Penerbit yang Istiqomah di Jalur Komik Islami
Berbagai upaya untuk membangkitkan komik bertema keisalaman memang marak dilakukan. Di antaranya, penerbitan komik Real Masjid hasil kolaborasi Tony Trax, manajer band rock Endang Soekamti, dengan beberapa pihak. Komik dengan gaya bahasa ringan ini diterbitkan untuk mengisi kekosongan komik-komik bertema keislaman di bulan Ramadan ini.
Namun apakah komik ini akan bertahan menjadi sebuah industri yang bisa bertahan dalam hitungan tahun? Tentu masih harus dibuktikan. Untuk hal ini, Indonesia memang masih kalah dari negara lain. Kuwait, misalnya, memiliki komik The 99 yang diilhami 99 nama Allah SWT. Komik yang diterbitkan setiap bulan ini sudah diterbitkan ke berbagai bahasa di dunia, termasuk Indonesia.
Atau simak juga komik superhero muslim Buraaq karya komikus Amerika Serikat Amil Imtiaz. Komik yang sengaja dibuat guna melawan prasangka dan propaganda negatif terhadap Islam itu ternyata bisa mendunia. Padahal ia baru dirilis secara online pada Januari 2011 di situs www.splitmoonarts.com. Untuk edisi kedua, Buraaq telah dirilis pada 21 Juni lalu. Sementara itu, edisi ketiga masih dalam tahap penyelesaian dan diperkirakan selesai September 2011.
Di Indonesia, komik Islami, jangankan mendunia, untuk diterima pasar dalam negeri saja masih kesulitan. Tak mengherankan jika beberapa penerbit yang tadinya aktif menerbitkan komik Islami tak lagi menerbitkannya, seperti penerbit Syaamil. Meski begitu, ada beberapa rumah produksi dan penerbit yang dengan istiqamah dan rutin menerbitkan komik-komik Islami. Berikut adalah beberapa di antaranya.
DAR Mizan: Dakwah Lewat Ilustrasi Sederhana
Mizan, lewat Divisi Anak dan Remaja Mizan (DAR Mizan) boleh dibilang sebagai salah satu pelopor kemunculan komik-komik Islam pada era 1990-an. Saat itu, DAR Mizan tengah melakukan kampanye lini produk Mizan Komik Indonesia dengan menerbitkan komik-komik khas Indonesia. Salah satu masterpiece komik yang diterbitkan adalah serial Panji Koming dan Legenda Sawung Kampret karya komikus senior Dwi Koendoro.
Pada saat yang bersamaan, DAR Mizan juga memunculkan sejumlah komikus muda. Proyek inilah yang kemudian melahirkan sekelompok komikus yang khusus menggarap seri Komik Islami. Kemunculan perdana komik Islami karya mereka adalah seri "Komik Nabi Muhammad" sebanyak 12 jilid, karya komikus Nur Wahidin. Seri komik tersebut ternyata sukses dan kemudian diikuti serial komik nabi-nabi lainnya seperti Nabi Nuh, Yusuf, dan Ibrahim.
Mizan juga menerbitkan seri komik Islami bertema tokoh-tokoh Islam, seperti Khalid bin Walid, Bilal, dan Umar bin Khattab. Di luar itu ada pula "Seri Komik Remaja Islami", semisal Novel Komik OLIN. Menurut Fanfan Darmawan, Humas Mizan Publishing, komik tersebut merupakan kombinasi novel dan komik dengan nuansa Islami untuk remaja.
Sukses seri para nabi dan tokoh Islam juga diikuti dengan menerbitkan komik tokoh Islam asli Indonesia, seperti Sunan Kalijaga. Fanfan menyebut, penerbitan komik-komik itu dilandasi idealisme untuk menyampaikan nilai-nilai Islam lewat komik. "Ketika itu memang tidak banyak penerbit yang memikirkan komik sebagai medium dakwah,'' tuturnya kepada Gatra.
Kebetulan di awal tahun 2000 memang tengah terjadi euforia kebangkitan komik-komik Indonesia. Terbitnya komik Caroq karya Thoriq menjadi salah satu penandanya. Lantas setelahnya, banyak komikus muda yang secara independen maupun berkolaborasi dengan penerbit, menerbitkan karya karyanya.
Meski begitu, DAR Mizan pada mulanya tetap saja menghadapi kesulitan memasarkan komik-komik Islaminya. "Clash culture saat itu, dan beberapa waktu sebelumya, masyarakat Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa komik Jepang sedang mendominasi pemasaran komik di Indonesia," Fanfan menjelaskan alasannya.
Ia sadar, saat itu memang sulit melawan dominasi komik Jepang yang sudah mapan puluhan tahun lebih dulu daripada Indonesia. Selain itu, kesulitan lainnya adalah menanamkan kepercayaan pembaca bahwa komikus Indonesia dan penerbitnya sanggup membuat komik berkualitas baik tidak kalah dengan komik impor.
