Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Novel Larasati Pramoedya Hasta Mitra

Judul: Larasati (novel)
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra, 2000
Tebal: 176 Halaman
Kondisi: Bekas (distaples karena jilid mau lepas)
Stok Kosong
 

Sebuah roman revolusi semasa perjuangan bersenjata 1945-1950. Kisah tentang pemuda-pemuda Indonesia yang rela membaktikan jiwa raga demi proklamasi kemerdekaan, kisah-kisah tentang para pahlawan sejati dan pahlawan munafik, pertarungan di daerah republik dan daerah pendudukan Belanda – antara yang setia dan yang menyeberang, antara uang ORI dan uang Nica, dengan wanita sebagai tokoh utama – bintang film tenar yang dengan caranya sendiri memberikan diri dan segalanya untuk kemenangan revolusi. Potret revolusi semasa yang menghidupkan kembali sepenggal sejarah di tahun-tahun awal proklamasi kemerdekaan, sebuah potret jujur gaya Pramoedya tentang kebesaran dan kekerdilan, kekuatan dan kelemahan revolusi. Sebuah fiksi yang menghanyutkan kita seakan menghayati kembali suatu dokumentasi non fiksi Indonesia semasa romantika pertempuran berkecamuk di "jaman bersiap!"

Bercerita tentang  Larasati (Ara), seorang aktris, bintang film yang cantik di masa-awal kemerdekaan Indonesia. Sangat terkenal di zaman Belanda, tetapi ia rela meninggalkan dunia glamor itu, lalu ikut berjuang "dengan caranya sendiri" dengan menghibur para pemuda rakyat yang berjuang melawan penjajah. Ini merupakan kali kesekian, Pram menokohkan seorang perempuan yang mengembang tugas sejarah. Hanya saja, karena dilekatkan pada tokoh seorang aktris film, cara Pram mengembangkan sisi perjuangannya menjadi agak lain dengan tokoh-tokoh perempuan dalam novel-novel Pram yang lain. Menjadi agak lain, karena figur Larasati adalah figur perempuan yang memilih berjuang dengan cara yang bisa ia lakukan: menghibur rakyat. Ia tak lagi ingin main dalam film-film propaganda Belanda meski penolakannya itu berarti tindakan yang bisa mengancam nyawanya sendiri. Tetapi Larasati yang difigurkan Pram ini, meskipun ia keras hati, pemberani, bermulut lancang, namun penuh amarah dengan keterbatasannya sebagai perempuan. Apalagi bila yang dihadapinya adalah para pribumi yang mau menjadi opsir belanda.

"Kalau aku lelaki -aku bisa berbuat banyak. Daerah ini bisa kalah berkali-kali. Tapi Revolusi tak bakal menyerah! Pada waktunya, mulut-mulut besar ini akan dibabat oleh Revolusi. Semua!" Di dalam peperangan, yang paling banyak menderita adalah perempuan dan anak-anak. Agaknya berangkat dari ini, figur Larasati dimunculkan oleh Pram. Namun, karena terlalu berpegang pada penokohan yang kontradiksi, seperti Larasati yang punya harga diri, tetapi tokh akhirnya ia mau saja jadi "istri" dari seorang Arab titahan Nica, lalu dipaksa menjadi budak seks. dalam hatinya dia tetap seorang republikein, seorang pejuang dengan caranya sendiri. dalam diam ia terus berteriak revolusi pasti menang. Pram agaknya ini kali hendak menunjukkan tokoh perempuan yang tidak terlalu heroik, tidak terlalu frontal, penuh kontradiksi, tetapi masih punya sisa-sisa harga diri, rasa cinta tanah air, sedikit dendam pada perang yang merenggut kehidupan, benci pada kemunafikan, juga pada para penjilat.

"Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Negara pun tidak! Rakyat apa lagi! Yang aku kotori hanya diriku sendiri. Bukan orang lain." (Ara)

Larasati, pelacur yang ingin bangsanya merdeka, memiliki keinginan kuat untuk melakukan perjuangan dengan simbol keartisan nya. tapi, walau bagaimanapun juga dia tetap wanita yang kalah pada kekuasaan para laki-laki. dia di sekap oleh seorang arab selama bertahun-tahun. Namun pada bagian akhir cerita ini cukup membuat kecewa karena tidak seperti yang diharapkan  bahwa Ara bisa berbuat lebih untuk harga dirinya sendiri dan ikut berjuang pantang menyerah dengan sangat heroiknya melawan tentara Belanda, tak kalah dengan berandal-berandal yang berjuang tanpa logika perlawanan, hanya puas dengan modal nekat  saja.

"Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita".