Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Jagad Maritim

Judul: Jagad Maritim: Dialektika Modernitas dan Artikulasi Kapitalisme pada Komunitas Konjo Pesisir di Sulawesi Selatan
Penulis: Darmawan Salman
Penerbit: Ininnawa, 2006
Tebal: 335 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
Order: SMS 085225918312


Sejak dahulu orang Makassar terkenal sebagai masyarakat maritim yang handal. Selain terkenal akan pelaut-pelaut ulungnya, etnis Makasasar juga dikenal sebagai ahlinya pembuat perahu. Tak heran jika  penelitian yang mengkaji ke-khasan orang Makassar sebagai komunitas pelayar dan komunitas pembuat perahu telah banyak dihasilkan. Namun sayangnya, penelitian yang mengkaji komunitas maritim Makassar sebagai entitas yang sedang bertransformasi menuju masyarakat maritim industrial tak pernah ada.

Jagad Maritim: Dialektika Modernitas dan Artikulasi Kapitalisme pada Komunitas Konjo Pesisir Sulawesi Selatan karya Darmawan Salman ini merupakan upaya untuk memecah kebekuan itu. Buku ini menggambarkan bagaimana masyarakat tradisional maritim Makassar sedang bertransformasi menuju masyarakat maritim industrial. Dengan cermat buku ini juga memperlihatkan penyebab, motivasi serta hasil dari transformasi yang sedang berlangsung itu.

Secara spesifik Jagad Maritim menggambarkan proses perubahan sosial (modernisasi) yang terjadi pada etnis konjo pesisir, salah satu sub etnis Makassar di Bulukumba dalam  tiga komunitas maritim yang berbeda. Pertama adalah komunitas pembuat perahu di Tanah Lemo (Bontobahari), yang kedua adalah komunitas wisata pantai di Bira (Bontobahari) dan terakhir adalah  komunitas penangkapan ikan di Tanah Jaya (Kajang).

Dalam buku ini, Darmawan berpendapat titik awal terjadinya transformasi sosial (modernisasi) itu bermula sejak pertengahan tahun 1970-an. Sebelum titik itu, ketiga komunitas maritim ini masih dianggap sebagai  komunitas maritim tradisional (pra kapitalis) yang terstruktur secara sederhana dan terkultural secara tidak rasional. Ciri-ciri komunitas ini dapat dilihat dalam hubungan kerja dan keseharian mereka yang bersifat patron klien, kentalnya unsur magis dan mistis dalam kehidupan keseharian mereka, rendahnya hasil produksi  karena kurangnya investasi dan masih diandalkannya peralatan tradisional dalam produksi, serta tingkat kesejahteraan komunitas yang relatif masih rendah.

Masuknya tata cara produksi kapitalis pada pertengahan tahun 1970-an  yang ditandai dengan berkembangnya investasi, adopsi teknologi dan pengunaan manajemen dalam proses produksi  kemudian mendorong terjadinya deferensiasi sosial (pengkompleksan pekerjaan dan komunitas) dan rasionalisasi tindakan (pergantian unsur magis/mistis dengan rasionalitas sebagai acuan tindakan). Kedua proses modernisasi ini secara perlahan-lahan kemudian mengubah formasi sosial dalam komunitas maritim ini dari ciri tradisional menuju ciri industrial.

Dalam penelitiannya, Darmawan menemukan bahwa deferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan yang berlangsung dalam komunitas maritim tersebut tidak berlangsung linear, mengalami proses balik bahkan dalam komunitas pembuat perahu dan wisata pantai mengalami ketidakseimbangan. Hal ini menyebabkan perubahan sosial  yang terjadi akibat dorongan dua proses modernisasi tersebut belum menciptakan komunitas maritim berciri  indutrial sepenuhnya. Dalam artian, komunitas maritim yang tercipta saat ini masih dalam tahap transisi yang berciri antara tradisional dan industrial. Bentuk formasi sosial tersebut dicirikan dengan mulai munculnya hubungan industrial (majikan pekerja) dalam hubungan industri namun disisi lain hubungan patron-klien belum tergerus sepenuhnya,  telah digunakannya pertimbangan kalkulatif rasional sebagai acuan tindakan tetapi beberapa hal magis dan mistis  masih tetap dipertahankan, meningkatnya tingkat kesejahteraan namun belum merata pada semua lapisan komunitas.

Dalam Jagad Maritim juga digambarkan  bahwa selain karena masuknya tata cara produksi kapitalis yang datang dari luar, transformasi sosial yang sedang berlangsung itu juga dipengaruhi oleh dorongan spirit lokal yang merupakan unsur asli dalam komunitas tersebut. Darmawan menemukan bahwa nilai siri’, etos kerja dari nilai siri’ serta motif naik haji merupakan unsur lokal yang ikut mendorong terjadinya perubahan sosial itu. Dalam kesimpulannya, Darmawan berpendapat dengan adanya etos kerja yang kuat berbasis nilai siri’ tersebut disertai dengan meningkatnya investasi, teknologi dan manajemen, serta makin seimbangnya deferensiasi sosial dengan rasionalisasi tindakan maka ketiga komunitas maritim ini dapat segera bergerak menuju masyarakat industri maritim sepenuhnya.