Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan

Judul: Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan Budaya
Penulis: Ignas Kleden
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti, 2004
Tebal: 512 Halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir)
Order: SMS 085225918312


Sastra merupakan suatu karya yang dapat menghubungkan akrab dengan kondisi sosialnya, seperti perbedaan sastra itu sendiri, masyarakat dan kebudayaan, pengarang, konteks, kritik, serta ilmu dan imajinasi yang menghiasinya.

Dalam buku karangan Ignas Gleden yang berjudul Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan merupakan suatu kumpulan tulisan dimana dapat dikatakan bahwa tulisan-tulisan yang hadir dalam buku ini adalah ikhtiar menjawab beberapa pertanyaan penelitian (Reseach Question) mengenai kedudukan sastra di berbagai dimensi kaitannya. Enam pertanyaan tersebut terangkum sebagai berikut :

1. Sastra dan Bukan Sastra
Dalam pembedaannya sastra dan bukan sastra terletak pada pemakaian suatu kalimat yang memiliki makna tersendiri. Pada sastra misalnya lebih memproduksikan suatu makna tekstual (makna yang hadir dalam hubungan teks tersebut) yang mungkin mensuspendir makna referensial dalam arti, memungkinkan bebas penggunakan sebuah konotasi dan ambivalensi, karena sastra adalah sebuah dialektik antara dunia luar-teks dan dapat menghasilkan sebuah makna. Dan sebaliknya dalam karya bukan sastra tidak dimungkinkan penggunaan konotasi dan ambivalensi yang dapat menghasilkan tulisan sesuai isi dan batasan.

2. Sastra, Masyarakat, dan Kebudayaan
Sastra merupakan satu kesatuan dari masyarakat dan budaya. Hal ini timbul dalam pandangan bahwa sastra adalah suatu sarana atau media bagi penulis untuk mengungkap masalah sosial dalam lingkungannya yang dapat memungkinkan masalah tersebut  menjadi sebuah budaya dan hal itu tertuang pada karya berupa sastra. Sebagai contonya, konsekuensi sebagai perkembangan sastra dapat dilihat dari fungsi lain masyarakat dan kebudayaan, seperti halnya keadaan ekonomi, susunan dan bangunan kelas sosial, pembentukan kekuasaan dan distribusi kekuasaan dalam suatu politik, ada tidaknya kebudayaan dominan, atau peran dan kedudukan agama dalam suatu kebudayaan yang mana masalah itu tidak lepas dari komunitas masyarakat. Hal ini, menunjukan jika ketiganya saling berhubungan satu sama lain.

3. Sastra dan Pengarang
Suatu karya sastra tidak lepas hubungan dengan seorang pengarang, karya-karya yang diciptakan pun tidak jauh dari cerminan sikap psikologisnya. sehingga dalam suatu karya itu melahirkan sebuah penafsiran suatu karya yang dapat dinilai intens dengan pengarangnya. Namun hal ini tidak dapat dilihat dari satu sudut kaca mata saja, pembaca misalnya, sangat berperan penting dalam menafsirkan sebuah karya karena kesusastraan membuka dirinya sendiri atas cara yang sama untuk diakses oleh setiap pembaca. karena bisa jadi pesan yang tersampaikan dalam karya tersebut tidak mudah dipahami oleh pembaca atau sebaliknya. Oleh karena itu, tafsiran pengarang tentang karyanya sendiri patutlah diperlakukan sebagai salah satu tafsiran saja di antara tafsiran-tafsiran lainnya oleh pembaca, dan harus dilibatkan dalam kontestasi penafsiran untuk mendekati makna yang sebenarnya.

4. Sastra dan Konteks
Konteks suatu karya sastra seperti memiliki suatu hubungan yang bersifat historis (tergantung pada pengalaman hidup yang bersifat lintas-waktu dan lintas-tempat). Konteks dalam hal ini lebih berhubungan dengan sebuah konteks resepsi tidak tergantung pada konteks produksi. Meskipun demikian, konteks memang penting adanya dalam suatu karya sastra, tetapi bukanlah sesuatu yang statis atau einmalig (hanya bersifat sekali saja).

5. Sastra dan Kritik Sastra
Schleiermacher (pelopor hermeneuitika modern): "kita harus berusaha memahami seorang pengarang atas cara yang lebih baik dan lebih berhasil dari pengarang itu memahami dirinya sendiri." Kritik sastra adalah suatu pekerjaan ilmiah atau sebuah kegiatan kesenian, merupakan pertanyaan lebih diakibatkan oleh salah paham dan itu mengharuskan seorang kritikus mencari sebuah jawaban dari kritikannya secara benar. Kesusastraan sendiri dapat dilakukan pengkajiannya melalui sebuah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut dapat dilakukan secara penelitian ilmiah yang berdasarkan oleh sebuah metodologis dan teoritis, tentu untuk mendapatkan teori dan metode tersebut tidak hanya memiliki satu sudut pandang melainkan ia harus melihat dalam kaca mata yang obyetif dan harus bersifat eksplisit. Dalam analisa terakhirnya sebuah kritik dikatakan berhasil jika dapat memahami dekat suatu esensi dalam karya sastra tersebut dan tentang sifat-sifat karya sastra tersebut. Dan harus menghindari sebuah pendekatan yang hanya berdasarkan pengandaian.

6. Sastra, Ilmu, dan Imajinasi
Sebuah imajinasi adalah hal yang tidak dapat terpisah dengan sebuah karya sastra. Namun peran serta ilmu dalam karya sastra juga tidak kalah penting. Contoh dalam hal ini adalah ketika manusia memainkan sebuah imajinasinya tentu manusia tersebut tahu betul apa yang sebenarnya ia inginkan dalam pengimajinasiannya dalam arti, mewujudkan secara konkret. fungsi konkritisasi tersebut dapat berupa karya sastra maupun karya ilmu sosial. Maka letak ilmu serta imajinasi suatu karya sastra tersebut berada pada konkretisasi dari gagasan dan perasaan yang direpresentasikan dalam watak dan tindakan seorang individu yang unik.