Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Negara Teater: Kerajaan-kerajaan di Bali Abad Kesembilan Belas

Judul: Negara Teater: Kerajaan-kerajaan di Bali Abad Kesembilan Belas
Penulis: Clifford Geertz
Penerbit: Bentang Budaya, 2000
Tebal: 577 halaman
Kondisi: Bagus (stok lama)
Stok kosong


Negara bukanlah suatu tirani, bukan pula suatu birokrasi hidrolik, dan bahkan bukan pula suatu pemerintahan. Melainkan sebuah pertunjukan yang diorganisir, suatu Negara teater yang dipakai untuk mendramatisir obsesi-obsesi klas yang berkuasa atas budaya Bali; ketimpangan social dan kebanggaan status. Dan Negara teater ini paling jelas tergambar dalm diri citra induk dari kehidupan politis, yaitu dalam diri raja.

Penulis buku ini menunjukkan bagaimana raja, baik sebagai benda ritual maupun sebagai actor politis, adalah suatu paradoks dari pasivitas aktif, diam yang berwibawa, kasih yang keras. Semakin dekat dia menjadi gambaran kekuasaan, semakin jauh dia dari mesin-mesin yang mengendalikan kekuasaan ini.

Buku ini mengkaji kehidupan Negara di Bali sebelum masa pendudukan kolonial pada tahun 1906. Secara mendetail Geertz menjelaskan dan menganalisa mengenai organisasi sosial di Bali melalui kemampuan analitiknya dalam interpretasi atas mite, upacara, ritual dan simbol yang dipergunakan oleh Negara. Negara, pada abad 19 sebagaimana dibuktikan oleh Geertz, secara meyakinkan menolak berbagai teori politik maupun pendekatan khas Barat mengenai kehidupan politik. Negara secara (nagara, nagari, negeri) berarti ‘kota’, dan juga dapat diartikan sebagai ‘istana’, ‘ibu kota’, ‘negara’, ‘wilayah kekuasaan’, dan ‘kota’. Dalam pengertian klasik, negara merujuk pada peradaban klasik dunia tradisional, yang meskipun dikatakan klasik namun menunjuk pada dunia budaya tinggi dan wewenang politik yang berkembang pesat di wilayah tersebut. Lawan dari negara adalah desa, keduanya berasal dari bahasa sanskrit, yang berarti ‘daerah pedalaman’, atau ‘daerah’, ‘mukim’, ‘tempat’, ’daerah momongan’, dan ‘daerah yang diperintah’.

Berbeda dengan pemahaman ‘modern’ yang kita anut mengenai negara dengan seperangkat sistem politik yang melekat didalamnya, negara dalam konteks Bali adalah ‘theatre state’ atau negara teater. Negara teater diperintah bukan melalui kekuatan maupun paksaan, namun melalui ritual dan simbol-simbol. Negara di Bali tidak lah berbentuk tirani, penaklukan, atau sistem administrasi yang baku, namun lebih pada pertunjukan teatrikal. Dalam pandangan Geertz, berbagai upacara yang dilaksanakan bukan bertujuan untuk melayani kekuasaan, namun kekuasaan lah yang melayani upacara.