Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962

Judul: Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962
Penulis: Dr. Th. Stevens
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, 2004
Tebal: 669 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
WA 085225918312

Walaupun masa silam Tarekat Mason Bebas masih tersimpan dalam bentuk gedung-gedungnya yang lama, dalam ingatan ia telah pudar terhapus oleh waktu. Studi ini bermaksud untuk memberi tempat kepada Tarekat Mason Bebas dalam sejarah Indonesia selama abad 19 dan 20,

Menjadi pertanyaan yang menggelitik pemikiran bagaimana para anggota dari suatu pergerakan yang merupakan ciptaan dari masa Penerangan Eropa dan yang dipindahkan ke bumi Asia, dapat mewujudkan cita-cita humanistis dalam suatu alam kolonial.

Bagaimana pula para anggota Tarekat Mason Bebas bereaksi terhadap ketimpangan-ketimpangan dan apa pula usaha mereka untuk memperbaiki keadaan ini? Memang harus diakui bahwa dengan keanggotaan yang hanya berjumlah paling banyak 1500 orang dan yang tersebar di antara 25 satuan loge, pengaruhnya pasti terbatas. Namun, di mana mereka bergerak hasilnya nyata.

Penulis, seorang sejawaran dari Universitas Amsterdam, juga berpendapat bahwa loge merupakan tempat-tempat dimana orang belanda dan orang Indonesia dapat bertemu pada tingkat yang sama tinggi dan sama rendah dalam suasana saling menghormati.

Sebagai pembaca, semula saya abaikan hingar ini. Paling tidak ada dua alasan mengapa saya mengabaikan hingar ini. Pertama, hirarki dan dogma agama telah mengeksilkan Freemason sebagai agama pagan yang menempatkan kemanusiaan dan kesetaraan, sehingga seseorang bisa tetap menyembah Tuhan di agama mana saja. Malah seringkali Freemason dimaknai sebagai agama karena mereka mempunyai ritual, hirarki, dan dogma pascakehidupan yang berbeda. Bahkan ada hukuman yang berlaku bagi orang yang ketahuan "berpindah" ke Freemason dengan hukuman ekskomunikasi. Hukuman bagi mereka yang bergabung ke loji Mason tercantum dalam Canon 2335 (dikeluarkan tahun 1917) dan kemudian secara implisit juga tercantum dalam Canon 1374 (tahun 1983).

Kedua, saya tidak terlalu paham dengan istilah 'secret society'. Apakah maksudnya itu? Mungkin itu istilah yang berlebihan dari sekelompok orang yang mempunyai mimpi yang sama dan berjaringan. Semacam komplotan. Tapi apa kejahatan dari komplotan ini? Menguasai dunia? Yang benar saja!

Atas dasar dua alasan ini, saya jengah membaca soal Freemason. Lalu menjadi amat membingungkan misalnya bila kita pergi ke toko buku pada 1-2 tahun ini dan menemukan ada penulis-penulis yang dengan rajin mengangkat lagi persoalan ini dengan nada provokasi dan menakut-nakuti: ancaman, rencana jahat, konspirasi internasional, dll. Saya membacanya bahwa penulis buku-buku Freemason sedang meneror pembaca untuk menghadapi "hantu" yang ditempatkannya jauh lebih penting daripada masalah nyata yang di depan mata: persoalan demokrasi, kemiskinan, kelaparan, pendidikan kurang bermutu, kesehatan, dan lainnya. Lalu untuk menambah efek kejut, dinyatakan tentang keberadaan Freemason di Indonesia, lengkap dengan tafsir dan penulisan sejarah yang 'baru'. Tapi saya tetap tidak paham mengapa.

Barangkali ada kaitannya juga dengan heboh larisnya buku-buku berlatar 'secret society' semacam ini, imbas dari fenomena Dan Brown. Tetapi berbeda motif dengan para pengikut Brown yang melahirkan genre fiksi sejarah konspirasi, saya membaca kemunculan buku-buku ini menaiki ombak untuk tujuan yang berbeda: menggelorakan semangat anti-Yahudi. Tapi bisa jadi pembacaan saya salah.

Sekarang kita bicara tentang Freemason di Indonesia. Saya memang pernah menemui beberapa orang yang dengan penuh semangat bercerita tentang organisasi ini di Indonesia. Pada saya ditunjukkan sejumlah foto, juga simbol, tetapi saya belum pernah bertemu sosok anggotanya. Kalaupun ada, sumber-sumbernya tidak bisa dipercaya.

Maka ketika akhirnya saya bertemu dengan buku tulisan sejarawan Belanda Th. Stevens ini, dan lewat perantaraan teman yang telah mencarikannya untuk saya sehingga saya tahu yang saya pegang ini adalah buku berisi bukti-bukti tertulis yang diambil dari dokumen Freemason sendiri, saya mencoba membacanya dengan teliti.

Kebenaran Sejarah
Buku setebal 630 halaman ini banyak mengutip salinan dokumen dari loji Freemason yang ada di Belanda. Dokumen-dokumen itu tentu saja diakses oleh si sejarawan, tentulah lewat upaya yang tidak mudah, kemudian dibeberkan dalam jejak kronologis kepada pembaca. Semula buku ini hanya beredar di Belanda dengan judul Vrijmetselarij en Samenleving in NederlandsIndië en Indonesië 17641962 hingga akhirnya lewat penerbit Sinar Harapan buku ini diupayakan terjemahannya untuk konsumsi publik pada tahun 2004.

Apa makna terbitnya terjemahan ini? Saya membacanya sebagai sebuah upaya pengklarifikasian sejarah. Bahwa benar Freemason pernah ada di Indonesia. Bahwa sejumlah nama, organisasi, serta bangunan fisik betul-betul terkait secara langsung dengan keberadaan Freemason ini. Bahwa Freemason di Indonesia mempunyai karakteristik sendiri yang barangkali banyak tidak diketahui masyarakat luas. Saya sama sekali tidak membaca buku ini sebagai buku yang berpretensi menjadi buku yang memprovokasi dan berniat meneror masyarakat. Sifat buku ini sebagai buku acuan. Bahwa benar, buku-buku yang ditulis dengan semangat provokasi itu ternyata hanya bersumber dari dokumen-dokumen yang terlampir di dalam buku ini saja.
Pesan Sekarang