buku itu! Empat puluh tahun yang lalu, rasa senang mereka pada buku itu masih terus terkenang. Sebagian dari mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka tersentuh pada saat melihat betapa senangnya anak-anak mereka pada buku ini. Kisahnya adalah cerita anak-anak abadi saya, The Umbrella Thief, Pencuri Payung. Di suatu hari hujan, saya pernah berjalan di jalanan di depan sebuah pasar sembari membawa payung di atas kepala saya. Seorang anak laki-laki dan ayahnya berdiri di depan sebuah toko, di jalan yang sama. Tiba-tiba anak laki-laki itu berteriak, “Ayah, ayah, itu adalah Si Umbrella Thief. Anak itu tidak tahu namaku, tetapi dia mengenal saya sebagai penulis cerita yang membuat saya dikenal, ia mengenal saya sebagai penulis cerita buku yang ia kenal dengan baik. Umbrella Thief yang sudah berusia empat puluh tahun itu bahkan hingga sekarang masih merupakan buku best seller dibandingkan dengan buku saya yang lain. Ketika edisi ilustrasi full-colour buku saya Umbrella Thief yang pada 1982 memenangkan hadiah Noma Concours for Picture Book illustrations oleh ACCU ini diterbitkan di Jepang dan memenangkan Special Prize for the Best Foreign Book yang diterbitkan di Jepang (Ehon Nippon Sho) pada tahun yang sama. Ia juga memenangkan Library Association Prize yang dipilih oleh anak-anak sebagai buku paling populer tahun itu, di Jepang juga, saya mengetahui bahwa beberapa sekolah dasar di Jepang menggunakan buku ini sebagai bacaan suplemen. Umbrella Thief telah melanglang buana, Diterbitkan di Norwegia, Swedia, Denmark, Amerika Serikat dan Cina. Semua ini membuktikan bahwa ketika sebuah buku dapat sepenuhnya menarik perhatian anak-anak, buku itu tentu akan bisa menempuh pengembaraan yang panjang.

Struktur Sederhana dan llustrasi Atraktif
Buku bergambar untuk anak-anak seharusnya tidak berstruktur cerita rumit. Cukup satu tokoh utama dengan ide cerita sederhana. Anak-anak menyukai humor dan animasi yang banyak untuk ilustrasi sebuah buku. Perhatian utama mereka pada sebuah buku adalah gambarnya. Gambar-gambar tersebut seharusnya memiliki rangkaian cerita terpisah. Buku, terutama, bisa menarik bagi anak-anak yang belum bias membaca, Anak-anak masa kini, di mana pun berada, menyukai televisi. Sebagian telah kecanduan terhadap layar gelas itu dengan segala entertainment di dalamnya. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri bagi para orangtua. Mereka berpendapat bahwa ini akan menurunkan minat membaca buku. Tetapi saya tidak merasa cemas, Dua medium itu seharusnya ditangani secara terpisah, dengan suatu cara yang dapat dimengerti anak-anak. Sangat wajar bahwa anak-anak akan tertarik kepada film kartun yang bergerak cepat dan sangat menyenangkan. Ini merupakan pengalaman visual yang berkualitas tinggi yang jelas-jelas akan memikat sebagian minat mereka. Tetapi sebuah buku bergambar memiliki banyak jasa yang lain bagi anak-anak. Pertama, jika seorang anak tertarik oleh sebuah kisah, ia akan membaca dan membacanya lagi. Di situ juga ditemukan adanya kepemilikan individual sekaligus saling berbagi buku-buku dengan teman kecilnya yang lain, dan kesenangan untuk mengkoleksi buku-buku yang mereka sukai. Membaca keras-keras adalah aktivitas yang sangat penting untuk melatih kemampuan berbicara, Menirukan figur adalah hal lain yang juga menarik dan tentu saja merupakan aspek instruktif dari membaca buku. Anak-anak suka mengidentifikasikan diri mereka dengan tokoh-tokoh di dalam buku bergambar yang mereka sukai. Saya akan menceritakan kepada Anda tentang sikap masa kecil saya pada buku bergambar pertama yang saya miliki.

