Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Penetapan Tudjuh Bahan-bahan Pokok Indoktrinasi

Judul: Penetapan Tudjuh Bahan-bahan Pokok Indoktrinasi
Penulis: Soekarno
Penerbit: CV. Dua-R, 1961
Tebal: 225 halaman (hard cover)
Kondisi: Bekas (cukup)
Harga Rp. 100.000 (belum ongkir)
Order: SMS 085225918312


Bahan Pokok ke I
Pidato pertama tentang Pantja Sila yang diutjapkan pada tanggal 1 Djuni 1945 oleh Bung Karno, sekarang Presiden Negara Republik Indonesia.

Paduka tuan Ketua jang mulia !
Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnja, maka sekarang saja mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua jang mulia, dst.

Kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka di atas "Weltanschauung" apa? Nasional-sosialisme-kah? Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau "Weltanschauung" apakah?

Kita hendak mendirikan suatu negara "semua buat semua". Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan waupun golongan jang kaja-tetapi "semua buat semua". Inilah salah satu dasar pikiran jang nanti akan saja kupas lagi. Maka jang selalu mendengung di dalam saja punja djiwa, bukan sadja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sedjak tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik didjadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar k e b a n g s a a n.

Saudara-saudara! "Dasar-dasar Negara" telah saja usulkan. Lima bilangannja. Inikah Pantja Dharma? Bukan! Nama Pantja Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membitjarakan d a s a r. Saja senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima djumlahnya. Djari kita lima setangan. Kita mempunyai pantja indera. Apa lagi jang lima bilangannya? (seorang jang hadlir: Pendawa lima). Pendawapun lima orangnja.

Namanja bukan Pantja Dharma, tetapi-saja namakan ini dengan petundjuk seorang teman kita ahli bahasa-namanja ialah Pantja Sila. Sila artinja azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi (Tepuk tangan riuh).

Bahan Pokok ke III
Manifesto Politik Republik Indonesia
17 Agustus 1959
Djadi djelaslah bahwa kekuatan-kekuatan sosial Revolusi Indonesia, jaitu seluruh rakjat Indonesia dengan kaum buruh dan kaum tani sebagai kekuatan pokoknja tanpa melupakan peranan penting dari golongan-golongan lain, adalah sangat besar dan mejakinkan akan menangnja Revolusi Indonesia.

Mengingat sifat Revolusi Indonesia jang nasional dan demokratis, maka Revolusi Indonesia adalah revolusi bersama dari semua klas dan golongan jang menentang imperialisme-kolonialisme. Pendeknja, Revolusi Indonesia harus mendirikan kekuasaan gotong-rojong, kekuasaan demokratis, jang dipimpin oleh hikmah kebidjaksanaan yang mendjamin terkonsentrasinja seluruh kekuatan nasional, seluruh kekuatan rakjat.

Saudara-saudara! Saja tidak menjesal, bahwa saja pada tanggal 5 Djuli jang lalu telah mengadakan "Dekrit Presiden". Saja malahan bersjukur kepada Tuhan, bahwa saja telah mengadakan dekrit itu. Tindakan tegas jang berupa Dekrit Presiden itu saja ambil, bukan karena saja mau main diktator-diktatoran, tetapi karena berdasarkan kehendak rakjat jang terbanjak melimpah-limpah.

Biar kaum imperialis di luar negeri geger! Mereka menuduh kita, bahwa Undang-undang Dasar 45 adalah "bikinan Djepang". Mereka menuduh pula bahwa kekuasaan presiden dalam rangka Undang-undang Dasar 45 sekarang ini, dilandaskan kepada kediktatoran militer.

Undang-undang Dasar 1945 adalah asli tjerminan kepribadian (identity) Bangsa Indonesia, jang sedjak djaman purbakala-mula mendasarkan sistim pemerintahannja kepada musjawarat dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan sentaral di tangan seorang sesepuh-seorang tetua-jang tidak mendiktatori, tetapi "memimpin", "mengajomi".

Dan "Japanese made"? Amboi, tidakkah pernah mereka membatja pidato saja tentang "Lahirnja Pantja Sila" pada tanggal 1 Djuli 1945, tatkala Djepang masih berkuasa di sini, di mana saja mempergunakan faham-faham pemimpin-pemimpin jang demokratis, tidak mengeluarkan sepatah kata bengkokpun mengenai sistim Djepang?

Kaum imperialis itu memang . . . imperialis !