Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Di Keharuman Taman Sufi

Judul: Di Keharuman Taman Sufi: Kajian Tasawuf Kurun Awal
Penulis: Tor Andrae
Penerbit: Pustaka Hidayah, 2000.
Tebal: 266 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)

Order: SMS/WA 085225918312


Di kalangan komunitas muslim, tasawuf diyakini sebagai jalan untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah. Para pengamalnya dikenal dengan sebutan sufi. Dalam sejarahnya, hingga kini kehidupan para sufi ini mengalami pasang surut, penuh kontroversi. Tor Julius Efraim Andrae lalu mengulas kehidupan para sufi itu di abad-abad awal kelahirannya, abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.

Andrae, yang lahir di Hevna, Swedia, 9 Juli 1885, adalah seorang uskup agung dan ahli sejarah agama-agama. Ia masuk Universitas Uppsala pada 1903, lulus dari jurusan seni pada 1906, dan teologi pada 1909. Pada 1917, Andrae menulis Die Person Muhammed in Lehre und Glauben Seiner Gemeinde, yang membuat namanya dikenal luas.

Kajian Andrae diawali dengan hipotesis bahwa jika Al-Quran adalah dasar tasawuf, maka kesalihan Al-Quran bersifat membangun, di atas fondasi-fondasi Kristen."Para sarjana dewasa ini umumnya sepakat bahwa, dari sudut pandang tertentu, kesalihan Al-Quran bisa dipandang sebagai penerjemahan ke dalam bahasa dan imajinasi Arab tentang kesalihan zuhud, dan agama monoistik, yang tumbuh subur dalam gereja-gereja Syria waktu itu'' (halaman 46).

Nabi Muhammad SAW, dalam pandangan Andrae, adalah tokoh agama yang sama sekali tak bisa diremehkan. Adapun hubungan antara Islam dan Kristen tidak berakhir ketika kaum mukmin telah menerima Al-Quran. Ini terbukti ketika ekspansi Islam ke berbagai negeri yang penduduknya menganut Kristen. Umat Nasrani hampir tak pernah mengeluh.

Ini dibuktikan, antara lain, oleh kesaksian Kepala Gereja Netorian, yang pada 650 Masehi menulis:"Orang-orang Arab ini bukan hanya tidak mau memerangi Kristen. Mereka bahkan mendukung agama kita. Mereka menghormati pendeta-pendeta dan orang-orang suci kita serta menyumbangkan hadiah-hadiah pada biara dan gereja.''

Kesaksian itu, menurut Andrae, bukanlah sekadar sebuah temuan. Ia merujuk pada yang pernah terjadi di Mesir."Sesungguhnyalah para biarawan sejak awal seluruhnya dibebaskan dari membayar pajak, termasuk pajak diri yang harus dibayar setiap orang Kristen dan Yahudi untuk menikmati kebebasan beragama'' (halaman 47).

Kebijakan hubungan baik itu dilakukan sesuai dengan bimbingan dasar Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan Al-Quran surah Al-Maidah ayat 82:"Sesungguhnya kamu mendapati (bahwa) orang-orang yang paling keras (dan sengit) memusuhi kaum beriman adalah orang-orang Yahudi dan musyrik. Dan sesungguhnya kamu mendapati (bahwa) yang paling dekat bersahabat dengan kaum beriman adalah orang-orang yang berkata,'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan di antara mereka ada para pendeta dan rahib, dan mereka tidak menyombongkan diri.''

Dasar dan keyakinan itulah yang membuat Andrae tertarik mengurai kehidupan dan perilaku kaum sufi di kurun awal, yang ternyata bisa bersahabat dengan para biarawan. Tersebutlah nama sufi Malik ibn Dinar yang menemui seorang biarawan Kristen dan bertanya,"Ajari aku sesuatu yang mampu menuntunku meninggalkan dunia.'' Juga tentang Ibrahim ibn Adham yang berguru kepada Abba Simeon (biarawan) untuk menimba pengetahuan tentang Tuhan.

Hubungan para sufi dan biarawan sangatlah harmonis. Mereka belajar bersama mencari dan membuka pintu-pintu menuju Tuhan. Buku yang pertama kali diterbitkan pada 1947 -setahun setelah kematian Andrae- ini membuat pakar tasawuf dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Annemarie Schimmel, berdecak kagum. Baginya, Andrae mampu menulis secara jernih, sehingga karyanya bisa dirujuk umat Islam dan Kristen, untuk saling mengapresiasi.

Herry Mohammad