Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Perubahan Sosial dan Pertentangan Kasta di Bali Utara

Judul: Perubahan Sosial dan Pertentangan Kasta di Bali Utara
Penulis: Anak Agung Gde Putra Agung
Penerbit: Yayasan Untuk Indonesia, 2001
Tebal: 216 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Terjual Bali

Dalam masyarakat Bali terdapat empat golongan kasta yaitu golongan Brahmana, Kesatria, Weysa, dan Sudra. Begitu besarnya pengaruh sistem kasta dalam masyarakat Bali, sehingga sistem kasta tersebut sudah merupakan norma dalam sistem kemasyarakatan. Tiap-tiap golongan kasta itu sudah mempunyai tugas dalam masyarakat sesuai dengan dharma-nya, sehingga dalam masyarakat Bali ada tugas yang harus dilaksanakan sebagai tugas atau kewajiban suci.

Perkembangan kasta di Bali khususnya di Bali Utara, perkembangannya dapat di lihat pada pengertian masyarakat atau konsepsi-konsepsi masyarakat terhadap kasta tersebut. Pada masa pemerintahan raja-raja di Bali, konsepsi kasta lebih di tekankan pada konsep kosmologi, konsep jati, dan konsep Dharma. Kedudukan seseorang dalam bidang pekerjaan dan status seseorang dalam masyarakat seolah olah sudah diatur berdasarkan atas tingkatan kastanya. Hal tersebut menimbulkan stratifikasi sosial, sehingga menimbulkan antara hak dan kewajiban setiap golongan.

Timbulnya perubahan-perubahan sosial di Bali Utara juga dapat dikatakan bahwa faktor kondisional sangat memungkinkan untuk terjadinya perubahan-perubahan sosial itu. Faktor kondisional itu adalah (1) Bali utara banyak memiliki pelabuhan kota singaraja merupakan kota pelabuhan; (2) Singaraja sebagai pusat pemerintahan; (3) Bali utara khususnya kota Singaraja merupakan kota pertama didirikannya sekolah-sekolah, sehingga dalam perkembangannya menjadi daerah paling maju dalam bidang pendidikan. Oleh karenanya, Bali utara menjadi daerah yang paling terbuka menerima pengaruh dari luar.

Dalam proses westernisasi mempunyai peranan yang penting dalam perubahan-perubahan sosial di Bali terutama yang erat hubungannya dengan sistem sosial. Masuknya pengaruh-pengaruh Barat melalui bidang pendidikan sangat mempengaruhi sikap dan pandangan golongan terpelajar waktu itu. Pendidikan menjadi lambang prestise untuk dapat menaikan status didalam masyarakat.

Sesudah masuknya pengaruh pendidikan barat, timbullah ide-ide pembaharuan dari golongan elit Jaba untuk mengadakan pembaharuan dalam adat istiadat yang dianggap merugikan golongan Jaba dimana paham pembaharuan tersebut sampai pada permasalahan konsepsi kasta. Mobilitas kasta secara vertikal dengan mengikuti konsep Darma mulai tampak semenjak timbulnya golongan terpelajar. Konsepsi kasta yang menekankan pada pemisahan yang tegas dalam bidang pekerjaan, tidak lagi diterapkan sepenuhnya.

Sampai dimana pertentangan kasta itu membawa pembaharuan di dalam masyarakat ternyata berpengaruh besar dalam proses perubahan sosial di Bali. Dengan bentuk kompetisi antara golongan masing-masing menyalurkan paham pembaharuan baik golongan elit tri wangsa modern dengan golongan elit jaba. Dalam pertentangan kasta tersebut akhirnya terjadilah pembaharuan dalam adat dan juga agama. Sehingga pada perkembangannya antara golongan elite Tri Wangsa dengan golongan elite Jaba sudah terdapat suatu kesamaan paham yaitu kesadaran pentingnya persatuan. Karena itu pertentangan-pertentangan paham yang menyangkut masalah kasta sudah tiba saatnya untuk diakhiri.