Jual Buku Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa
Judul: Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa
Penulis: Deliar Noer
Penerbit: Mizan, Cet. 1, 2001
Tebal: 374 hlm
Kondisi: Bagus (buku bekas)
Melalui diskusi-diskusi yang bernas dan cerdas, kita ajak pembaca mengenal corak pemikiran para tokoh bangsa yang membangun negeri ini. Sebuah buku yang memberikan perspektif baru mengenai sejarah Indonesia yang dibangun dari kepingan-kepingan pemikiran Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, Muhammad Yamin, H. Agus Salim, Mohammad Natsir, Hamka, H.O.S. Tjokroaminoto, Sjafruddin Prawiraegara, Sutan Takdir Alisjahbana, Bey Arifin, Anwar Harjono, Harun Nasution, K.H.M. Zarkasyi, dan K.H. Wahab Chasbullah.
Buku ini ditulis oleh orang yang melihat sejarah dengan mata dan kepalanya sendiri, sehingga hadir dalam perspektif yang berbeda dengan ujaran dari sejarawan referensional. Deliar Noer mengaku bahwa kadang-kadang hadir dalam rapat-rapat umum pergerakan nasional yang diselenggarakan di Medan, atau dalam sidang-sidang pengadilan di Medann yang menghakimi orang pergerakan (seperti alm. Yahya Yakub, wartawan yang kemudian di zaman merdeka masuk PKI). Pada zaman Jepang, beberapa orang berhubungan dengan Dr. Pringadi (tokoh Parindra di Medan yang namanya dinukulkan dalam nama rumah sakit umum di kota tersebut), Adinegoro (wartawan yang nasionalis), dan Soangkupon (di zaman Belanda menjadi anggota Volksraad—Dewan Rakyat—yang terkenal dengan pembelaannya terhadap kekuasaan Belanda di daerah perkebunan di Sumatera Timur). Walaupun hubungan itu tidak berkaitan amat dengan masalah kemerdekaan, pembicaraan tentang pedudukan Jepang yang tidak adil, malah yang dianggap lebih kejam daripada Belanda, disinggung juga.
Dicopy dari beberapa sumber.
Penulis: Deliar Noer
Penerbit: Mizan, Cet. 1, 2001
Tebal: 374 hlm
Kondisi: Bagus (buku bekas)
Terjual by Jakarta
Melalui diskusi-diskusi yang bernas dan cerdas, kita ajak pembaca mengenal corak pemikiran para tokoh bangsa yang membangun negeri ini. Sebuah buku yang memberikan perspektif baru mengenai sejarah Indonesia yang dibangun dari kepingan-kepingan pemikiran Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, Muhammad Yamin, H. Agus Salim, Mohammad Natsir, Hamka, H.O.S. Tjokroaminoto, Sjafruddin Prawiraegara, Sutan Takdir Alisjahbana, Bey Arifin, Anwar Harjono, Harun Nasution, K.H.M. Zarkasyi, dan K.H. Wahab Chasbullah.
Buku ini ditulis oleh orang yang melihat sejarah dengan mata dan kepalanya sendiri, sehingga hadir dalam perspektif yang berbeda dengan ujaran dari sejarawan referensional. Deliar Noer mengaku bahwa kadang-kadang hadir dalam rapat-rapat umum pergerakan nasional yang diselenggarakan di Medan, atau dalam sidang-sidang pengadilan di Medann yang menghakimi orang pergerakan (seperti alm. Yahya Yakub, wartawan yang kemudian di zaman merdeka masuk PKI). Pada zaman Jepang, beberapa orang berhubungan dengan Dr. Pringadi (tokoh Parindra di Medan yang namanya dinukulkan dalam nama rumah sakit umum di kota tersebut), Adinegoro (wartawan yang nasionalis), dan Soangkupon (di zaman Belanda menjadi anggota Volksraad—Dewan Rakyat—yang terkenal dengan pembelaannya terhadap kekuasaan Belanda di daerah perkebunan di Sumatera Timur). Walaupun hubungan itu tidak berkaitan amat dengan masalah kemerdekaan, pembicaraan tentang pedudukan Jepang yang tidak adil, malah yang dianggap lebih kejam daripada Belanda, disinggung juga.
Dicopy dari beberapa sumber.