Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Si Kecil Filip Pergi Sekolah

Judul: Si Kecil Filip Pergi Sekolah: Enam Puluh Dongeng Anak Rusia
Penulis: Leo Tolstoy
Penerbit: Granit, 2004
Tebal: 161 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong

Enam puluh dongeng anak Rusia terangkum dalam buku ini. Ada cerita tentang bagaimana Si Kecil Filip ingin sekolah padahal usianya belum mencukupi; persahabatan sejati seekor singa dengan anjing kecil; kecerdikan landak yang mampu mengalahkan kesombongan kelinci; seorang hakim yang adil dan bijaksana menyelesaikan segala macam perkara, dan masih banyak kisah menarik lainnya.

Kebenaran, kejujuran, keadilan, kemurahan hati, kesetiakawanan yang sejati, kecerdikan, ketaqwaan kepada Yang Mahakuasa serta kerelaan mengampuni kesalahan sesama, merupakan nilai-nilai penting dalam kelangsungan hidup masyarakat manusia dari generasi ke generasi.

Itu sebabnya Leo Tolstoy – salah satu penulis terbesar Rusia – tidak merasa turun bobot kepengarangannya dengan manyapa anak-anak melalui dongeng-dongeng pengantar tidur. Ia ternyata mencintai anak-anak dan sangat memperhatikan pendidikan dan perkembangan kepribadian mereka.

Beberapa tahun belakangan ini, dunia sastra Indonesia cukup sering disapa oleh beberapa kumpulan cerita, baik itu cerita pendek maupun sajak. Setelah sempat disentuh oleh novel-novel yang ditulis kaum perempuan Indonesia, dunia sastra kita tampaknya mulai bergeser ke ‘impor’ sastra. Walaupun dunia sastra (baca: seni) jarang sekali dikotakkan dalam sebutan impor atau ekspor, akhir-akhir ini, kita sering melihat karya sastra sastrawan luar daripada sastrawan bangsa ini. Fakta ini jelas membuka hati kita akan keindahan seni dengan cita rasa kultur yang berbeda.

Sebut saja kumpulan cerpen yang sering kita temui di beberapa toko buku. Kumpulan cerpen ini diantaranya dikemas dengan batas-batas benua, negara, prestasi yang dicapai (Nobel), dan jenis cerita. Bagi pemerhati cerpen, fenomena ini bagai dahaga yang tak terpuaskan—jika kenyataan kebiasaan baru yang menarik ini bisa dimetaforakan.

Salah satu sastrawan luar yang akhir-akhir ini karyanya sering diperkenalkan kepada khalayak adalah Leo Tolstoy. Bersama Khalil Gibran, Tolstoy terkesan merupakan sastrawan yang giat menghasilkan karya sastra. Terlepas dari giat atau tidaknya, cita rasa seni bukanlah dinilai dari segi kuantitasnya. Tolstoy dengan gaya realisnya sudah tak perlu diragukan lagi segi kualitas karyanya. Dunia mengenal Tolstoy melalui Anna Karenina-nya yang berakhir sedih. Dunia mungkin tak mengira ternyata sastrawan Rusia ini merupakan seorang bangsawan yang berhati mulia.

Melalui karya mulianya pada pendidikan anak-anak—tanpa melihat golongan sosialnya—Tolstoy mengagumi kebebasan anak-anak berimajinasi, seperti yang tertuang dalam Si Kecil Filip Pergi Sekolah. Karya kumpulan dongeng yang diterbitkan oleh ‘Granit’ (2004) ini menggambarkan keakraban Tolstoy dengan dunia anak-anak. Beberapa fabel dalam buku ini mungkin pernah menyapa pembaca melalui buku terbitan Elex Media Komputindo yaitu dongeng ‘Anak Tikus’ dan ‘Semut’. Selain dongeng yang berpesan budi pekerti, Tolstoy juga menceritakan kecintaan anak-anak akan dunia ilmu pengetahuan, seperti dalam Si Kecil Filip Pergi Sekolah. Dalam buku bersampul warna hijau ini, Filip ditemani berbagai cerita dunia hewan, keluarga, dan tentu saja kerajaan. Ada juga dongeng ‘Hakim yang Adil’ yang memiliki korelasi yang membuat pembaca terpesona akan kebijakan dan kelicikan manusia.

Tampaknya dalam hal per-dongeng-an, ada sedikit kesamaan Tolstoy dengan Hans Christian Andersen. Namun, realisme Tolstoy tetap terasa dari segi penulisan ceritanya. Tidak seperti biasanya, Tolstoy terkesan kaku dengan dialog antartokohnya. Ilustrasi penerbit yang kurang membuat beberapa dongeng ini terasa kaku. Kekakuan ini tertutupi oleh banyaknya dongeng dalam kumpulan dongeng yang disadur dari buku-buku untuk sekolahnya ini. Kesemua dongeng yang berjumlah 60 dongeng ini, diilhami oleh masa pengabdian Tolstoy dalam dunia kemanusiaan (pendidikan) pada abad XIX.

Terlepas dari realismenya dalam dongeng, kumpulan dongeng ini layak dibaca karena keunikannya. Terkesan banyak, namun setiap ceritanya sangat mudah dicerna. Layaknya dongeng, pembaca berimajinasi dan dimanjakan oleh kesederhanaan anak-anak. Ketika membaca kumpulan dongeng ini, seakan-akan waktu kembali ke seragam putih-merah. Kita bernostalgia, tersenyum, berterima kasih serta kagum dengan imajinasi Lev Nikolayevich Tolstoy.