Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Suara Perempuan Korban Tragedi '65

Judul: Suara Perempuan Korban Tragedi '65
Penulis: Ita Fatia Nadia
Penerbit: Galang Press, 2009
Tebal: 188 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312


 Peristiwa di Tahun 1965 menorehkan luka yang mendalam bagi Indonesia. Pembantaian dan pemenjaraan massal menjadikan luka yang sulit disembuhkan. Bahkan menimbulkan trauma mendalam bagi para korban yang hingga kini masih hidup.

Banjir darah dan pembunuhan jutaan warga Indonesia pecah antara bulan Oktober hingga Desember tahun 1965. Tidak cukup sampai di situ, jutaan orang pun dipenjara secara massal tanpa ada proses hukum yang jelas. Bahkan teror pun acapkali disebarkan hingga menimbulkan kebisuan bagi para korban, terutama kaum hawa.

Teror melalui mitos ‘Gestok’, ‘PKI’ dan ‘Gerwani’ telah membuat korban dan anggota keluargan korban hidup dalam ketakutan. Teror yang mereka sebarkan telah berhasil memendam sebuah kebenaran. Kebenaran akan siapakah yang menjadi korban G 30 S yang sebenarnya.

Ita F. Nadia berhasil mengubur ketakutan dan kebisuan korban tragedi 65 yang sesungguhnya. Melalui metode oral history buku ini berhasil menguak kejahatan tragedi ’65 yang sesungguhnya. Memberikan ruang bagi kaum hawa yang disiksa dan diperkosa secara sadis oleh oknum militer karena tuduhan tanpa bukti yang jelas sebagai oknum PKI.

Kumpulan kisah mengerikan sekaligus mengharu biru tertuang secara dramatis dan indah dalam buku ini. Salah satunya adalah kisah Ibu Suparti, salah satu istri aktivis PKI yang ditanam setinggi leher secara hidup-hidup setelah martabatnya sebagai wanita dirampas oleh oknum militer tersebut. Tak cukup sampai di situ, perempuan asli Kediri itu juga dikencingi oleh tiga orang lelaki sebelum mereka meninggalkannya sendirian di hutan.

Kisah pilu lainnya adalah kisah ibu Yanti yang ditangkap ketika usianya masih empat belas tahun. Wanita kelahiran Jakarta tersebut dituduh membunuh  jenderal. Bahkan sebelumnya, wanita yang lahir pada tahun 1951 tersebut  pernah dibiarkan selama dua hari dua malam di lapangan tanpa diberi makan dan minum dalam keadaan telanjang.

Penuturan jujur para ibu korban tragedi’65 ini bukan sekadar kisah untuk didengar. Melainkan sebuah pemulihan martabat kemanusiaan dan mengakhiri penindasan di negeri ini. Mereka bukan sekedar mendongengkan masa kelam yang pernah dialaminya. Tetapi sebuah perlawanan terhadap ‘politik pembisuan’ yang selama ini menyelimuti kehidupan mereka.