Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Islam dan Teologi Pembebasan

Judul: Islam dan Teologi Pembebasan
Penulis: Asghar Ali Engineer
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tebal: 332 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 60.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312



Kedatangan Islam merupakan sebuah revolusi". Begitulah Asghar Ali Engineer mengawali bukunya, yang aslinya berjudul Islam and Liberation Theology: Essay on Liberative Elements in Islam. Semasa Nabi Muhammad SAW hidup dan beberapa dekade sesudahnya, agama samawi ini menjadi kekuatan yang revolusioner, sekaligus penanda perubahan dalam segala bidang kehidupan.

Namun, setelah Nabi wafat, daya revolusioner Islam itu menjauh dari umat. Tampilnya penguasa dinasti Umayyah dan Abbasiyah sebagai motor perkembangan dan penyebaran Islam ternyata lebih mendukung keadaan status quo. Karena itu, umat harus merebut kembali elan vital keadilan yang pernah hilang.

Tujuannya adalah demi mewujudkan persaudaraan yang universal, kesetaraan, dan keadilan sosial. Sebab, keadilan merupakan ukuran tertinggi suatu masyarakat. Untuk itulah, melalui buku ini, Engineer mencoba menggali kembali nilai-nilai revolusioner dalam teologi Islam. Penggalian ulang ini didasarkan pada alasan bahwa teologi Islam yang sedang berkembang saat ini telah kehilangan relevansinya dengan konteks sosial masyarakat.

Padahal, teologi Islam seharusnya bersifat kontekstual dan transendental. Engineer pun menawarkan pembicaraan konsep teologi pembebasan, yang lebih menekankan praksis daripada teoretisasi metafisis yang mencakup hal-hal abstrak dan konsep-konsep ambigu.

Menurut Engineer, teologi pembebasan tidak menginginkan status quo yang melindungi kaum kaya terhadap kaum miskin. Teologi pembebasan berperan membela kaum tertindas yang tercabik hak miliknya, dan memperjuangkan mereka serta membekalinya dengan ideologi yang kuat untuk melawan status quo.

Ada beberapa konsep pokok dalam teologi pembebasan, yang didasarkan pada Al-Quran dan hadis. Pertama, konsep jihad. Menurut Engineer, jihad dalam Islam bukan untuk mengedepankan kepentingan pribadi atau mempertahankan status quo, melainkan melindungi kepentingan mustadh'afin alias kaum lemah. Jihad yang dimaksud adalah perjuangan melakukan pembebasan, bukan peperangan.

Sebab itu, teologi yang berorientasi pada perjuangan -juga teologi pembebasan- menganggap pesimisme dan keputusasaan sebagai perbuatan dosa. Teologi pembebasan ingin mendobrak kebekuan struktur sosio-ekonomi yang menindas. Misalnya, munculnya arogansi kekuasaan, pengekangan terhadap aspirasi masyarakat banyak, diskriminasi, penumpukan kekayaan, dan pemusatan kekuasaan.

Itu semua harus dilawan dengan iman. Tanpa jihad untuk membebaskan perbuatan lalim itu, jelas Engineer, maka iman seseorang belum dianggap sempurna. Kedua, konsep iman (al-iman ). Iman kepada Allah, kata Engineer, mengantarkan manusia kepada jihad yang keras untuk menciptakan masyarakat yang berkeadilan. Dan ketiga, konsep tauhid.

Dalam teologi pembebasan, tauhid bukan hanya diartikan dengan keesaan Tuhan, melainkan juga sebagai kesatuan manusia yang akan terwujud bila tercipta masyarakat tanpa kelas. Konsep tauhid semacam ini sangat dekat dengan semangat Al-Quran untuk menciptakan keadilan. Semua konsep itu digunakan Engineer untuk membedah berbagai persoalan yang membelenggu keadilan yang menjadi hak asasi manusia.

Ketika membahas masalah hubungan antaragama (halaman 269-310), Engineer menegaskan, salah satu penerapan ajaran Islam yang membebaskan adalah terciptanya hubungan harmonis antarberbagai komunitas religius dalam masyarakat multiagama. Bila antarumat beragama terjadi konflik, maka perkembangan Islam justru akan mengarah kepada tumbuhnya ortodoksi. Bukan pembebasan.

Idris Thaha, Pemerhati masalah keagamaan