Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Rakyat Kecil, Islam dan Politik

Judul: Rakyat Kecil, Islam dan Politik
Penulis: Martin van Bruinessen
Penerbit: Gading Publishing
Tebal : 502 halaman
Kondisi: Baru (bagus)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir)
Order: SMS 085225918312


Tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini merupakan rangkuman 30 tahun pengamatan Martin tentang Islam dan masyarakat di Indonesia, dimana ia berusaha mengambil pandangan ‘dari bawah’—dengan memfokus pada pengalaman rakyat miskin, berbagai kelompok dan gerakan yang dimarjinalkan secara politik dan sosial, serta usaha-usaha membangun ekonomi dari bawah.

Bergerak dari kawasan kecil dan terbatas, namun bisa menjadi pencerminan kawasan serupa di kota-kota lain di Indonesia, Martin menuju ke panggung nasional di mana terjadi tarik-ulur antara masayarakat muslim dan Negara. Pada masa Orde Baru, Islam menjadi kartu penting yang diperebutkan. Negara melalui lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia, Kementerian Agama dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia berusaha mengkooptasi dan menjadikan Islam sebagai legitimasi kekuasaannya, tetapi para aktivis, cendikiawan, dan jurnalis mencoba melawan di seberangnya. Tarik ulur ini berlangsung hingga sekarang dan sekaligus menjadi titik masuk memahami fenomena agama (Islam) dalam kekuasaan politik sesudahnya. Terakhir Martin juga menyajikan dinamika gerakan masayarakat sipil untuk membangun Indonesia masa depan.

Buku bertajuk, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, menjabarkan pengalaman Bruinessen dalam meneliti orang miskin dan kaitannnya dengan pemikiran Islam. Berdasarkan pengakuan Bruinessen, ada yang berubah dari Indonesia. Kata-kata, wong cilik, proletar, marhaen, sudah sangat jarang muncul di banyak media Indonesia. “Apakah wong cilik di Indonesia sudah tidak ada?” tanya Bruinessen.

Kemudian Bruinessen pun berbagi kisah ketika dia meneliti orang miskin di daerah Bandung,  pada tahun 1980-an. Ketika penelitiannya selesai dan dipublikasi di media nasional, Walikota Bandung tidak percaya ada warga miskin seperti yang ditulis Bruinessen. Dan setelah itu, Walikota Bandung memberikan solusi untuk memindahkan warga miskin tersebut dengan menyuruh mereka agar bertransmigrasi. Mengatasi kemiskinan dengan menghilangkan orang miskin, “Ini yang dilakukan Orde Baru” katanya.

Pertanyaan besar Martin van Bruinessen di penelitiannya adalah apakah Islam mampu memberikan suara kepada orang yang tidak punya? “Tentu saja mampu” kata Bruinessen. Dia menjelaskan di masa lalu, Islam merah yang merupakan Islam dengan nuansa komunisme senantiasa menjembatani antara Islam dan rakyat kecil, sebelum akhirnya diberangus karena peristiwa G30S.

Setelah itu, adakah kaitan antara rakyat kecil dengan pemahaman radikal? Menurut Bruinessen tidak ada kaitannya. Berdasarkan pengalaman penelitian di Bandung, dia menilai bahwa orang kecil di tempatnya meneliti adalah Islam abangan. Justru pemahaman radikalisme datang dari orang-orang yang ekonominya kelas menengah,”Karena radikalisme memerlukan kekuatan ekonomi” kata Bruinessen beragumen.

Meskipun begitu, Bruinessen menyadari bahwa teorinya tentang tidak adanya pemikiran radikalisme di kalangan orang kecil tidak begitu kuat. Tidak lama setelah artikel penelitiannya dipublikasi, muncul tragedi Tanjung Priok di Jakarta. Menurutnya tragedi ini terjadi karena pemikiran radikalisme, orang kecil melawan pemerintah menggunakan argumen agama dan korban paling banyak pun datang dari orang kecil. “Jadi teori saya itu mungkin cocok di kota Bandung tapi tidak cocok di Jakarta” ujar Bruinessen.