Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Soeharto: Dari Pradjurit Sampai Presiden

Judul: Soeharto: Dari Pradjurit Sampai Presiden
Penulis: O.G. Roeder
Penerbit: Gunung Agung, 1969
Tebal: 346 halaman (hard cover)
Kondisi: Bekas (cukup)
Terjual Jakarta


Buku ini bercerita mengenai perjalanan hidup dari Soeharto, mulai dari masa kanak-kanak yang berpindah-pindah antara wilayah D.I.Yogyakarta & Surakarta, penumpasan G30S sampai masa dimana Soeharto dipercaya menjadi Presiden RI. Yang menarik dari buku ini ialah sumber beritanya ialah Soeharto sendiri sehingga penilaian yang dapat dilakukan terhadap buku ini bisa dibilang merupakan penilaian pembaca terhadap Soeharto sendiri. Layaknya biografi seorang prajurit, buku inipun lebih banyak membahas perjalan Soeharto dalam masa tugasnya sebagai seorang Tentara dibanding kehidupannya dibidang Sipil. Hal ini cukup wajar, mengingat saat buku ini ditulis Soeharto terhitung baru dua tahun dilantik secara resmi menjadi Presiden.

Siapa Soeharto? Ia merupakan putra dari pasangan Kartoredjo, seorang Ulu-ulu di dusun Kemusu, Argamulja, Jogjakarta dengan Fathimah, seorang warga desa biasa. Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 dengan bantuan seorang Dukun yang tidak lain ialah Neneknya sendiri, Ibunda dari sang Ayah. Tidak seperti Putra Sang Fajar, Soekarno,  yang sewaktu kelahirannya ada tanda-tanda Agung di langit, kelahiran Soeharto tidak mempunyai tanda-tanda istimewa di sekitarnya. Kelahirannya tak ada bedanya dengan kelahiran anak-anak dusun lainnya, sederhana , apa adanya, ditengah kondisi ekonomi orangtua yang menjepit tetapi ada senyum kebahagiaan. Kelahiran Soeharto tidak memberikan harapan yang banyak di diri orangtuanya. Orangtuanya hanya mengharapkan agar kelak ia dapat membantu pekerjaan sang Ayah di sawah dengan baik & Insya Allah dapat meneruskan pekerjaan sang Ayah menjadi Ulu-ulu di sawah. Tidak ada satupun pikiran terbesit untuk mengharapkan anak ini kelak akan menjadi seorang pemuda yang mapan apalagi menjadi Presiden Bangsa Indonesia, sang Javanese King seperti yang diutarakan Greg Sheridan, wartawan berkebangsaan Australia. Mungkin Tuhan memang Maha Adil, sehingga Bocah yang oleh orangtuanya sendiri tidak diharapkan menjadi apa-apa dapat menjadi seorang Raja di Zamrud Khatulistiwa, pemimpin jutaan elemen Bangsa Indonesia.

Pada bagian pertama (yang juga merupakan bagian paling detail dari keseluruhan buku), diceritakan hal-hal menyangkut peristiwa Gerakan 30 September. Entah kenapa hal ini yang menjadi 'Jualan Utama' tetapi yang pasti buku ini sangat mempertontonkan gelora kepahlawanan yang dipancarkan Soeharto lewat penuturannya mengenai peristiwa naas tersebut. Sebagai prajurit yang bertanggung jawab atas komando Angkatan Darat saat Panglima AD (Ketika itu dijabat A.Yani) tidak bisa dimintai komando, Soeharto menceritakan kembali seluk-beluk penumpasan gerakan tersebut. Walaupun diketahui dari sumber lain bahwa tindak komando yang dilakukan Soeharto pada saat itu Inkonstitusional alias hanya berdasar pada kebiasaan yang lazim dilakukan A.Yani ketika berhalangan, tindakan yang dilakukan Soeharto pada waktu itu menggambarkan kecerdasannya dalam mengatur strategi menumpas lawan-lawannya. Mulai dari perebutan kantor RRI Pusat yang dijadikan pusat penyebaran informasi oleh kelompok G30S sampai kepada pengamanan Presiden Soekarno yang diketahui berada di Bandara Halim Perdanakusumah yang dicurigai sebagai sarang dari kelompok G30S.

Bagian kedua menceritakan kehidupan Soeharto dimulai semenjak Ia lahir sampai ketika memimpin pasukan di Yogyakarta bersama Jenderal Soedirman. Tidak luput diceritakan ialah kisah pernkawinannya dengan Siti Hartinah atau yang kelak lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien. Seperti kisah semasa kecilnya, kisah-kisah perjuangan Soeharto pada masa-masa mudanya dipenuhi dengan atmosfer sederhana. Bagian ketiga menceritakan Soeharto pada masa menjadi Presiden RI. Belum banyak informasi yang dapat diutarakan dalam buku ini, tetapi program-program kerja pada masa awal pemerintahannya disampaikan dengan baik seperti peningkatan produksi beras & standar kesehatan rakyat Daging, Susu & Telor. Yang tidak lupa dicantumkan dalam buku ini tentunya foto-foto Soeharto mulai dari awal karirnya sebagai Tentara sampai menjadi Presiden RI yang banyak menampilkan beliau sedang berinteraksi dengan warga contohnya menanam padi & bercengkrama ke desa-desa, foto yang sarat propaganda dalam sudut pandang penulis.

Semua hal diceritakan teratur, layaknya gaya kepemimpinan Soeharto  ‘Tertib, Aman & Terkendali’. Penulis kurang mengetahui apakah dalam sebuah Otobiografi semua hal yang dimuat harus hal yang positif, sebab menurut pandangan penulis tidak ada satu pernyataan pun yang secara gamblang mengatakan keburukan Soeharto.  Contohnya seputar pembunuhan massal terhadap segenap pejabat maupun simpatisan PKI yang sekurang-kurangnya berjumlah 500.000 jiwa di Pulau Jawa saja. Soeharto mau tidak mau menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa ini mengingat semua hal mengenai penumpasan PKI yang tertuang dalam Surat Perintah MBAD kala itu merupakan cetusan dari Soeharto sendiri.