Karena itu, DAR Mizan pun mencoba merangkul pembaca yang rata-rata anak-anak dan remaja lewat berbagai terobosan. Di antaranya dengan membuat visualisasi dan narasi yang menarik untuk anak-anak seusia mereka. Ahmad Mahdi, editor komik DAR Mizan, mengatakan ilustrasi yang sederhana tanpa banyak detail di bagian latar belakang sehingga mata tidak lelah membacanya menjadi kunci menarik segmen ini. Panel antargambar pun dibuat besar dengan maksimal satu panel dalam satu halaman.
Secara bisnis, menurut Fanfan, penerbitan komik Islami terbilang bagus. "Hanya saja tantangannya berat karena respons pasar yang tidak bergerak secara signifikan," katanya. Pasalnya, generasi muda dan anak anak sudah terbiasa dengan visualisasi Jepang dan sekarang Korea, sehingga sulit beradaptasi dengan gaya visual yang lain. Di sisi lain, generasi di atasnya menganggap medium komik adalah untuk anak-anak.
Pada masa jayanya, dalam satu bulan DAR Mizan, bisa mengeluarkan tiga hingga tujuh judul komik. Proses pembuatan komik dari penggarapan gambar dan isi hingga naik cetak sendiri bisa mencapai waktu lima bulan. Setidaknya, dalam kurun waktu 1998-2004, DAR Mizan menerbitkan 100-120 judul komik Islami. "Seri Komik Nabi Muhammad" dan "Seri Novel Komik OLIN" terbilang yang cukup laris. Angka tirasnya mencapai lebih dari 20.000 eksemplar.
Sayang, dua seri unggulan ini sudah tidak dicetak ulang lagi. Sejak tahun 2004, DAR Mizan tak lagi menerbitkan komik berbasis comic strip. "Kami mengubah format," katanya. Saat ini, DAR Mizan lebih intensif mengeluarkan format picturial book atau buku berilustrasi untuk anak-anak. Buku ilustrasi ini berbentuk lebar seperti majalah hingga yang ukuran tipis 24 halaman. "Temanya masih seputar keislaman, mulai dari cerita nabi sampai ke cerita menanamkan nilai akhlak yang baik sesuai ajaran Islam," kata Fafan.
Meski mengalami penurunan, pihak DAR Mizan yakin bahwa komik Islami akan ramai kembali di pasaran. Pihaknya saat ini tengah memulai lagi geliat itu. "Kami sedang menggarap proyek komik 'Seri Nabi Muhammad' untuk segmen pembaca remaja dan anak di atas usia kelas V SD. Insya Allah segera selesai tahun ini,'' kata Fafan.
M. Agung Riyadi dan Wisnu Wage Pamungkas (Bandung)
Majalah Gatra, 42 / XVII 31 Agustus 2011
Namun apakah komik ini akan bertahan menjadi sebuah industri yang bisa bertahan dalam hitungan tahun? Tentu masih harus dibuktikan. Untuk hal ini, Indonesia memang masih kalah dari negara lain. Kuwait, misalnya, memiliki komik The 99 yang diilhami 99 nama Allah SWT. Komik yang diterbitkan setiap bulan ini sudah diterbitkan ke berbagai bahasa di dunia, termasuk Indonesia.
Atau simak juga komik superhero muslim Buraaq karya komikus Amerika Serikat Amil Imtiaz. Komik yang sengaja dibuat guna melawan prasangka dan propaganda negatif terhadap Islam itu ternyata bisa mendunia. Padahal ia baru dirilis secara online pada Januari 2011 di situs www.splitmoonarts.com. Untuk edisi kedua, Buraaq telah dirilis pada 21 Juni lalu. Sementara itu, edisi ketiga masih dalam tahap penyelesaian dan diperkirakan selesai September 2011.
Di Indonesia, komik Islami, jangankan mendunia, untuk diterima pasar dalam negeri saja masih kesulitan. Tak mengherankan jika beberapa penerbit yang tadinya aktif menerbitkan komik Islami tak lagi menerbitkannya, seperti penerbit Syaamil. Meski begitu, ada beberapa rumah produksi dan penerbit yang dengan istiqamah dan rutin menerbitkan komik-komik Islami. Berikut adalah beberapa di antaranya.
DAR Mizan: Dakwah Lewat Ilustrasi Sederhana
Mizan, lewat Divisi Anak dan Remaja Mizan (DAR Mizan) boleh dibilang sebagai salah satu pelopor kemunculan komik-komik Islam pada era 1990-an. Saat itu, DAR Mizan tengah melakukan kampanye lini produk Mizan Komik Indonesia dengan menerbitkan komik-komik khas Indonesia. Salah satu masterpiece komik yang diterbitkan adalah serial Panji Koming dan Legenda Sawung Kampret karya komikus senior Dwi Koendoro.
