Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sybil: Kisah Nyata Seorang Gadis Dengan 16 Kepribadian

Judul: Sybil: Kisah Nyata Seorang Gadis Dengan 16 Kepribadian
Penulis: Flora Rheta Schreiber
Penerbit: Sinar Harapan, 2004
Tebal: 495 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Stok Kosong

Kepribadian adalah sesuatu yang terus dipelajari oleh ahli-ahli ilmu jiwa dan psikologi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering bingung menghadapi seseorang dengan kepribadian tertentu. Bahkan terkadang kita masih juga belum memahami kepribadian kita sendiri, hingga seringkali membutuhkan bantuan orang lain untuk membantu mengembangkan kepribadian kita lebih positif. Lalu bagaimana kalau kita menghadapi satu orang yang sama namun mempunyai 16 kepribadian yang berbeda satu sama lain?. Nah, jawabannya mungkin bisa anda rasakan saat anda membaca buku ini.

Cerita yang berbeda mengenai satu orang yang sama, semakin membingungkan dengan adanya lokasi kejadian, penampilan diri serta reaksi yang sangat jauh berbeda dari keenam belas kepribadian tersebut. Cerita ini memang sulit dipahami, namun sangat menarik untuk dibaca sebagai wawasan kita. Bahwa ternyata memang di luar diri kita begitu banyak hal yang sulit kita hindari dan sulit kita pahami, namun toh tetap mempunyai jalan keluar. Karenanya Sybil sangat berharga untuk dibaca, terutama bagi para dokter, psikiater dan psikolog –demikian menurut penerjemah-.

Sybil dengan 16 kepribadian merupakan kasus menarik yang benar-benar terjadi dan ditangani oleh Dr. Wilbur selama sebelas tahun. Kemudian dituangkan oleh pengarangnya –Flora Reita Schreiber- menjadi sebuah buku berdasarkan catatan psikiater dan wawancaranya terhadap Sybil. Perjalanan hidup Sybil yang mencekam disajikan dalam empat bagian yang terpisah. Dan tentu saja untuk mempermudah kita mengikuti alur cerita yang rumit, kita dibekali dengan silsilah: hirarki dari keenam belas pribadi Sybil.

Kisah diawali dengan keberadaan Sybil dengan bermacam-macam pengalaman yang dialami setiap pribadinya. Menyimak perjalanan Sybil dalam waktu dan tempat yang berbeda tersebut, begitu membingungkan pada awalnya. Namun demikian, setelah terbiasa kita mulai dapat menikmati unik dan menariknya hubungan dan keberadaan antara kepribadian-kepribadian tersebut.

Pada dua bagian selanjutnya, pengarang mengungkapkan latar belakang kehidupan yang dijalani Sybil saat kecil. Bagaimana perlakuan ibunya yang diterima Sybil, bagaimana kondisi keluarga yang menjerat Sybil serta sebab-sebab lain yang tidak menguntungkan Sybil untuk hidup sebagai dirinya sendiri.

Pada bagian ini, kita harus menyiapkan diri membaca sesuatu yang sulit diterima oleh akal sehat dan perasaan kita sebagai manusia. Analisis Dr. Wilbur telah mengungkapkan drama kehidupan Sybil yang sangat memilukan. Kekejaman, upacara-upacara rahasia dan hal-hal yang mengerikan didapatkan Sybil justru dari ibu kandungnya sendiri. Seperti yang diungkapkan Dr. Wilbur : ….akar penyebab perpecahan kepribadian Sybil adalah tema drama yang bersifat penyiksaan-penawanan-pengontrolan-pemenjaraan yang sangat rumit. Satu persatu pintu menuju kebebasan telah tertutup dan buat Sybil, yang telah tersiksa 40 tahun sebelum sindrom siksaan itu diketahui secara medis, tidak ada jalan keluar sama sekali (hal. 214).

Hattie (ibu dari Sybil) dianalisa sebagai penderita Schizophrenia ternyata telah melakukan penyiksaan pada Sybil melalui ‘upacara-upacara ritual yang tertutup’ sejak bayi. Ironisnya, penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh ibu kandung tersebut, dilakukan secara sistematis dan rahasia sehingga tak ada satupun anggota keluarga yang tahu. Rasa sakit luar biasa yang harus diderita Sybil serta keinginannya untuk lari dari penyiksaan tersebut membuat Sybil bertahan hidup dengan menciptakan kepribadian yang berbeda.

Secara awam, memang sangat sulit memahami proses terjadinya perpecahan kepribadian Sybil. Namun sebagai manusia, sangat mudah bagi kita untuk merasakan keinginan lari dari kekejaman yang dialaminya. Satu hal pasti, dari bagian dari buku yang menceritakan penderitaan Sybil tersebut, pengarang mampu dengan baik menunjukkan keinginan yang kuat dari Sybil untuk bertahan hidup menghadapi tekanan dan kekejaman yang dialaminya.

Bagian empat, adalah bagian terakhir dari buku yang menceritakan proses menyatunya kepribadian Sybil menjadi satu kepribadian utuh. Pada bagian ini, diceritakan dengan apik bagaimana jatuh bangunnya Sybil dalam upaya bangkit dari traumanya. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan ataupun surat yang dibuat Sybil, seperti “Berat sekali rasanya untuk merasakan, mempercayai dan mengakui bahwa saya tidak mempunyai kontrol dalam kesadaran saya terhadap pribadi-pribadi saya. Jauh lebih mengerikan jika mengetahui bahwa ada sesuatu yang di luar kekuasaan kita…….” (hal. 388).

Sebagai cerita non-fiksi, kisah nyata ini begitu mencekam dan mengiris-ngiris hati nurani kita. Bahkan drama penyiksaan yang mendera Sybil pun terlalu keji dan terlalu banyak untuk diungkapkan di sini. Akan sangat sulit bagi kita sebagai pembaca mempercayai bahwa kisah ini memang benar-benar terjadi, terutama saat kita sampai pada bagian kehidupan masa bayi hingga masa remaja Sybil. Pada akhirnya kehidupan Sybil memang mendapatkan akhir yang melegakan, bahkan begitu luar biasa. Bagaimana seseorang dengan penderitaan yang dialaminya sejak bayi mampu bertahan hidup bahkan mendapatkan karir profesionalnya? Terus terang semuanya begitu luar biasa, termasuk kemampuan pengarang untuk menuangkan kisah ini dalam sebuah buku sehingga mampu membuat kita merenung dan mengkaji ulang perjalanan hidup kita.