Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori, Solusi

Judul: Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori, Solusi
Penulis: Denny J.A.
Penerbit: Inspirasi.co, 2014
Tebal: 364 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 80.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312



“Tapi Kamu tak akan Berhasil Menghapus Warna-Warni Indonesia.”

Demikian sepenggal kata inspirasi yang terpampang di cover buku “Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi” karangan Denny JA PhD dengan cover merah menyala terpampang foto para aktivis yang membentangkan spanduk kampanye anti-Diskriminasi. Tampilan awal yang menarik untuk membuka dan melihat apa yang ada di dalamnya.

Berpegang pada konsep awal, pendiri Indonesia meyakini bahwa Indonesia adalah negara yang beragam dari segi etnis, bahasa, kebudayaan, agama dan keyakinan. Namun, di mata hukum nasional, semua warga negara, apapun identitas sosialnya, mendapat perlakuan, pengakuan, dan perlindungan yang sama. Semua ditempatkan secara sejajar. Tak ada warga negara kelas satu atau warga negara divisi dua berdasarkan identitas sosialnya. Pendiri Indoensia melukiskannya dengan ungkapan yang bagus: Bhineka Tunggal Ika.

Di Indonesia diskriminasi setidaknya masih terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, meliputi; diskriminasi antara penganut agama yang berbeda, antara sesama penganut agama, diskriminasi antar etnis, diskriminasi perempuan,  Menurut Denny JA, diskriminasi berdasar agama adalah yang paling sulit untuk dihapuskan karena tindakan diskriminasi tersebut kerap kali dilabeli dengan alasan moral dan keyakinan.

Denny JA memang mulai melangkahkan kaki dalam melakukan riset dan kajian melalui ikhtiar bermimpi, yaitu bermimpi yang indah tentang Indonesia di masa depan. Mimpi yang akan datang masa di mana tidak ada diskriminasi. Sama halnya mimpi Martin Luther King memperjuangkan hak warga kulit hitam yang mengalami diskriminasi, warga yang dianggap kelas dua. Pidato King merupakan pidato anti diskriminasi terhebat di Amerika dalam memperjuangkan kelas sosial walau akhirnya 4 April 1968 mati ditembak.

Denny JA dikenal sebagai tokoh yang fenomenal dalam mempelopori tiga bidang dunia publik, pertama, Pelopor survei opini publik dan konsultan politik. Kedua, pelopor puisi esai yaitu genre baru dalam sastra. Ketiga, pelopor gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi.

Buku ini disajikan dengan bahasa yang enak dibaca dengan sajian data-data statistik yang khas Denny JA sang pelopor survei opini publik. Buku ini dibagi dalam 5 bab yaitu pertama pertanyaan mengapa perlu Indonesia Tanpa Diskriminasi, Bab kedua, menjelaskan Data diskriminasi di Indonesia dan Dunia. Bab ketiga, menjelaskan penyebab diskriminasi. Bab keempat, menjelaskan pengalaman negara-negara maju dalam melawan diskriminasi. Dan bab kelima, Doadmap menuju Indonesia tanpa diskriminasi.

Diskriminasi dalam buku ini juga bisa diartikan sebagai ketidakadilan. Ketidakadilan yang masih ada perlu perjuangan untuk menegakkan keadilan, bukan hanya perlu tapi juga harus. Sebab Indonesia Tanpa Diskriminasi menjadi impian masyarakat Indonesia yang plural. Bagaimana mencapai kondisi Indonesia tanpa diskriminasi dan alasan utama mengapa Indonesia harus menjadi negara tanpa diskriminasi?

Buku ini berusaha menjawab pertanyaan itu dengan ilmiah, dan memberikan solusi yang bisa diterapkan di Indonesia. Jawaban itu berasal dari penelitian mendalam yang dilakukan oleh Denny JA terhadap negara lain yang telah lebih dulu mewujudkan kondisi negara tanpa diskriminasi, dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pelajaran paling penting tentu saja dipetik dari pengalaman Amerika Serikat, negara yang kini mempunyai presiden dari warga kulit hitam, golongan yang dulu mereka jadikan budak.

Gagasan anti diskriminasi dalam buku ini salah satunya merujuk pada teori John Rawls tentang keadilan (fairness) dan kesamaan. Rawl memperkenalkan konsep bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama, dan kebebasan yang seluas-luasnya yang dapat diselaraskan dengan sistem yang sama bagi setiap orang. Ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka yang paling kurang beruntung dan menyediakan suatu sistem akses yang sama dan peluang yang sama.

Rawls yang dikutip dalam buku ini menyatakan bahwa dalam masyarakat, setiap individu mempunyai hak dan kebebasan yang sama Tetapi hak dan kebebasan tersebut kerap tidak bisa dinikmati secara sama misalnya karena kemiskinan, informasi atau pengetahuan. (h. 13). Dalam buku ini disebutkan data survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memperlihatkan sentimen agama tetap menjadi masalah di Indonesia apabila tidak dikelola dengan baik.

Mayoritas publik Indonesia (75,6%) memang menyatakan mereka tidak masalah dan bisa menerima tetangga orang yang berbeda agama. Hanya 22,6% saja publik yang tidak bisa menerima. Tetapi hanya 51% masyarakat yang bisa menerima kalau di lingkungan mereka didirikan tempat ibadah dari agama lain. Data survei ini memperlihatkan bahwa mendirikan rumah ibadah, aktivitas dan upacara keagamaan tetap bisa memancing sentimen negatif (h.47)

Meski diskriminasi agama sulit diredakan, sejarah mencatat bahwa diskriminasi atas nama agama bisa didamaikan asalkan pihak-pihak yang terlibat dalam diskriminasi konflik tersebut bersedia menerima kehadiran orang lain yang mempunyai keyakinan berbeda.

Denny JA mengungkapkan dalam buku ini, rahasia yang menjadikan Amerika Serikat –juga beberapa negara lain- bebas dari diskriminasi adalah dua faktor penting yaitu faktor I (Infrastruktur, berupa undang-undang dan peraturan lainnya), serta faktor A (aktor yang selalu berjuang menghapus diskriminasi). Faktor I menyumbang 55% dan faktor A menyumbang 45% membentuk negara tanpa diskriminasi.

Faktor itu dirumuskan dalam persamaan matematika: ND = I 55% + A 45%. Kombinasi dua faktor ini yang mampu mengubah Amerika menjadi negara yang bebas dari praktik diskriminasi. Di buku ini dijelaskan dengan rinci siapa sang aktor, dan apa peraturan yang mendukung. Penjelasan disajikan dengan rinci dan mudah dipahami.

Buku ini memuat tiga tahap (roadmap) menuju Indonesia tanpa diskriminasi. Tahap pertama atau tahap jangka pendek adalah membatalkan semua Peraturan daerah (Perda) yang diskriminatif. Tahap kedua atau tahap jangka menengah adalah penguatan aparat hukum dalam melindungi keberagaman, dan tahap ketiga atau tahap jangka panjang adalah dengan cara penguatan kultur anti diskriminasi melalui civil society dan pendidikan.

Buku ini juga diniatkan untuk memberi arah sebuah gerakan sosial. Di Indonesia banyak sekali gerakan sosial yang terjadi  tanpa satu buku putih. Banyak sekali terjadi aktivisme tanpa roadmap perjuangan. Penulis ingin ikut membuat tradisi baru gerakan sosial, dengan menyediakan roadmap, data, dan tahapannya. Sebuah gerakan sosial bukan saja akan lebih efisien dan terarah, tapi juga disadari oleh aktivisnya sebagai bagian dari peta besar yang jelas. (h.288).

Sekecil apapun sumbangan yang diberikan buku ini, Denny JA telah berikhtiar mulai meletakkan ‘satu batu bata’ bagi dinding besar perubahan menuju “Indonesia Tanpa Diskriminasi”.  Denny JA menguraikan hasil penelitiannya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh semua orang, dan memberikan solusi bagaimana cara mencapai Indonesia tanpa diskriminasi.

Buku ini bisa menjadi momentum penting bagi paham sosial dalam membuka tradisi baru dunia akademik. Akan lahir begitu banyak riset mengenai paham sosial terkait dengan tema anti diskriminasi dari berbagai sudut dan wilayah. Riset dalam buku ini bisa bersinergi dan berakumulasi. Puncak dari dunia riset lahirnya sederetan teori sosial yang bisa menjelaskan paham itu dan dikaitkan dengan aneka variabel sosial. Puncak dari puncaknya teori sosial adalah kemampuannya memprediksi dan memberikan roadmap. Cara mencapai visi sosial itu, setelah aneka variabel yang mempengaruhinya diketahui melalui sebuah riset yang valid. (h. 287)

Salah satu strategi yang menarik ditawarkan dalam buku ini adalah penyebaran budaya populer anti diskriminasi untuk membentuk kesadaran antidiskriminasi di kalangan masyarakat lewat budaya populer yaitu musik, film, pertunjukan drama, komik, dan sebagainya. Di samping itu, buku ini menawarkan perlunya pendidikan dan akses informasi yang luas untuk membentuk kesadaran masayarakat juga penguatan masyarakat sipil termasuk insan pers yang terus menerus mempunyai kerja-kerja positif untuk mengkampanyekan anti diskriminasi.

Bagi pembaca yang suka dengan data survei dan penelitian dan teori-teori akan menemukan di buku ini sebuah kompilasi menarik untuk menjadi referensi dan bahan diskusi. Apalagi beberapa solusi yang ditawarkan dalam buku menjadi bahan menarik untuk dilakukan aksi-aksi dan kerja nyata dalam rekayasa sosial.

Banyak hal-hal baik dalam buku ini yang tidak bisa dirangkum dalam sekilas tulisan resensi ini. Karenanya, pembaca bisa membeli buku tersebut untuk menjadi pegangan dan bahan data, teori dan solusi  yang bisa dijadikan rujukan untuk mewacanakan kembali, mengkritisi dan mengkaji ulang, dan melakukan kerja-kerja sosial kemasyarakatan.