Pada saat yang bersamaan, DAR Mizan juga memunculkan sejumlah komikus muda. Proyek inilah yang kemudian melahirkan sekelompok komikus yang khusus menggarap seri Komik Islami. Kemunculan perdana komik Islami karya mereka adalah seri "Komik Nabi Muhammad" sebanyak 12 jilid, karya komikus Nur Wahidin. Seri komik tersebut ternyata sukses dan kemudian diikuti serial komik nabi-nabi lainnya seperti Nabi Nuh, Yusuf, dan Ibrahim.
Mizan juga menerbitkan seri komik Islami bertema tokoh-tokoh Islam, seperti Khalid bin Walid, Bilal, dan Umar bin Khattab. Di luar itu ada pula "Seri Komik Remaja Islami", semisal Novel Komik OLIN. Menurut Fanfan Darmawan, Humas Mizan Publishing, komik tersebut merupakan kombinasi novel dan komik dengan nuansa Islami untuk remaja.
Sukses seri para nabi dan tokoh Islam juga diikuti dengan menerbitkan komik tokoh Islam asli Indonesia, seperti Sunan Kalijaga. Fanfan menyebut, penerbitan komik-komik itu dilandasi idealisme untuk menyampaikan nilai-nilai Islam lewat komik. "Ketika itu memang tidak banyak penerbit yang memikirkan komik sebagai medium dakwah,'' tuturnya kepada Gatra.
Kebetulan di awal tahun 2000 memang tengah terjadi euforia kebangkitan komik-komik Indonesia. Terbitnya komik Caroq karya Thoriq menjadi salah satu penandanya. Lantas setelahnya, banyak komikus muda yang secara independen maupun berkolaborasi dengan penerbit, menerbitkan karya karyanya.
Meski begitu, DAR Mizan pada mulanya tetap saja menghadapi kesulitan memasarkan komik-komik Islaminya. "Clash culture saat itu, dan beberapa waktu sebelumya, masyarakat Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa komik Jepang sedang mendominasi pemasaran komik di Indonesia," Fanfan menjelaskan alasannya.
Ia sadar, saat itu memang sulit melawan dominasi komik Jepang yang sudah mapan puluhan tahun lebih dulu daripada Indonesia. Selain itu, kesulitan lainnya adalah menanamkan kepercayaan pembaca bahwa komikus Indonesia dan penerbitnya sanggup membuat komik berkualitas baik tidak kalah dengan komik impor.
Karena itu, DAR Mizan pun mencoba merangkul pembaca yang rata-rata anak-anak dan remaja lewat berbagai terobosan. Di antaranya dengan membuat visualisasi dan narasi yang menarik untuk anak-anak seusia mereka. Ahmad Mahdi, editor komik DAR Mizan, mengatakan ilustrasi yang sederhana tanpa banyak detail di bagian latar belakang sehingga mata tidak lelah membacanya menjadi kunci menarik segmen ini. Panel antargambar pun dibuat besar dengan maksimal satu panel dalam satu halaman.
Secara bisnis, menurut Fanfan, penerbitan komik Islami terbilang bagus. "Hanya saja tantangannya berat karena respons pasar yang tidak bergerak secara signifikan," katanya. Pasalnya, generasi muda dan anak anak sudah terbiasa dengan visualisasi Jepang dan sekarang Korea, sehingga sulit beradaptasi dengan gaya visual yang lain. Di sisi lain, generasi di atasnya menganggap medium komik adalah untuk anak-anak.
Pada masa jayanya, dalam satu bulan DAR Mizan, bisa mengeluarkan tiga hingga tujuh judul komik. Proses pembuatan komik dari penggarapan gambar dan isi hingga naik cetak sendiri bisa mencapai waktu lima bulan. Setidaknya, dalam kurun waktu 1998-2004, DAR Mizan menerbitkan 100-120 judul komik Islami. "Seri Komik Nabi Muhammad" dan "Seri Novel Komik OLIN" terbilang yang cukup laris. Angka tirasnya mencapai lebih dari 20.000 eksemplar.
Sayang, dua seri unggulan ini sudah tidak dicetak ulang lagi. Sejak tahun 2004, DAR Mizan tak lagi menerbitkan komik berbasis comic strip. "Kami mengubah format," katanya. Saat ini, DAR Mizan lebih intensif mengeluarkan format picturial book atau buku berilustrasi untuk anak-anak. Buku ilustrasi ini berbentuk lebar seperti majalah hingga yang ukuran tipis 24 halaman. "Temanya masih seputar keislaman, mulai dari cerita nabi sampai ke cerita menanamkan nilai akhlak yang baik sesuai ajaran Islam," kata Fafan.
Meski mengalami penurunan, pihak DAR Mizan yakin bahwa komik Islami akan ramai kembali di pasaran. Pihaknya saat ini tengah memulai lagi geliat itu. "Kami sedang menggarap proyek komik 'Seri Nabi Muhammad' untuk segmen pembaca remaja dan anak di atas usia kelas V SD. Insya Allah segera selesai tahun ini,'' kata Fafan.
M. Agung Riyadi dan Wisnu Wage Pamungkas (Bandung)
Majalah Gatra, 42 / XVII 31 Agustus 2011