Pengalaman yang Menyenangkan pada Buku Pertama
Saya tinggal di sebuah desa yang terpencil, di bagian paling ujung sebelah selatan negeri saya, desa yang masih murni sehingga sangat jarang kendaraan bermotor lewat di jalan utama. Alat transportasi yang umum pada saat itu adalah kereta yang ditarik oleh sapi. Selain itu, orang-orang berjalan kaki saja. Ayah saya, yang bekerja di kota, hanya pulang ke rumah sesekali. Pada kepulangannya yang jarang-jarang itu, ia membawakan saya buku-buku bergambar dari kota. Ayah selalu memiliki cara yang penuh kejutan untuk memberikan buku-buku itu kepada saya. Biasanya ia datang larut malam, ketika seluruh keluarga telah terlelap. Pagi harinya ia mengumumkan bahwa gadis kecilnya yang manis mendapatkan kejutan di bawah bantalnya. Dari bawah bantal saya, saya akan menemukan buku cerita bergambar penuh warna dan bagus sekali. Perjumpaan saya dengan mereka merupakan pengalaman yang menyentuh hati! Buku-buku itu berisi gambar-gambar dari suatu tempat yang asing; anak-anak membangun istana dari pasir di pantai, di mana kapal-kapal dengan layar berwarna merah di lautan. Beberapa buku berisi gambar taman-taman yang asing dangan bunga-bunga yang belum pernah saya lihat. Sebagian berisi gambar anak-anak yang cantik dengan sayap-sayap transparan. Ayah berkata, mereka adalah peri yang bisa terbang seperti kupu-kupu. Semua ini menjadi hal baru bagi saya, dan segala sesuatu terlihat sangat indah. Saya mencintai kebaruan dari buku-buku itu dan ingin menciumnya lagi dan lagi.

Ketika saya mengenang kembali pengalaman ini, saya yakin bahwa teori yang populer yang mengatakan kalau anak-anak tidak akan menikmati sesuatu yang tidak mereka ketahui, adalah konsep yang tidak tepat. Saya terpikat dan sangat kepingin melihat gambar salju, dan tergiur oieh hamparan salju yang putih, serta berpikir alangkah indahnya salju yang meliputi seluruh pemandangan itu.

Bertahun lamanya saya memimpikannya; suatu hari, dapat melihat pemandangan salju yang indah itu di dunia.

Tiga puluh lima tahun kemudian, tepatnya, saya dapat merasakan salju yang sesungguhnya berguguran dalam kunjungan saya ke Inggris. Segera saja, kenangan saya melayang kembali ke masa silam, ke hari di masa kanak-kanak saya, ketika untuk pertama kalinya saya melihat salju di buku cerita bergambar saya. Mimpi itu menjadi kenyataan. Namun, Santa Claus adalah fenomena yang lain. Saya merindukan hari di mana suatu ketika saya akan melihatnya secara langsung. Itu menjadi mimpi yang indah, yang sayangnya, tidak akan pernah terwujud! Saya terkenang pada gambar Santa Claus, rumah-rumah tertutup salju, taman-taman dan anak-anak yang berpakaian hangat yang nyaman. Saya juga menggambar pohon Natal yang dipenuhi mainan dan dihiasi dengan bintang-bintang dan bola lampu. Semua ini saya tirukan dari buku cerita saya dan, orang-orang dari tempat yang jauh dan tempat itu sendiri hadir dan hidup di desa kecil saya, di mana gambaran orang-orang, tempat dan segala sesuatunya itu belum pernah terlihat sebelumnya.

Pengalaman ini meyakinkan saya bahwa buku bergambar pertama untuk anak-anak dapat mempengaruhi kreativitas dan imajinasi mereka ke skala yang luas. Mereka mengajarkan kepada anak-anak dunia visual yang sehat dan kreatif. Kreativitas, kita tahu, adalah sama pentingnya dengan hal-hal yang diperlukan untuk pertumbuhan seorang anak, seperti makanan bergizi untuk pertumbuhan fisiknya.

