Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sejarah Rempah, Dari Erotisme Sampai Imperialisme

Judul: Sejarah Rempah, Dari Erotisme Sampai Imperialisme
Penulis: Jack Turner
Penerbit: Komunitas Bambu, 2011
Tebal: 408 halaman

Magellan hampir putus asa. Dari lima kapal yang berlayar dari Eropa pada 28 November 1520, hanya tiga kapal yang tersisa. Selama 14 minggu diombang-ambing gelombang Laut Pasifik. Persediaan makanan telah menipis. Awak kapal hanya makan biskuit keras yang dicelupkan ke air keruh.

Makanan kotor membuat mulut awak kapal menghitam akibat bakteri. Banyak juga yang tewas. Setelah mengarungi samudra hampir 90 hari dengan perbekalan yang tidak memadai, Megellan akhirnya tewas dalam pertempuran dengan penduduk Filipina, 6 Maret 1512. Sebagian awak kapal Magellan mendarat di Ternate dan Tidore.

Dalam pelayaran mengelilingi bumi pada masa penjelajahan Eropa, pelayaran Magellan dapat disebut sebagai yang terhebat. Bersama 270 awak kapal, Magellan memulai pelayaran dari Pelabuhan Sanlucar de Barrameda pada 20 September 1519. Dengan satu tujuan: menemukan rempah-rempah di dunia baru.

Kisah Magellan hanya sebagian kecil dari yang digambarkan Jack Turner dalam bukunya, Sejarah Rempah, Dari Erotisme Sampai Imperialisme. Buku hasil penelitian pria kelahiran Australia ini menarik. Jika selama ini dalam pelajaran sejarah Indonesia para siswa harus menerima bahwa tujuan imperialisme adalah gold, glory, dan gospel, secara tidak langsung Jack mengemukakan bahwa gold juga berarti rempah-rempah.

Bisa dibayangkan, harga rempah-rempah yang diangkut dari Tidore sampai ke Eropa ketika itu bisa meningkat hingga 1.000%, bahkan terkadang lebih besar. Artinya, satu ruas jahe sama mahalnya dengan satu gram emas. Dengan harga yang demikian mahal, maka muncullah aura kemewahan pada rempah-rempah. Dapat dipahami bahwa kelangkaan dan tingkat kesulitan dalam memperoleh rempah-rempah menjadi faktor mahalnya komoditas Nusantara itu.

Rempah-rempah tiba di pasar Venesia, Belgia, dan London melewati jalur berliku yang hampir mengelilingi setengah planet bumi. Selain alasan geografis, kondisi geopolitis saat itu turut menjadi faktor mahalnya harga rempah-rempah. Tempat rempah-rempah tumbuh di wilayah Timur merupakan wilayah yang dijauhi umat Kristen karena dihuni komunitas Islam yang besar, mulai dari Maroko hingga Indonesia.

Setelah didahului dengan ekspedisi Columbus yang gagal, ekspedisi yang dipimpin Vasco da Gama menemukan Malabar, India. Pusat perdagangan rempah-rempah internasional itu ditemukan setelah Da Gama berlayar dua tahun. Bagi orang Eropa, Da Gama disebut sebagai penemu rute baru ke dunia lampau. Padahal, sejatinya tidak demikian. Rombongan yang berangkat pada 8 Juli 1497 itu merekrut nakhoda Arab di Malindi (sekarang Kenya) yang paham jalur pelayaran ke Timur.

Pada Mei 1498, Da Gama dan awak kapalnya tiba di pantai Malabar, tempat yang disebut Jack Turner sebagai “jantung perdagangan jahe global”. Inilah yang disebut misi mata-mata karena setelah itu pasukan laut Portugis berusaha menguasai jalur perdagangan ini melalui penaklukan-penaklukan. Sejak itu, para pedagang dari semua negara lain harus punya izin berlayar di lautan, yang selama berabad-abad sebelumnya merupakan perairan bebas.

Lebih jauh, Jack Turner rupanya tertarik menelusuri fungsi rempah-rempah di dunia kuno, ketika para Firaun telah menggunakan rempah-rempah untuk keperluan sesembahan. Bahkan dewa-dewa Yunani, merujuk pada kisah Iliad dan Odissey karya Hommer, harus diberi kurban beserta bakaran rempah-rempah.

Sayangnya, penulis hanya fokus pada fungsi rempah-rempah. Ia sendiri mengaku tidak bisa menjelaskan bagaimana pada masa kuno para pedagang membawa lada dan jahe dari Indonesia menuju Mesir dan Yunani. Bahkan Jack terlalu terlena dengan sumber-sumber yang ia dapatkan tanpa melakukan verifikasi, misalnya ketika menyebut Nabi Muhammad SAW menikah dengan janda (Khadijah) pebisnis rempah-rempah.

Oleh: Ade Faizal Alami