Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Kegilaan dan Peradaban (Michel Foucault)

Judul: Kegilaan dan Peradaban, Madness and Civilization
Penulis: Michel Foucault
Penerbit: Ikon Teralitera, 2002
Tebal: 359 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312
PIN BBM: 5244DA2C

Madness and Civilization. Tentang ini Foucault pernah mengatakan dalam sebuah interview, bahwa pergumulannya dengan fenomen kegilaan dimulai setelah menamatkan studi filsafatnya. Itu terjadi pada tahun 1950-an. “Saya sudah cukup gila untuk belajar  tentang pikiran, dan saya sudah cukup menjadi orang yang berpikir untuk mempelajari kegilaan”. Selama masa itu, dia dapat dengan mudah mendekati para pasien dan para terapeut, karena dia tidak mempunyai satu peran yang khusus. Itulah masa awal dari psikofarmaologi, masa kejayaan institusi tradisional. Pada mulanya  dia menerima semua itu. Namun setelah tiga bulan dia bertanya: untuk apa semuanya ini? Setelah tiga tahun dia meninggalkan psikiatri itu dengan satu kegincangan personal yang mendalam, pergi ke Swedia dan menulis tentang praktik kegilaan dan peradaban. Madness and Civilization sebenarnya digagaskan sebagai jilid pertama, tetapi saya lalu merasa terlalu dipenuhi kebencian untuk menulis jilid yang kedua.

Konsep tentang peradaban seperti yang dilukiskan di atas dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tampak pula dalam bukunya Kegilaan dan Peradaban (Madness and Civilization, 1961). Di sini Foucault menerapkan metode arkeologis. Foucault menemukan bahwa pada zaman Renaissance, kegilaan dan penalaran memiliki relasi yang erat, keduanya tidak terpisah, sebab keduanya menggunakan bahasa yang sama. Namun pada zaman klasik (1650-1800), dialog antara kegilaan dan penalaran mengalami pembungkaman. Keduanya dilaksanakan dalam bahasa yang berbeda, dan akhirnya bermuara pada penaklukan kegilaan oleh penalaran. Kegilaan adalah kebebasan imaginasi, dan masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dalam zaman renaissance. Tetapi perlahan kegilaan menjadi sesuatu yang asing dan disungkirkan dari kehidupan yang harus dijiwai kelogisan. Kegilaan ditaklukkan oleh kewarasan.

Apa yang terjadi dengan orang gila, berjalan beriringan dengan apa yang terjadi dengan para penjahat, orang-orang miskin dan gelandangan. Mereka semua mulai disingkirkan, dalam bentuk penjara, rumah sakit umum, rumah sakit jiwa dan dalam sosok polisi dan pengadilan. Semua lembaga ini adalah bentuk yang digunakan oleh penguasa untuk menerapkan kekuasaannya atas masyarakat. Foucault menghubungkan proses ini dengan konsep ekonomi yang berlaku waktu itu. Untuk mencegah pemberontakan orang-orang miskin, semua orang diharuskan bekerja. Mereka yang tidak dapat diperkerjakan, harus dipenjarakan di tempat-tempat seperti rumahh-rumah sakit atau rumah sakit jiwa. Lembaga-lembaga ini dilihat sebagai perwujudan mekanisme kontrol sosial. Pengangguran adalah satu persoalan sosial, demikian juga semua yang menjadi alasan pengangguran, seperti kegilaan atau sakit. Orang gila dikaitkan dengan orang miskin dan penganggur. Dengan ini, etika menjadi persoalan negara. Negara dibenarkan menerapkan hukuman atas pelanggar moral. Hukuman mati yang dipertontonkan adalah satu bukti cara pandang seperti ini. Dengan ini sekaligus hendak ditunjukkan bahwa ada kekuasaan. Pengeksekusian adalah tontonan yang luar biasa dan bentuk pemakluman yang paling efektif dari adanya kekuasaan yang mengontrol.