“Anda Semuda yang Saya Bayangkan”
Untuk mempertahankan konsep bahwa dunia anak yang masih sangat muda adalah sangat hidup, saya membuat sebuah kisah yang berjudui Runaway Beard sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Penerbit pertama yang saya tawari, menolaknya, dan berkata bahwa saya seharusnya menggunakan bakat saya untuk menulis kisah yang lebih praktis dan berbasis sains untuk anak-anak masa kini. “Model semacam ini sudah old fashioned. Kami tidak mau lagi menerbitkan dongeng para peri!” katanya.

Sebagai penulis pendatang dan penulis muda, saya hampir menitikkan air mata disebabkan tanggapannya ini. Saya pergi dengan manuskrip saya terlipat di lengan saya, seraya mengatakan kepada diri saya bahwa penerbit itu, saya yakin, tidak pernah memiliki masa kecil. Mungkin, ia telah melupakannya seketika, bahwa ia juga pernah menjadi anak kecil dan berimajinasi tentang semua jenis hal yang tidak biasa.

Sekitar lima tahun kemudian, saya beruntung, dan Runaway Beard diterbitkan. Kisah ini tentang janggut kakek yang tumbuh menelan seluruh desa dan kegemparan yang diakibatkannya. Saat ini, saya menemukan anak-anak dan orang dewasa sama-sama merasa senang dengan kisah kecil sederhana ini yang, menurut mereka, sangat tidak biasa. Runaway Beard diterbitkan dalam bahasa Jepang, pada 1988.

Baru-baru ini, saya mengadakan acara pembacaan dongeng. Setelah acara selesai, saya mendapat sepucuk surat dari seorang anak kecil yang ada di sana. Ia menulis, “Dear Bibi Sybil. Saya sangat senang mendengarkan kisah Anda dan terima kasih untuk kesempatan yang indah untuk melukiskan gambar-gambar. Saya menyangka akan melihat Anda sebagai orang yang lebih muda, tetapi Anda tidak pernah tua bagi saya. Anda semuda yang saya bayangkan”.

Kanak-kanak dalam diri sayalah yang telah dilihat gadis kecil ini, dan bahwa dengan kanak-kanak dalam diri saya itu ia mengangankan ikatan khayali yang indah ini. Penulis dan ilustrator buku anak-anak seharusnya membiarkan kanak-kanak dalam diri mereka bermimpi dan menciptakan sebuah kisah, dan mengangankan suatu lukisan untuk mengilustrasikannya. Orang dewasa adalah satu-satunya pencipta profesional dari adikarya-adikarya ini yang membahagiakan anak-anak di mana pun.

Majalah Mata Baca Vol. 1/No. 6/Januari 2003

Diterjemahkan oleh Wikan Satriati dari iulisan Sybil Wettasinghe. “First Picture Books for Children” di jurnal ABD (Asian Book Development) Vol. 27 No. 2, 1996, diterbitkan oleh Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU).

Sybil Wettasinghe (Ms.) Lahir pada 1928. Ia bekerja di sebuah perusahaan surat kabar pada usia 17 tahun sebagai ilustrator dan bekerja pada Associated Newspapers of Ceylon Ltd. Sekitar 20 tahun sebagai jurnalis dan editor, ia menulis dan membuat ilustrasi kolom populer dalam buletin untuk anak di sebuah mingguan perempuan dan menulis buku-buku untuk anak-anak dalam bahasa Sinhala dan bahasa Inggris. Karya-karyanya mendapat penghargaan tinggi bukan hanya di negara-negara Asia tetapi juga di berbagai belahan dunia, dan juga telah diterbitkan di Jepang, USA, dan Denmark. Sybil Wettasinghe (Ms.), 4 Dias Place. Pepiliyana Road, Nugegoda. Sri Lanka.