Jual Buku Wajah Baru Relasi Suami-Istri: Telaah Kitab Uqud al-Lujjayn
Judul: Wajah Baru Relasi Suami-Istri: Telaah Kitab Uqud al-Lujjayn
Penulis: Forum Kajian Kitab Kuning
Penerbit: LKiS, 2001
Tebal: 238 halaman
Kondisi: Bekas Bagus, Mulus
Harga: Rp. 50.000 (belum ongkir)
Terjual ke Indramayu
Kekerasan terhadap perempuan, sekarang ini menjadi salah satu fokus perhatian utama dari kalangan aktifis gerakan perempuan di Indonesia. Disamping aktifis feminis yang lebih berorientasi pada kasus penanganan kekerasan terhadap perempuan di sektor publik, dalam satu dasawarsa terakhir ini, mulai muncul para aktifis feminis Muslim yang juga ingin menegakkan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Feminis Muslim berargumen bahwa ketidakadilan gender juga banyak terjadi di komunitas Muslim, yang salah satunya diakibatkan oleh pelanggengan penafsiran-penafsiran keagamaan yang bias jender, dan karenanya kurang bersahabat dengan perempuan. Perempuan menjadi korban penafsiran keagamaan dengan ditunjukkan pada mapannya steotipe-stereotipe yang kurang bersahabat terhadap perempuan.
Beragam stereotipe itu selama puluhan tahun sudah membeku ke dalam teks-teks keagamaan akibat penafsiran keagamaan yang bias jender dan berideologi patriarkhi. Salah satunya termaktub dalam kitab Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayan Huqûq al-Zawjayn karya Muhammad Ibn Umar al-Banteny al-Jawy (1230/1813-1316/1898). Kitab ini sarat nuansa ketidakadilan jender, terutama dalam pola relasi suami istri. Padahal, kitab ini diajarkan dan ditransmisikan secara kontinu dalam pesantren selama puluhan tahun, sehingga semakin melanggengkan pola ketidakadilan jender dalam hubungan suami-istri.
Karena itu, buku ini hadir sebagai usaha penting dalam mendekontruksi teks-teks keagamaan yang kurang bersahabat terhadap perempuan. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid melalui lembaga Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN AMAL HAYATI) dan FK3 (Forum Kajian Kitab Kuning) relatif berhasil mempersoalkan kembali secara kritis-argumentatif teks-teks melalui metode ta’liq wa takrij al-hadis terhadap hadis-hadis yang penuh misoginis (kebencian) terhadap perempuan seperti termaktub dalam kitab ‘Uqud al-Lujjayn ini.
Dari takhrij al-hadits, buku ini memberikan informasi penting bahwa ditemukan 26 hadits lemah (dla’if) dan 35 hadits palsu (maudlu’) dari sekitar 120-an hadits dalam kitab ‘Uqud al-Lujjayn. Dalam ilmu hadits, hadits-hadits yang tidak ada sumbernya, dianggap sama dengan hadits palsu (maudlu’) dalam hal ketidakbolehannya dijadikan argumen agama. Apalagi dijadikan dalil untuk melanggengkan kekerasan terhadap perempuan, tentu saja tidak boleh.
Menyikapi hadits-hadits lemah, palsu dan tidak ada sumbernya di atas yang menjadi argumen teologis untuk subordinatif dan diskriminatif terhadap perempuan, melalui buku ini, feminis Muslim kemudian melakukan ta’liq: suatu metode berpikir dan berkomentar secara kritis-argumentatif terhadap pemikiran
Syaikh Nawawi, pengarang kitab ‘Uqud al-Lujjayn yang dinilai kurang memiliki sensitifitas jender. Ta’liq juga, terutama dilakukan terhadap hadits-hadits yang sanad-nya dinilai sahih, tetapi matan-nya dianggap bisa memunculkan pemikiran yang diskriminatif terhadap perempuan, dengan cara mengungkapkan hadits-hadits shahih lain yang isinya lebih adil jender, termasuk ayat-ayat al-Qur’an, analisis kebahasaan, dan fakta-fakta sejarah yang menunjukkan kesalah pahaman terhadap perempuan.
Hasil kajian kritis dan tajam terhadap kitab ‘Uqud al-Lujjayn karya Syaikh Nawawi, tidak saja dituangkan Sinta Nuriyah dkk dalam edisi bahasa Indonesia yang sekarang hadir di hadapan pembaca budiman, melainkan juga dihadirkan dalam edisi bahasa Arab dengan judul, Ta’liq wa Takhrij ‘ala Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayân Huqûq al-Zawjayn, diterbitkah oleh FK3, Jakarta, 2000.
Versi bahasa Arab ini lebih banyak disosialisasikan ke pesantren-pesantren agar dengan mudah diterima oleh masyarakat pesantren, terutama ustadz, nyai, santri, dan para juru dakwah. Maklum, segala sesuatu yang berbau bahasa Arab masih mengalami mitologisasi di masyarakat Islam, terutama pesantren.
Adapun edisi bahasa Indonesia yang sekarang hadir di hadapan pembaca, sengaja diperuntukkan untuk publik umum, agar lebih mudah dicerna dan dianalisis segi-segi ketidakadilan jender dalam Islam sebagaimana termaktub dalam Kitab Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayan Huqûq al-Zawjayn.
Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, pioner telaah kritis atas buku ini, merupakan lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Yogyakarta dan memperoleh gelar M.Hum dari Pusat Kajian Perempuan Universitas Indonesia (UI), Jakarta.
Karena itu, dengan kemahiran berbahasa Arab dirangkai dengan analisis ilmu modern, buku ini menjadi otokritik berkualitas atas feminis Muslim terhadap Kitab ‘Uqud al-Lujjayn yang telah lama melanggengkan kekerasan terhadap perempuan melalui teks-teks keislaman.
