Jual Buku Dunia Melayu
Dewasa ini, Indonesia dan negeri-negeri Asia Tenggara lainnya mulai memainkan peran geopolitik yang makin besar di panggung internasional. Menurut para ahli ketimuran Rusia, potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang kaya bisa membawa negeri-negeri itu menjadi pemimpin ekonomi dunia. Maka, sewajarnyalah jika Rusia terus berusaha meningkatkan kerja sama saling menguntungkan dengan negeri di kawasan ini, termasuk Indonesia.
Tapi, siapa nyana, sejarah hubungan Rusia dengan Nusantara sesungguhnya terjalin jauh sebelum era Soekarno. Seperti diungkapkan Prof. Dr. Viktor Pogadayev dalam bukunya, Dunia Melayu, yang diluncurkan di Moskow, awal Oktober lalu. Kendati buku ini sejatinya adalah kamus lingua budaya Melayu, Pogadayev juga menyajikan kisah sejarah hubungan Rusia-Indonesia.
Indonesia, menurut Pogadayev, dikenal di Rusia sejak abad ke-15 lewat seorang saudagar asal kota Tver bernama Afanasy Nikitin. Dalam penjelajahan dagangnya ke India, ia mencatat tentang negeri ajaib yang dinamainya "Ostrovtsky", yang menurut para pakar adalah Indonesia, dengan pusatnya di Sumatera.
Catatan lain menyebutkan, orang Rusia pertama yang mengunjungi Indonesia adalah Laksamana Iwan Kruzenstern (1770-1846). Ia anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Petersburg dan pendiri Lembaga Geografi Rusia. Sebagai kepala ekspedisi keliling dunia dengan kapal Nadezhda dan Neva, ia menyusun "Atlas Lautan Selatan", yang juga mengisahkan pelayaran di sepanjang pesisir timur Sumatera dan Selat Sunda.
Fakta menarik lainnya berkaitan dengan Kesultanan Aceh. Pogadayev menyebutkan, Sultan Aceh berkali-kali meminta bantuan personel kepada Rusia untuk menghadapi serangan Belanda sejak 1873. Ada juga keterlibatan pakar minyak Rusia, F.F. Klein dan A. Ragozin, dalam eksplorasi minyak bumi di kawasan Babat dan Muara Enim, Sumatera Selatan, pada akhir abad ke-19. Catatan lain, Rusia membuka konsulat pertama di Batavia oleh Mikhail Bakunin pada 1849.
Buku yang dipublikasikan Badan Penerbit Kitab Timur ini merupakan panduan bahasa dan budaya empat negeri Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Negeri-negeri ini sangat dekat tidak saja dari segi geografisnya, melainkan juga sejarah, etnis, rakyat dan budaya, serta bahasa Melayu-nya, yang sejak zaman dahulu menjadi lingua-franca di kawasan ini.
Panduan ini bukanlah buku pertama pakar ketimuran di Rusia itu tentang dunia Melayu. Sebelum ini, Pogadayev menyusun Kamus Rusia-Indonesia dan Indonesia-Rusia, juga buku percakapan Indonesia-Rusia dan Rusia-Indonesia. Ia pun menulis banyak artikel tentang politik, ekonomi, sejarah, kebudayaan, dan adat istiadat Nusantara.
Panduan ini disusun serupa kamus, menurut urutan abjad. Dalam panduan ini tercantum kata dan gabungan kata yang menyebut fakta dan fenomena alam, sejarah dan budaya nasional, toponim dan antroponim, hingga nama karya pengarang terkenal, ciptaan seni lukis, musik, teater, dan perfilman.
Berisi 9.000 entri, dengan tebal hampir 800 halaman, setiap entri diberi keterangan lengkap. Di bagian huruf "S", misalnya, ada nama Soekarno, yang antara lain disebut sebagai "pemimpin gerakan pembebasan nasional, presiden pertama Indonesia merdeka, salah seorang pembina PNI, pencipta ideologi marhaenisme". Juga ada nama para perintis kemerdekaan dan tokoh-tokoh sentral lainnya, seperti Surapati, Semaun, Sutomo, Sartono, Sudirman, Sastroamidjojo, Sjarifuddin, Agus Salim, serta tentang organisasi seperti Sarekat Islam dan Sarekat Rakyat.
Di bagian huruf "B" bisa diketahui tentang bahasa Indonesia, Sunda, Bali, Aceh, Madura, dan Makassar. Juga tentang Pulau Dewata, Bali, Kerajaan Blambangan, hingga apa itu bajaj, bajang, bajau, dan bakso. Tak ketinggalan keterangan tentang batik dan Candi Borobudur. "Penerbitan buku ini akan membantu saling pengertian yang lebih baik antara Indonesia dan Rusia, juga kalangan bisnis, sarjana, budaya, maupun khalayak ramai di Rusia," ujar Dr. Viktor Sumsky, Direktur Pusat ASEAN di Moskow.
