Shahih Wasiat Rasulullah SAW
Judul: Shahih Wasiat Rasulullah SAW
Penulis: Syaikh Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jamal
Penerbit: Pustaka As-Sunnah, Jakarta, Cetakan I, Mei 2012, 875 halaman
Dari Abu Mas’ud al-An-shari yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya salah satu ucapan para nabi yang terdahulu sampai kepada manusia (sekarang) adalah ‘Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa yang engkau sukai’.”
Ya, malu adalah mencegah seseorang dari perbuatan maksiat dan tercela, baik di hadapan manusia lainnya maupun dalam pandangan Allah, Sang Pemberi Hidup. Dalam wasiat yang lain, sebagai mana diriwayatkan Imran bin Husain, Nabi Muhammad SAW ber sabda, ‘’Rasa malu tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan.’’ Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabang. Dan malu adalah salah satu cabang dari iman.” Mereka yang tidak punya malu adalah mereka yang menjauhkan iman dari dirinya.
Jika seseorang sudah tidak punya rasa malu, ia akan melakukan segala tindakan keji dan mungkar. Inilah yang terjadi di negeri ini, rasa malu yang sudah menjauh membuat para koruptor tumbuh. Jika perilaku korup seseorang terbongkar, seribu jurus mengelak, baik yang masuk akal maupun yang terang-terangan bohong dan bodoh, dikeluarkan. Semua itu dilakukan karena tidak punya rasa malu lagi.
Selain karena sudah tidak adanya rasa malu, ketamakan terhadap harta menjadi faktor mengapa seseorang berperilaku korup. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW, ‘’Dua serigala lapar yang dilepaskan pada sejumlah domba tidak lebih berbahaya dari ketamakan manusia pada harta dan kemuliaan’’ (diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ahmad).
Syaikh Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jamal, penghimpun wasiat Rasulullah SAW ini, menilai, ‘’Ketamakan seseorang pada harta dan kemuliaan membawa kerusakan pada agamanya’’ (halaman 812). Tamak ini berimplikasi pada dua hal: bakhil dan kikir (syuhh). Bakhil adalah menahan harta dan memberikannya kepada manusia, sedangkan kikir mengambil harta orang lain dengan cara-cara yang zalim.
Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘’Takutlah terhadap kikir karena dia telah menyebabkan binasanya orang-orang sebelum kalian, sifat kikir tersebut menjadikan mereka menumpahkan darah dan meng halalkan segala yang diharamkan’’ (dikeluarkan oleh Imam Muslim). Sifat kikir itu bukanlah sifat orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam an-Nasa’i, ‘’Tidak akan terkumpul syuhh(kikir) dan iman pada hati seorang muslim.’’
Masih terkait dengan rasa malu itu adalah seseorang tidak meminta-minta jabatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW kepada sahabatnya, Abdurrah man bin Samurah RA, ‘’Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta jabatan/kekuasaan, sebab jika engkau mendapatkannya karena memintanya, hal itu akan sepenuhnya diserahkan kepadamu. Jika engkau mendapatkannya bukan dari memintanya, engkau akan dibantu mengatasinya.’’
Para ulama salaf (terdahulu) memberi penjelasan, ‘’Tidaklah mungkin seseorang yang menginginkan kekuasaan, lalu dia bertindak adil (jika berkuasa).’’ Padahal, mereka yang berambisi dengan kekuasaan itu akan menyesal, sebagaimana Abu Hurairah RA menarasikan sabda Rasulullah SAW, ‘’Kalian nanti akan sangat menginginkan kekuasaan, padahal itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat.’’
Jadi, rakus pada harta, bakhil, kikir, dan haus kekuasaan adalah sifat-sifat yang akan membawa seseorang menjauhi imannya. Jika iman sudah menjauh, rasa malu pun tercerabut. Dan seseorang yang telah kehilangan rasa malunya, ia akan berbuat apa saja untuk menuruti hawa nafsunya. Karena itu, pupuklah rasa malu agar tercegah dari perbuatan yang tabu.
