Jual Buku Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek Demokrasi
Judul: Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek Demokrasi
Penulis: M. Zaki Mubarak
Penerbit: LP3ES, 2008
Tebal: 411 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Terjual Depok
Penulis: M. Zaki Mubarak
Penerbit: LP3ES, 2008
Tebal: 411 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Terjual Depok
Salah satu perkembangan Islam Indonesia yang menarik untuk dicermati, khususnya setelah era reformasi adalah kemunculan Islam radikal, Islam fundamental, gerakan salafi militan atau Islam garis keras. Islam radikal muncul tidak saja dalam bentuk pemikiran yang kaku (rigid) dan tekstualis, tetapi juga menjelma menjadi sebuah gerakan yang bersifat massal. Fenomena Islam radikal sesungguhnya tidak dikenal dalam sejarah perkembangan Islam Indonesia. Di dalam buku-buku teks sejarah Islam Indonesia, kita tidak akan menemukan pembahasan berkenaan Islam radikal dengan segala variasinya. Tidaklah mengherankan, jika banyak pengamat Islam terhenyak menyaksikan fenomena yang benar-benar baru ini.
Oleh karena itu, buku hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Zaki Mubarak yang berjudul, “Genealogi Islam Radikal Di Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek Demokrasi”, mencoba mengulas gerakan Islam radikal di Indonesia. Buku ini sesungguhnya berasal dari tesis penulis di Program Migister Ilmu Politik FISIP UI yang pada awalnya berjudul, “Islam Fundamentalis Radikal: Gerakan dan Pemikiran FPI, Laskar Jihad, Majlis Mujahidin dan Hizbut Tahrir Indonesia Tahun 1998-2003.”
Menurut penulis buku ini, aktor dan aktivis Islam radikal sebetulnya pemain lama yang muncul kembali secara terang-terangan pada masa reformasi ini, seperti Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jamaah.
Dalam tahun-tahun awal reformasi, berbagai kelompok Islam radikal semakin naik daun, seiring dengan proses transisi demokrasi yang semakin terseok-seok. Di tengah kondisi masyarakat yang kurang kondusif, serta pecahnya konflik keagamaan di beberapa daerah, telah memberikan peluang bagi kelompok-kelompok Islam berhaluan radikal memainkan peran dominan dalam isu-isu nasional.
Geneologi Islam Radikal bagi Zaki Mubarak dapat ditelusuri sampai ke Timur Tengah. Gerakan-gerakan Ikhwanul Muslimin, Wahabiyah, Hizbul Islam, adalah organisasi yang memberikan isnpirasi bahkan motivasi bagi Islam radikal di Indonesia. Tidak itu saja, muslim Indonesia yang ikut berjuang di Afghanistan juga memberi warna bahkan sangat dominan bagi terbentuknya Islam radikal dan Islam garis keras di Indonesia. Zaki malah mencatat, pengakuan Ja’far Umar Thalib sebagai Panglima Laskar Jihad sendiri mengakui kemampuan teknik kemiliteran yang dimilikinya adalah hasil didikan selama berada di Afghanistan bersama kelompok mujahidin.
Dalam konteks Indonesia, bibit Islam radikal sudah muncul pada masa pemerintahan Soekarno (1945-1966) berupa pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti negara nasional sekuler menjadi “Negara Tuhan”, dari Kartosuwiryo, Daud Beureueh, sampai Kahar Muzakar. Harapan kelompok Islam tumbuh ketika Orde Baru (1966-1998) berkuasa dan membebaskan tokoh Masyumi, yang sebelumnya dianggap pemberontak. Tapi Soeharto justru tidak pernah memberi kesempatan Islam untuk berkembang sebagai ideologi negara atau basis kekuatan politik.
Jatuhnya rezim Orde Baru memberikan berkah kepada kelompok-kelompok radikal Islam, yang sebelumnya tiarap dan bergerak di bawah tanah. Kelompok Islam radikal menyerukan perlunya “alternatif” bagi Indonesia: pemberlakuan syariat Islam. Bagi kaum Islam radikal, konspirasi negara-negara sekuler telah mengurung negara berpenduduk muslim seperti Indonesia dengan sistem kapitalistis, liberalistis, dan hedonistis.
Buku M. Zaki Mubarak dengan gamblang memberikan deskripsi tentang tantangan umat Islam moderat, terkait dengan agenda utama kelompok radikal berupa formalisasi syariat dalam negara. Meskipun demikian, buku ini tidak berpretensi menyingkap secara menyeluruh (holistic) segi-segi perkembangan Islam radikal di Indonesia, tetapi mencoba menelusuri apa dan bagaimana gerakan (actions) serta mainstream pemikiran yang mereka kembangkan dalam masa transisi demokrasi. Pergulatan agenda Islamisasi dan demokrasi sangat ditentukan oleh kesuksesan konsolidasi demokrasi, keefektifan kinerja pemerintahan dalam mengatasi persoalan-persoalan mendasar rakyat, dan juga peran kelompok Islam moderat dalam mendiseminasikan gagasan dan ide-ide keislaman yang humanistik, demokratis, dan toleran.