Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita

Judul: Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita
Editor: Ihsan Ali-Fauzi & Samsu Rizal Panggabean
Penerbit: Paramadina, 2010
Tebal: 139 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 30.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312


Sepanjang beberapa dekade terakhir, khususnya sejak 1980-an, sekembalinya dari menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat, Buya Syafii dikenal luas berkat sumbangan pemikirannya di berbagai buku dan artikel populer. Menggunakan istilah yang agak formal, Buya Syafii bukan saja sarjana dan pendidik yang menulis buku dan mengajar di perguruan tinggi (lihat keterangan lebih lanjut dalam biodata penulis di buku ini), tetapi juga cendekiawan dan intelektual populer yang rajin menyampaikan pendapatnya di media massa dan bersedia ditanya oleh para wartawan. Beliau juga dikenal berkat aktivismenya yang seperti tak kenal lelah: sekalipun sudah selesai menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadi­yah, ia kini terus rajin bekerja, seperti tak kenal pensiun!

Seperti mewakili perasaan banyak orang, dalam buku ini Buya Ahmad Syafii Maarif secara terbuka menelanjangi ancaman kekerasan oleh kelompok Islam tertentu di Indonesia, yang disebutnya sebagai kelompok “Preman Berjubah.”  Katanya, “Yang menjadi burning issues dalam kaitannya dengan masalah politik identitas sejak 11 tahun terakhir ialah munculnya gerakan-gerakan radikal atau setengah radikal yang berbaju Islam….

Sebagaimana partner mereka di bagian dunia lain, gerakan-gerakan ini juga anti-demokrasi dan anti-pluralisme, dan sampai batas-batas yang jauh juga anti-nasionalisme.”  Dan meskipun terdiri dari berbagai faksi, dalam satu hal mereka punya tuntutan sama: pelaksanaan Syari’ah Islam dalam kehidupan bernegara.

Bermula dari orasi ilmiah yang disampaikan pada Nurcholish Madjid Memorial Lecture, dalam buku ini Buya juga menunjukkan mengapa kita tidak perlu terlalu kuatir dengan ancaman di atas. Itu karena pluralisme, yang menomorsatukan keragaman, sudah merupakan bagian esensial bagi keindonesiaan.

Selain renungan Buya, buku ini juga memuat tanggapan tujuh orang lain, dari berbagai latar belakang, atas pidato Buya. Seluruhnya ingin memperkuat sendi-sendiri pluralisme kita dari ancaman politik identitas.