Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Maryam Menggugat: Menguak Propaganda Save Maryam

Judul: Maryam Menggugat: Menguak Propaganda Save Maryam
Penulis: Maulana M. Syuhada
Penerbit: Bunyan, 2013
Tebal: 240 halaman

Kejujuran adalah salah satu kunci utama keberhasilan dakwah. Dalam sebuah hadis dinyatakan: kejujuran akan menunjukkan pada kebaikan, kebaikan akan menunjukkan kepada surga. Artinya, kejujuran adalah kunci menuju tercapainya keberhasilan yang gilang-gemilang. Sukses dakwah Nabi Muhammad SAW tidak bisa dilepaskan dari aspek kejujuran ini. Beliau sendiri digelari Al-Amin, yakni orang tepercaya karena kejujurannya.

Saat ini, dalam praktek dakwah, aspek kejujuran kerap dikesampingkan. Seperti dilakukan Mercy Mission, sebuah lembaga muslim yang berpusat di London, melalui video ''Save Maryam'' berdurasi empat menit 48 detik yang diunggah di YouTube. Video ini, selain mengisahkan seorang muslimah bernama Maryam yang pindah agama, juga menyebutkan data bahwa 2 juta muslim Indonesia setiap tahun pindah agama. Akibatnya, pada 2035, Indonesia akan kehilangan status sebagai negara mayoritas muslim. Karena itu, masyarakat muslim dunia diseru untuk mendonasikan uangnya pada proyek ''Save Maryam'' untuk menyelamatkan Indonesia.

Maulana M. Syuhada, dalam bukunya ini, mencoba menyorot persoalan tadi. Ia tergelitik oleh data pihak Mercy Mission yang ternyata sarat dengan ketidakjujuran, terutama mengenai akan hilangnya status Indonesia sebagai negara bermayoritas muslim pada 2035.

Beberapa kejanggalan ditemukan. Misalnya, Mercy Mission mengklaim statistik ini berasal dari International Crisis Group (ICG). Namun dalam video itu terlihat sebuah laporan dengan kop surat ICG, sedangkan tanggal yang tertulis adalah Jakarta/Brussel, 24 November 2012, padahal video itu diluncurkan pada 21 Juli 2012, sehingga tanggal pada kop surat laporan tersebut fiktif.

Maryam, yang diperlambangkan dalam video ''Save Maryam'', menurut Mercy Mission, adalah simbol generasi muda Indonesia yang potensial pindah agama. Menurut Syuhada, ini sangat berlawanan dengan realitas masyarakat muslim Indonesia yang justru terus berkembang. Realitas Islam Indonesia sama sekali tidak seperti yang diperlihatkan video ''Save Maryam''.

Data dalam video itu, menurut Syuhada, juga tidak sesuai dengan data dari Pemerintah Indonesia. Menurut lima data sensus terakhir, proporsi umat Islam Indonesia relatif tidak mengalami perubahan dan stabil pada kisaran 87%-88% sejak 1971. Tidak ada tren yang mengindikasikan penyalipan (take over). Karena itu, klaim Mercy Mission itu hanyalah isapan jempol alias tidak benar. Data menunjukkan, dari total kenaikan jumlah penduduk antara tahun 2000 dan 2010 yang mencapai 3.639.933 per tahun, populasi muslim bertambah 2.964.739 per tahun. Sementara itu, penduduk Kristen bertambah 548.141 per tahun.

Dari penelusuran Syuhada, Mercy Mission memakai data yang salah, sehingga hasil analisisnya pun keliru. Mercy Mission memakai data Sensus tahun 2000 sebagai starting point, tetapi tidak menggunakan data Sensus 2010 sebagai end point. Mengapa mereka tidak mau menggunakan fakta (data Sensus 2010), tapi menggunakan data prediksi tahun 2009?

Mereka, menurut Syuhada, melakukan prediksi jumlah penduduk Kristen pada 2009 menggunakan empat sumber berbeda, yaitu World Harvest (20%), Secret Believers (17%), Secret Believers/ICG (15%), Kementerian Agama (12%). Lalu mereka menghitung rata-rata dari empat sumber itu dan mendapatkan angka 16%. Selanjutnya mereka mengklaim, proporsi penduduk Kristen tahun 2009 adalah 16% dari total jumlah penduduk.

Jika dihitung dari sensus pemerintah tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 (100%), Protestan 16.528.513 (6,96%), Katolik 6.907.873 (2,91%). Jika digabungkan, Kristen (Protestan dan Katolik) adalah 23,436,386=9,86%. Angka prediksi yang dikeluarkan Mercy Mission, 16% (2009), sangatlah jauh menyimpang dari realitas.

Inilah yang disebut Syuhada sebagai ketidakjujuran terhadap publik atas nama dakwah. Mercy Mission membuat video itu dengan data yang salah, lalu menghasilkan analisis yang keliru, dan ini disebarkan ke dunia untuk menggalang dana dengan maksud menyelamatkan Indonesia. Ini tentu tidak bisa dibenarkan. Pihak ICG pun telah membantah data itu dan meminta Mercy Mission menghapus semua referensi yang terkait dengan ICG.

Fajar Kurnianto
Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina, Jakarta