Penulis: Forum Kajian Kitab Kuning
Penerbit: LKiS, 2001
Tebal: 238 halaman
Kondisi: Bekas Bagus, Mulus
Harga: Rp. 50.000 (belum ongkir)
Terjual ke Indramayu
Kekerasan terhadap perempuan, sekarang ini menjadi salah satu fokus perhatian utama dari kalangan aktifis gerakan perempuan di Indonesia. Disamping aktifis feminis yang lebih berorientasi pada kasus penanganan kekerasan terhadap perempuan di sektor publik, dalam satu dasawarsa terakhir ini, mulai muncul para aktifis feminis Muslim yang juga ingin menegakkan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Feminis Muslim berargumen bahwa ketidakadilan gender juga banyak terjadi di komunitas Muslim, yang salah satunya diakibatkan oleh pelanggengan penafsiran-penafsiran keagamaan yang bias jender, dan karenanya kurang bersahabat dengan perempuan. Perempuan menjadi korban penafsiran keagamaan dengan ditunjukkan pada mapannya steotipe-stereotipe yang kurang bersahabat terhadap perempuan.
Beragam stereotipe itu selama puluhan tahun sudah membeku ke dalam teks-teks keagamaan akibat penafsiran keagamaan yang bias jender dan berideologi patriarkhi. Salah satunya termaktub dalam kitab Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayan Huqûq al-Zawjayn karya Muhammad Ibn Umar al-Banteny al-Jawy (1230/1813-1316/1898). Kitab ini sarat nuansa ketidakadilan jender, terutama dalam pola relasi suami istri. Padahal, kitab ini diajarkan dan ditransmisikan secara kontinu dalam pesantren selama puluhan tahun, sehingga semakin melanggengkan pola ketidakadilan jender dalam hubungan suami-istri.
Karena itu, buku ini hadir sebagai usaha penting dalam mendekontruksi teks-teks keagamaan yang kurang bersahabat terhadap perempuan. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid melalui lembaga Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN AMAL HAYATI) dan FK3 (Forum Kajian Kitab Kuning) relatif berhasil mempersoalkan kembali secara kritis-argumentatif teks-teks melalui metode ta’liq wa takrij al-hadis terhadap hadis-hadis yang penuh misoginis (kebencian) terhadap perempuan seperti termaktub dalam kitab ‘Uqud al-Lujjayn ini.
Dari takhrij al-hadits, buku ini memberikan informasi penting bahwa ditemukan 26 hadits lemah (dla’if) dan 35 hadits palsu (maudlu’) dari sekitar 120-an hadits dalam kitab ‘Uqud al-Lujjayn. Dalam ilmu hadits, hadits-hadits yang tidak ada sumbernya, dianggap sama dengan hadits palsu (maudlu’) dalam hal ketidakbolehannya dijadikan argumen agama. Apalagi dijadikan dalil untuk melanggengkan kekerasan terhadap perempuan, tentu saja tidak boleh.
Menyikapi hadits-hadits lemah, palsu dan tidak ada sumbernya di atas yang menjadi argumen teologis untuk subordinatif dan diskriminatif terhadap perempuan, melalui buku ini, feminis Muslim kemudian melakukan ta’liq: suatu metode berpikir dan berkomentar secara kritis-argumentatif terhadap pemikiran
Syaikh Nawawi, pengarang kitab ‘Uqud al-Lujjayn yang dinilai kurang memiliki sensitifitas jender. Ta’liq juga, terutama dilakukan terhadap hadits-hadits yang sanad-nya dinilai sahih, tetapi matan-nya dianggap bisa memunculkan pemikiran yang diskriminatif terhadap perempuan, dengan cara mengungkapkan hadits-hadits shahih lain yang isinya lebih adil jender, termasuk ayat-ayat al-Qur’an, analisis kebahasaan, dan fakta-fakta sejarah yang menunjukkan kesalah pahaman terhadap perempuan.
Hasil kajian kritis dan tajam terhadap kitab ‘Uqud al-Lujjayn karya Syaikh Nawawi, tidak saja dituangkan Sinta Nuriyah dkk dalam edisi bahasa Indonesia yang sekarang hadir di hadapan pembaca budiman, melainkan juga dihadirkan dalam edisi bahasa Arab dengan judul, Ta’liq wa Takhrij ‘ala Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayân Huqûq al-Zawjayn, diterbitkah oleh FK3, Jakarta, 2000.
Versi bahasa Arab ini lebih banyak disosialisasikan ke pesantren-pesantren agar dengan mudah diterima oleh masyarakat pesantren, terutama ustadz, nyai, santri, dan para juru dakwah. Maklum, segala sesuatu yang berbau bahasa Arab masih mengalami mitologisasi di masyarakat Islam, terutama pesantren.
Adapun edisi bahasa Indonesia yang sekarang hadir di hadapan pembaca, sengaja diperuntukkan untuk publik umum, agar lebih mudah dicerna dan dianalisis segi-segi ketidakadilan jender dalam Islam sebagaimana termaktub dalam Kitab Syarh ‘Uqud al-Lujjayn fi Bayan Huqûq al-Zawjayn.
Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, pioner telaah kritis atas buku ini, merupakan lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Yogyakarta dan memperoleh gelar M.Hum dari Pusat Kajian Perempuan Universitas Indonesia (UI), Jakarta.
Karena itu, dengan kemahiran berbahasa Arab dirangkai dengan analisis ilmu modern, buku ini menjadi otokritik berkualitas atas feminis Muslim terhadap Kitab ‘Uqud al-Lujjayn yang telah lama melanggengkan kekerasan terhadap perempuan melalui teks-teks keislaman.