Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sutan Sjahrir Renungan dan Perjuangan

Judul: Renungan dan Perjuangan
Penulis: Sutan Sjahrir
Penerbit: Djambatan, 1990
Tebal: 318 halaman
Kondisi: Buku bekas (cukup)
Terjual Karanganyar


Buku Renungan dan Perjuangan terdiri dari 2 bagian. Bagian I: Renungan Dalam Tahanan adalah terjemahan dari Indonesische Overpeinzingen, yang diterbitkan di Amsterdam tahun 1945. Sedangkan Bagian II: Aksi adalah tulisan Sutan Sjahrir yang ditulis atas permintaan Charles Wolf, Jr untuk dimuat dalam Out of Exile, yang diterbitkan di New York tahun 1948. Keseluruhannya diterjemahkan oleh HB. Jassin.

Sjahrir mengutip baris dari sajak penyair Jerman, Friedrich Schiller. Dalam teks aslinya kutipan itu berbunyi: und setzt ihr nicht das Leben ein, nie wird euch das Leben gewonnen sein (hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan).

Kedekatannya pada rakyat tidak menghilangkan kritiknya terhadap kecenderungan bangsa ini untuk mencintai fasisme. Sehingga ketika Jepang datang Sjahrir melihat kegirangan penduduk Indonesia sebagai sebuah kegirangan semu:

19 Agustus 1937 - Sepanjang pengamatanku, seluruh penduduk Islam di Indonesia sekarang ini pro-Jepang. Jepang makin lama makin populer, seperti dulu demikian halnya dengan Jerman. Aku selalu mencoba meyakinkan orang-orang di pulau ini, bahwa orang Jepang bukan malaikat-malaikat, dan bahwa apa yang dilakukannya sekarang ini tidak lain dari suatu perjalanan perampokan secara besar-besaran. Aku yakin bahwa sekali waktu, Jepang akan menarik keuntungan dari simpati yang besar bangsa Indonesia terhadapnya itu. Bukan saja di pulau Banda ini, tapi di seluruh Indonesia, sampai ke kampung-kampung yang terpencil,

Oleh karenanya pula, Sjahrir tidak melihat lain ketika lepas Jepang kalah teriakan "Merdeka atau Mati!" juga bagian dari pendidikan singkat yang diperoleh pemuda Indonesia dari Jepang. Sjahrir menyatakan, "selama Jepang berkuasa di Indonesia, para pemuda kita hanya dilatih untuk berbaris dan berkelahi, tetapi tak pernah dilatih untuk memimpin."

Sjahrir sendiri melihat penyerahan kedaulatan bukan akhir dari perjuangan itu. Di forum domestik dan forum internasional yang tidak terpisahkan menjadi titik sentral pemikirannya. Kemerdekaan yang telah dinyatakan masih menyisakan persoalan administratif kenegaraan yang sama di masa penjajahan dengan korupsi sebagai salah satu persoalan. Selain juga bahwa persoalan di forum internasional yang tidak bisa dipisahkan dari masalah domestik.

Semuanya ditulis di zaman yang telah lampau, tapi citraannya seolah keseharian kita di zaman sekarang. Kiranya waktu yang berhenti berjalan, atau kita yang terlampau rapih berjalan di tempat?