Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Matahari dari Mataram: Menyelami Spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram

Judul: Matahari dari Mataram: Menyelami Spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram
Editor: Afthonul Afif
Penerbit: Kepik, 2012
Tebal: 256 halaman
Kondisi: Stok lama (cukup)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312
PIN BBM: 5244DA2C


Dalam hidupnya, manusia mempunyai segudang rencana untuk mendapatkan sesuatu hal yang mengandung unsur “ter” atau bisa dibilang paling puncak, misalnya saja terbaik, terkaya, terhormat, terpopuler, dan lain-lain. Tak jarang manusia tak memahami apa arti hidup sesungguhnya, sehingga tak jarang manusia mempunyai perasaan tidak puas yang menyebabkan kegelisahan atau perasaan tidak tenang.

Matahari dari Mataram merupakan kumpulan esai yang mengajak pembaca untuk menyelami spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram (KAS). KAS bisa disebut sebagai Renaisans Jawa di awal abad ke-20. Esai tentang ajaran KAS seorang filosof dari bumi Jawa tersebut, ditulis oleh 10 penulis moncer yang mencoba mengangkat kembali khasanah pemikiran KAS tentang bagaimana mendapatkan kebahagiaan sejati. Dalam kosmologi Jawa, Ki Ageng Suryo Mentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Ia mempunyai rasa ingin tahu, “sejatinya hidup itu apa?” Dan pada akhirnya KAS membuat keputusan besar dalam hidupnya. Ia menolak hasrat semat (materi), drajat (kedudukan) dan kramat (pangkat). Semua itu ia lakukan lewat penolakannya menjadi pangeran dalam kehidupan keraton. Ia meninggalkan hal yang bersifat materi untuk memuaskan hasrat rohani yang ia jalani bersama “kawula alit”. Di sana ia merasakan hidup dalam kehidupan yang sebenarnya, hingga berkesimpulan “aku bukan aku” yang artinya bahwa kehidupan kita tak lain adalah bagian dari kehidupan orang lain. Adanya rasa kasih sayang dan tidak mementingkan diri sendiri. Marcel Bonneff menyebutkan KAS mirip dengan Siddharta Gautama (Buddha). Untuk menyibak penderitaan manusia, ia memulai pencarian yang berujung pencerahan. Meskipun KAS memberikan banyak hartanya, tetapi tidak sampai menjadi musafir yang hidup meminta-minta atau pertapa seperti Buddha.

Ajaran KAS disebut Kawruh Jiwa “pengetahuan tentang rasa” tentang baik buruk bukan tentang kewajiban maupun larangan. Hanyalah pengetahuan. Mencoba memahami jiwa dan hal-hal yang terkait dengan itu, seperti pengetahuan tentangg hewan , tanaman, dan sebagainya (hal.57). Dalam ajaran KAS juga tidak ada ritual sama sekali. Ajaran KAS bukanlah agama. Ajaran KAS lebih tepat dipandang laksana upaya pengelolaan hati. Dalam terminologi populer, ajaran KAS tidak banyak berbeda dengan ajaran manajemen qolbu ala Abdullah Gymnastiar. KAS tidak bisa dan tidak memenuhi syarat sebagai agama. Fokus ajaran KAS adalah menciptakan hidup yang bahagia dan tentram dalam hati maupun kehidupan bermasyarakat.

Ilmu bahagia yang diaajarkan oleh KAS musti dijalani dengan enam “sa”. Sabutuhe (sebutuhnya), saperlune (seperlunya), sacukupe (secukupnya), sabenere (sebenarnya), samesthine (semestinya), dan sakapenak’e (sepantasnya). Dengan semua itu, manusia diharapkan tidak berlebihan, senantiasa menyikapi hidup sewajarnya dan waspada. Dalam buku Matahari dari Mataram, Ki Prasetyo Atmosujidjo yang sekarang menjadi koordinator pelajar Kawruh Jiwa Yogyakarta menuliskan perkataan KAS bahwa dalam diri seseorang ada karep (keinginan) yang wataknya mulur-mungkeret (mengembang-menyusut) dan salah satu falsafah hidup dalam ajaran KAS ialah, bahwa hidup itu layaknya takdir yang harus dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu bagian dari takdir maka seseorang akan menerima dengan ikhlas dan bahagia ketika sengsara, kaya atau miskin pun tak masalah . Ia mengajarkan, “tidak ada sesuatupun diatas bumi dan dikolong langit yang pantas untuk dikehendaki dan dicari atau sebaliknya ditolak secara berlebihan.” Artinya manusia harus nrimo ing pandhum: menerima bagian hidup kita dengan ikhlas (hal.15). KAS adalah sosok yang istimewa. Pada masa di mana rasionalitas menjadi salah satu ciri Renaisans Jawa dan kendati ia jelas-jelas seorang Jawa muslim, tulisannya dapat dipahami sebagai filsafat rasionalis tentang diri, akal budi dan masyarakat.

Sebuah buku yang menampilkan tentang pemikiran Ki Ageng Suryomenterem (KAS) ini berhasil menyuguhkan aspek-aspek pengajaran moral dari tokoh berjuluk matahari dari mataram tersebut. Ajaran-ajaran moral dan etis dari KAS memiliki relevansi untuk dihidupkan dan disebarkan dalam dunia yang semakin mengglobal. Nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya tidak lekang oleh perubahan jaman. Dalam buku tersebut para penulis membangun wacana KAS dan pemikirannya melalui perspektif tertentu. Temuan tersebut juga dapat membangun siasat-siasat popularisasi pemikiran KAS yang lebih sistematis, terencana dan berkelanjutan, maka bukan tidak mungkin pemikiran KAS dapat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah paradigma baru ilmu jiwa (psikologi) atau filsafat. Jika ini terwujud, maka kita akan memiliki sebuah indigenous psychology dan indigenous philosophy yang sebenarnya sudah lama diharapkan kehadirannya.