Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Novel Tirai Menurun

Judul: Tirai Menurun
Penulis: Nh Dini
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 1993
Tebal: 460 Halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 70.000 (blm ongkir)
Order: SMS 085225918312


Novel yang menyuguhkan tentang kisah percintaan dengan latar belakang kehidupan rakyat jelata di pedesaan. Kehidupan masyarakat bawah dengan segala kepolosan dan keluguannya disajikan dengan sedemikian menarik. Membaca novel ini seperti mengalami kehidupan pada masa-masa budaya daerah di jawa sedang digandrungi, yaitu kesenian wayang orang.

Nh. Dini, novelis terkenal pada jamannya hingga saat ini mampu menggugah pembaca untuk kembali mengingat betapa berharganya kebudayaan suatu bangsa yang disebut wayang orang. Namun demikian kita akui, kebudayaan yang semestinya dilestarikan tersebut semakin tidak ada gaungnya, tergerus oleh kecepatan arus teknologi yang berkembang sangat pesat saat ini.

Tirai Menurun berkisah tentang kesederhanaan hidup para tokohnya. Menerima dan menjalani kehidupan apa adanya, diselingi dengan intrik-intrik kecil di balik layar panggung wayang orang. Bahkan sang dalang pun ikut membuat novel ini menjadi serasa hidup dengan kendali yang begitu kokoh dan kuat terhadap prinsip kehidupan seorang jawa tulen yang mencintai seni budaya wayang orang.

Baca buku ini serasa nonton pertunjukkan wayang orang, tidak hanya pas pentasnya lengkap juga dengan kisah di balik layar dari para pelakonnya. 4 tokoh utamanya: Kadasih, Kintel, Sumirat dan Wardoyo. Keempatnya disatukan dalam paguyuban wayang orang yang bernama Kripdopangarso. Kadasih dan Sumirat, gadis remaja dan teman akrab, awalnya mereka hanya sebagai penari latar, waktu terus berlalu dan membentuk mereka menjadi Sripanggung, konflik mulai terjadi ketika Kadasih merasa kalah saing dengan Sumirah dalam mendapatkan peran utama, ada Kintel yang jatuh cinta pada Sumirah, tapi Sumirah malah menyukai Wardoyo, dan kisah tentang jatuh bangunnya sebuah paguyuban Kripdopangarso, Kripdo pernah merasakan masa jayanya pada masa kepemimpinan Pak Cokro, dan ketika beliau wafat, Kripdo diteruskan oleh keponakannya Darso, disinilah konflik mulai muncul, Tirto dalang dalam pertunjukkan Kripdo, lebih memilih melepaskan diri, hal ini dikarenakan ketidakcocokkan dengan kepemimpinan Darso, kripdo terus digempur dengan masalah yang terus menderanya hingga pada akhirnya jatuh juga..lantas bagaimana nasib ke empat tokohnya? Apakah mereka dapat bertahan, di tengah maraknya hiburan lain yang lebih modern dan mampukah wayang orang ini dapat terus bertahan?