Svet Zakharov (Moskow)
Tapi, siapa nyana, sejarah hubungan Rusia dengan Nusantara sesungguhnya terjalin jauh sebelum era Soekarno. Seperti diungkapkan Prof. Dr. Viktor Pogadayev dalam bukunya, Dunia Melayu, yang diluncurkan di Moskow, awal Oktober lalu. Kendati buku ini sejatinya adalah kamus lingua budaya Melayu, Pogadayev juga menyajikan kisah sejarah hubungan Rusia-Indonesia.
Indonesia, menurut Pogadayev, dikenal di Rusia sejak abad ke-15 lewat seorang saudagar asal kota Tver bernama Afanasy Nikitin. Dalam penjelajahan dagangnya ke India, ia mencatat tentang negeri ajaib yang dinamainya "Ostrovtsky", yang menurut para pakar adalah Indonesia, dengan pusatnya di Sumatera.
Catatan lain menyebutkan, orang Rusia pertama yang mengunjungi Indonesia adalah Laksamana Iwan Kruzenstern (1770-1846). Ia anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Petersburg dan pendiri Lembaga Geografi Rusia. Sebagai kepala ekspedisi keliling dunia dengan kapal Nadezhda dan Neva, ia menyusun "Atlas Lautan Selatan", yang juga mengisahkan pelayaran di sepanjang pesisir timur Sumatera dan Selat Sunda.
Fakta menarik lainnya berkaitan dengan Kesultanan Aceh. Pogadayev menyebutkan, Sultan Aceh berkali-kali meminta bantuan personel kepada Rusia untuk menghadapi serangan Belanda sejak 1873. Ada juga keterlibatan pakar minyak Rusia, F.F. Klein dan A. Ragozin, dalam eksplorasi minyak bumi di kawasan Babat dan Muara Enim, Sumatera Selatan, pada akhir abad ke-19. Catatan lain, Rusia membuka konsulat pertama di Batavia oleh Mikhail Bakunin pada 1849.
Buku yang dipublikasikan Badan Penerbit Kitab Timur ini merupakan panduan bahasa dan budaya empat negeri Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Negeri-negeri ini sangat dekat tidak saja dari segi geografisnya, melainkan juga sejarah, etnis, rakyat dan budaya, serta bahasa Melayu-nya, yang sejak zaman dahulu menjadi lingua-franca di kawasan ini.
Panduan ini bukanlah buku pertama pakar ketimuran di Rusia itu tentang dunia Melayu. Sebelum ini, Pogadayev menyusun Kamus Rusia-Indonesia dan Indonesia-Rusia, juga buku percakapan Indonesia-Rusia dan Rusia-Indonesia. Ia pun menulis banyak artikel tentang politik, ekonomi, sejarah, kebudayaan, dan adat istiadat Nusantara.
Panduan ini disusun serupa kamus, menurut urutan abjad. Dalam panduan ini tercantum kata dan gabungan kata yang menyebut fakta dan fenomena alam, sejarah dan budaya nasional, toponim dan antroponim, hingga nama karya pengarang terkenal, ciptaan seni lukis, musik, teater, dan perfilman.
Berisi 9.000 entri, dengan tebal hampir 800 halaman, setiap entri diberi keterangan lengkap. Di bagian huruf "S", misalnya, ada nama Soekarno, yang antara lain disebut sebagai "pemimpin gerakan pembebasan nasional, presiden pertama Indonesia merdeka, salah seorang pembina PNI, pencipta ideologi marhaenisme". Juga ada nama para perintis kemerdekaan dan tokoh-tokoh sentral lainnya, seperti Surapati, Semaun, Sutomo, Sartono, Sudirman, Sastroamidjojo, Sjarifuddin, Agus Salim, serta tentang organisasi seperti Sarekat Islam dan Sarekat Rakyat.
Di bagian huruf "B" bisa diketahui tentang bahasa Indonesia, Sunda, Bali, Aceh, Madura, dan Makassar. Juga tentang Pulau Dewata, Bali, Kerajaan Blambangan, hingga apa itu bajaj, bajang, bajau, dan bakso. Tak ketinggalan keterangan tentang batik dan Candi Borobudur. "Penerbitan buku ini akan membantu saling pengertian yang lebih baik antara Indonesia dan Rusia, juga kalangan bisnis, sarjana, budaya, maupun khalayak ramai di Rusia," ujar Dr. Viktor Sumsky, Direktur Pusat ASEAN di Moskow.
Svet Zakharov (Moskow)