Herry Mohammad
Penulis: Syaikh Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jamal
Penerbit: Pustaka As-Sunnah, Jakarta, Cetakan I, Mei 2012, 875 halaman
Dari Abu Mas’ud al-An-shari yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya salah satu ucapan para nabi yang terdahulu sampai kepada manusia (sekarang) adalah ‘Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa yang engkau sukai’.”
Ya, malu adalah mencegah seseorang dari perbuatan maksiat dan tercela, baik di hadapan manusia lainnya maupun dalam pandangan Allah, Sang Pemberi Hidup. Dalam wasiat yang lain, sebagai mana diriwayatkan Imran bin Husain, Nabi Muhammad SAW ber sabda, ‘’Rasa malu tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan.’’ Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabang. Dan malu adalah salah satu cabang dari iman.” Mereka yang tidak punya malu adalah mereka yang menjauhkan iman dari dirinya.
Jika seseorang sudah tidak punya rasa malu, ia akan melakukan segala tindakan keji dan mungkar. Inilah yang terjadi di negeri ini, rasa malu yang sudah menjauh membuat para koruptor tumbuh. Jika perilaku korup seseorang terbongkar, seribu jurus mengelak, baik yang masuk akal maupun yang terang-terangan bohong dan bodoh, dikeluarkan. Semua itu dilakukan karena tidak punya rasa malu lagi.
Selain karena sudah tidak adanya rasa malu, ketamakan terhadap harta menjadi faktor mengapa seseorang berperilaku korup. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW, ‘’Dua serigala lapar yang dilepaskan pada sejumlah domba tidak lebih berbahaya dari ketamakan manusia pada harta dan kemuliaan’’ (diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ahmad).
Syaikh Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jamal, penghimpun wasiat Rasulullah SAW ini, menilai, ‘’Ketamakan seseorang pada harta dan kemuliaan membawa kerusakan pada agamanya’’ (halaman 812). Tamak ini berimplikasi pada dua hal: bakhil dan kikir (syuhh). Bakhil adalah menahan harta dan memberikannya kepada manusia, sedangkan kikir mengambil harta orang lain dengan cara-cara yang zalim.
Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘’Takutlah terhadap kikir karena dia telah menyebabkan binasanya orang-orang sebelum kalian, sifat kikir tersebut menjadikan mereka menumpahkan darah dan meng halalkan segala yang diharamkan’’ (dikeluarkan oleh Imam Muslim). Sifat kikir itu bukanlah sifat orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam an-Nasa’i, ‘’Tidak akan terkumpul syuhh(kikir) dan iman pada hati seorang muslim.’’
Masih terkait dengan rasa malu itu adalah seseorang tidak meminta-minta jabatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW kepada sahabatnya, Abdurrah man bin Samurah RA, ‘’Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta jabatan/kekuasaan, sebab jika engkau mendapatkannya karena memintanya, hal itu akan sepenuhnya diserahkan kepadamu. Jika engkau mendapatkannya bukan dari memintanya, engkau akan dibantu mengatasinya.’’
Para ulama salaf (terdahulu) memberi penjelasan, ‘’Tidaklah mungkin seseorang yang menginginkan kekuasaan, lalu dia bertindak adil (jika berkuasa).’’ Padahal, mereka yang berambisi dengan kekuasaan itu akan menyesal, sebagaimana Abu Hurairah RA menarasikan sabda Rasulullah SAW, ‘’Kalian nanti akan sangat menginginkan kekuasaan, padahal itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat.’’
Jadi, rakus pada harta, bakhil, kikir, dan haus kekuasaan adalah sifat-sifat yang akan membawa seseorang menjauhi imannya. Jika iman sudah menjauh, rasa malu pun tercerabut. Dan seseorang yang telah kehilangan rasa malunya, ia akan berbuat apa saja untuk menuruti hawa nafsunya. Karena itu, pupuklah rasa malu agar tercegah dari perbuatan yang tabu.
Herry Mohammad